Yunho keluar dari sebuah rusun dengan lesu. Sejak pagi dia sudah mendatangi beberapa tempat untuk mencari kamar sewa, tapi masih belum ada yang cocok. Ada yang sesuai selera tapi over budget, ada yang sesuai budget tapi terlalu kumuh, seperti kamar yang baru saja dia lihat barusan. Cat temboknya saja sudah tidak lagi jelas berwarna apa karena tertutup coretan dan jamur. Belum lagi kamar mandi umumnya jorok.. Yunho jadi kebingungan, ini pertama kalinya dia tinggal sendiri, tidak menyangka kalau mencari kamar sewa sesulit ini.
Dia akui keputusannya untuk keluar dari rumah hari ini terlalu gegabah. Dia belum memiliki tempat tinggal, tapi sudah membawa koper keluar. Meskipun begitu, Yunho tidak menyesal, daripada selalu menjadi beban.
....."Sayang, sebentar lagi Yunho masuk kuliah, apa kita perlu menambah uang sakunya?"
"Aah tidak usah, seperti sebelumnya saja sudah lebih dari cukup, sekarang kan dia dapat beasiswa."
"Oiya, benar juga, berarti seharusnya tidak perlu minta uang lagi ke kita ya?"
"Yah kalau dia tahu diri sih seharusnya begitu."Yunho melanjutkan langkahnya menyusuri jalanan tersebut, sampai kemudian melihat sebuah iklan yang ditempel di tiang listrik. Yunho melepas pamflet itu.
Kamar sewa 20 m²:
1 kamar tidur, 1 kamar mandi,
Ruang tamu, Dapur, BalkonFasilitas:
Kasur, Lemari pakaian,
Jemuran, Kompor, Meja, Kursi₩ 450.000 /bulan
Wow, semuanya yang Yunho inginkan ada di situ, lengkap dengan isinya juga, sangat menarik, Yunho langsung berbinar. Lokasinya juga tidak terlalu jauh dari kampus, dia bisa berangkat kuliah dengan jalan kaki. Hanya saja...harganya melebihi budget... Sekarang dia hanya memegang ₩ 500.000 di tangan, hasil membobol celengan kelincinya, sedangkan uang beasiswa baru turun 1 minggu lagi. Yunho berpikir sejenak, kemudian menghela napas. ₩ 50.000 untuk satu minggu.. Kalau hanya untuk beli roti dan mie instan masih bisa. Baiklah, layak dicoba, lagipula dia sudah lelah dan hari mulai gelap, dia harus cepat menemukan tempat tinggal kalau tidak mau tidur di trotoar. Yunho pun menarik kopernya menuju alamat yang tertera dalam pamflet.
.
.
.
.
.
.
Jaejoong memelototi label-label harga yang terpajang di rak etalase swalayan. Kenapa harga sekotak sabun saja bisa semahal itu! Ya ampun~ dia sangat menyesal telah meninggalkan sabun mandinya di rumah.. Hiks.. Jaejoong terpaksa mengambil sebuah sabun yang paling murah. Semurah-murahnya itu, tetap saja seharga sabun paling mahal di desanya.. Kalau di Namhae, Jaejoong bisa memetik daun dan akar-akaran tertentu untuk pengganti sabun mandi, tapi di mana bisa menemukan tanaman seperti itu di kota ini! Ah.. Seoul.. Jaejong menangisi uangnya yang berakhir di meja kasir.Dengan lesu Jaejoong kembali ke tempat tinggal barunya. Dia sudah mendapatkan kamar, rekomendasi dari Paman Rae Won benar-benar bagus, langsung cocok dengan seleranya, meskipun menguras setengah bekal uangnya, tapi tempat itu sangat nyaman. Jaejong bahkan sudah membayangkan akan menanam beberapa sayuran di balkonnya nanti. Ada dapur dan kompornya juga, dia bisa menghemat pengeluaran dengan memasak. Hah...setidaknya ada yang bisa disyukuri hari ini. Jaejoong kembali tersenyum. Dia ingin segera mandi dulu sebelum membongkar barang-barangnya.
.
.
.
.
.
.
Yunho melihat sekeliling sambil mencari nomor rumah. Lingkungan yang bagus untuk mahasiswa. Swalayan dekat, ada toko alat tulis dan fotokopian, banyak kedai makanan. Yunho mengangguk-angguk sendiri, hatinya sudah mantap untuk mengambil kamar itu.Ting.
Yunho menekan lonceng meja di sebuah ruang tamu kecil."Ya sebentaaaar!"
Seorang wanita paruh baya kemudian keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years M-Contract
FanfictionKim Jaejoong dan Jung Yunho, 2 orang mahasiswa yang sama-sama miskin, berbagi rumah demi berjuang dalam kesulitan hidup mereka.