Kenzi tersenyum kikuk, menatap satu persatu putra putrinya yang tak satupun berniat memulai pembicaraan.
"Suasana macam apa ini?."
Diaz dan Tezza melemparkan tatapan permusuhan ke arah Arsenio.
Pria yang di tatap hanya menampilkan sikap tegas dan wibawanya seolah olah tidak terpengaruh akan tatapan triplet.
Dan tak di sangka, undangan mendadaknya meminta Arsen datang ke rumahnya, langsung di turuti oleh Pria itu.
"Maaf menganggu waktu kamu yang sibuk ya, Nak Arsen."
Arsen menatap Kenzi yang sudah mulai pembicaraannya dengan senyum ramahnya.
"Arsen saja sudah Cukup Om?." Suara tak yakin di akhir kalimatnya.Kenzi menatap Arsen, lalu Terkekeh.
"Papi saja boleh." Lanjutnya sembari tersenyum.Tezza menatap Kenzi kesal.
"Papi! Sejak kapan papi melahirkan pria itu."Lalu di ikuti dengan anggukan setuju Diaz, akan lontaran dari Tezza.
Kenzi menatap Tezza sembari tersenyum."bisa diam sebentar sayang?."
Tezza terhenti,lalu melihat ke arah lain, ia kesal.
Arjuna yang kebetulan berada di dekat Tezza pun tersenyum sembari mengelus puncak kepala putrinya sayang.
"Sudah, dengerin apa kata papi kamu dulu ya."Tezza menghela nafas, kemudian mengangguk, lalu menatap Diaz lagi dengan kesal.
"Lo sih! Angguk diam angguk diam! Bantuin gue kek."
Diaz menatap ke arah lain, sepertinya dia baru saja di omeli, mengabaikan ia melihat ke arah Kenzi.
Berbeda dengan suasana yang tegang di ruang tamu sana, manusia yang di perebutkan hanya cuek sembari memakan cemilannya lagi.
Siapapun yang akan jadi sponsornya nanti, tidak akan terlalu ia permasalahkan, toh sebenarnya dia tidak butuh.
Bakat? Dia punya.
Uang? Jangan di tanya.Kenzi melihat ke arah pandang Arsen. sedari tadi, dengan wajah datar dan wibawanya, arah pandang nya tak lepas dari Ziki.
Hal itu seolah olah, pria itu benar benar menjaga Ziki di jangkauannya.
Dia semakin yakin, untuk menyerahkan Ziki dalam jangkauan pria itu.
"Obsesi, hmm."fikirnya sembari tersenyum miring.
"Terimakasih sudah datang atas undangan mendadak saya."
Arsen mengangguk sembari tersenyum ramah."saya nggak keberatan kok om."
Kenzi tersenyum, tetapi aura sekitarnya berubah. hal ini Berbeda dari yang tadi, Saat ini Kenzi benar benar menatap Arsen dengan serius di selingi dengan auranya sewaktu berada di anggota mafia dulu.
Arsen merasakan perasaan mencekam di sekitarnya,tetapi dengan berani ia masih menatap Kenzi seolah olah ia benar benar serius, apapun rintangannya.
Tak hanya Arsen, Arjuna, Diaz, Tezza, serta Ziki merasakannya.
Suasana ini pernah mereka rasakan ketika kenzi marah waktu itu.
Meneguk ludahnya Kasar, tak berani bergerak, bergerak sedikit saja, seolah olah rantai bisa saja melilit leher mereka.
"Saya dengar, kamu mencoba mensponsori putra saya?."
Arsen mengangguk."benar om."
"Alasannya?."
Arsen menatap Ziki sebentar, lalu melihat ke arah Kenzi."saya tertarik sama anak om."
"Kalau gitu, saya tidak bisa mempercayakan anak saya kepada orang yang hanya tertarik kepada anak saya, yang saya tidak tahu, berapa lama itu berlangsung. Kamu tahu bukan? Kami tidak butuh akan sponsor yang akan kamu berikan, tetapi melihat putra putri saya bertengkar karena memperebutkan ini, saya Fikir akan menarik jika saya serahkan Ziki kepadamu, dari jawaban yang kamu berikan, sepertinya saya terlalu naif untuk berharap banyak kepadamu, Kita cukupkan saja pembicaraan ini di sini, saya berubah fikiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BXB] MY PLAYBOY HUSBAND [END]
Teen Fiction"Hari ini Gue tidur Di Apartemen Milla, Nggak usah nungguin Gue." "Geer Banget kalau Gue akan Nungguin Lonte." "Babi, Kali kali Bikin Suami Betah di rumah Napa sih, Punya istri Dingin Bet kek es Cream." "bacot bacot Anjing, hus hus sana, Gue pen...