19. Tidak Lagi Terbiasa Sendirian

366 54 7
                                    

Liburan akhir semester, Jaejoong akhirnya memutuskan untuk pulang kampung setelah 2 tahun jauh dari rumah. Dia sangat senang, bisa membawa beberapa barang untuk keluarganya hasil dari tabungan kerja sambilan, dan---

"Bear, kau yakin tidak apa-apa handphone ini kuambil?"
Jaejoong bertanya dengan mata berbinar sambil memegang handphone jadul yang sudah tidak lagi dia gunakan.

"Ck. Harus berapa kali lagi kau bertanya.. Tidak apa-apa, ambil saja! Itu sudah tidak terpakai!"

"Terima kasih terima kasih terima kasih!"
Ucap Jaejoong sambil mengguselkan kepalanya ke dada Yunho. Sejak kejadian Yeri yang lalu, Jaejoong tidak malu-malu lagi untuk memeluk Yunho, lagipula dia sudah pernah tidur sambil mengorok sepanjang jalan di punggung Yunho, apa lagi yang bisa lebih memalukan?

"Ah sudah sana berangkat. Nanti ketinggalan bis."

"Kau yakin tidak mau ikut? Apa yang akan kau lakukan di sini selama liburan? Liburannya panjang lho, sampai awal tahun depan.."

"Aku sudah biasa sendiri. Seperti tidak bisa hidup tanpa orang lain saja. Ck."

"Yasudah.. Aku berangkat.."

Perlahan Jaejoong menutup daun pintu dari luar.
"Jangan lupa sirami tanamanku setiap pagi. Lampu kamar bisa menyala otomatis. Lilin dan korek ada di laci meja. Masih ada sedikit daging di freezer. Jangan lupa menutup rapat toples gula. 3 gelas air untuk 2 gelas beras. 1/4 sabun cuci piring untuk 1 botol air. Telepon aku jika---"

"Aku tahuuu! Aarrrgh!"
Yunho melempar pintu itu dengan kaosnya. Memangnya dia anak kecil??? Pergi ya pergi saja! Sebelum bertemu dengan Jajeoong juga Yunho selalu sendirian. Dia benar-benar sudah terbiasa.


---------------------------------------------


Begitu sampai di terminal kota Namhae, Jaejoong menumpang mobil pickup pengantar sayur milik tetangganya. Jaejoong menghirup dalam-dalam udara di sepanjang jalan, haaaah! Segar sekali! Jaejoong merindukan suasana ini dan semua orang di rumah. Mereka pasti senang dengan oleh-oleh yang dia bawa. Apalagi ada sebuah handphone yang akan Jaejoong berikan kepada orang tuanya, mulai sekarang mereka bisa berkontak meskipun tinggal berjauhan. Ah! Sangat tidak sabar untuk sampai ke rumah.

"Paman! Tancap gasnya!"
Jaejoong menepuk kaca mobil dari belakang.

"Tancap gas pantatmu! Kau ingin aku menabrak sapi?!"
.
.
.
.
.
.
Jaejoong turun di dekat sawah yang digarap oleh ayah dan ibunya. Dari jauh Jaejoong sudah melambaikan tangan, tapi tidak ada yang menyadari, karena tidak ada yang tahu kalau dia mau pulang hari itu. Barulah ketika Jaejoong menerjang ibunya dari belakang mereka akhirnya bisa saling melepas rindu. Nyonya Kim menangis tersedu-sedu karena sangat merindukan putranya. Sementara Tuan Kim tertawa lebar karena sangat gembira. Tuan dan Nyonya Kim langsung meninggalkan pekerjaan mereka di sawah untuk membawa Jaejoong pulang.

"Eeeeh! Tidak berebut! Berbaris satu-satu atau tidak jadi kuberi semuanya!"
Jaejoong memarahi adik-adiknya yang sudah tidak sabar melihat oleh-oleh yang Jaejoong bawa.

Anak-anak yang tingginya berurutan dari besar ke kecil itu langsung berjajar rapi menurut.

"Nah ini. Baju terusan untuk Jiyoung, kemeja dan celana untuk Jaehyun, tas dan dompet untuk Jihye, kaos dan celana untuk Jaemin, kaos dan rok untuk Jisoo, kaos dan tas sekolah untuk Jaechul."

Keenam orang adiknya itu bersorak gembira menerima oleh-oleh mereka, Jaejoong benar-benar tahu apa yang mereka butuhkan.

"Lalu Ayah dan ibu, ini untuk kalian."
Dengan senyum mengembang Jaejoong memberikan sebuah handphone jadul yang sudah dia isi dengan simcard baru.

5 Years M-ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang