38. Kambing Hitam

405 59 11
                                    

"Tega-teganya melemparku ke sopir taxi!"
"Rumah kalian berjauhan."
"Sopir itu menyiramku dengan air!"
"Oh baguslah, air mineralku berguna."
"Kau yang menyuruhnya melakukan itu??!"
"Hanya untuk keadaan darurat."
"Brengsek! Jahat sekali! Awas kau! Awas kau!"
"Salah sendiri tidak mau bangun."

"Heh...kenapa bertengkar?"
Tanya Jaejoong sambil menarik kursi di sebelah Junsu. Dia baru saja selesai mengambil makan siang, dan dari jauh sudah melihat kedua orang yang dikenalnya itu saling menjejakkan kaki di bawah meja.

"Dia--- Ugh!"

"Kau baik-baik saja Jun?"
Jaejoong mengernyit melihat raut kesakitan Junsu.

"..Te.. lur.. ku.."

"Ini telurmu."
Yunho mengambil 2 buah telur puyuh dari piringnya lalu memasukkan telur itu ke mulut Junsu untuk terus membungkamnya.

Junsu hanya bisa membalas dengan acungan jari tengah, karena mulutnya penuh dan selangkangannya sakit setelah ditendang ujung sepatu Yunho.

"Kau suka telur? Ini, kau boleh makan punyaku juga."
Jaejoong ikut meletakkan 2 buah telur puyuh ke piring Junsu. Dan jari tengah Junsu pun bergeser ke wajahnya. Jaejoong tertawa, begitu pula dengan Yunho.

'Eh? Dia tertawa?' Jaejoong melirik. Baru kali ini sejak bertemu lagi, Jaejoong melihat Yunho tertawa. Tawa yang sudah sangat lama dia rindukan.. Jantung Jaejoong mulai berdebar cepat. 'Brengsek! Kenapa dia terlihat semakin tampan!' Jaejoong menunduk menyembunyikan muka, karena langsung terbayang lagi mimpi indahnya semalam, dimana Yunho---

..mengecup lembut bibirnya..

Blush. Jaejoong menunduk semakin dalam, tidak ingin seorangpun melihat wajahnya yang memerah. Bodoh sekali tersipu hanya karena mengingat mimpi yang konyol.

"Ssshh. Sudah ketemu belum Jae?"
Tanya Junsu sambil mulai mengunyah, sementara sebelah tangannya masih menggosok selangkangan.

"Hah? Oh. Belum."

"Apa yang hilang?" Yunho turut bertanya.

Wow, bahkan sekarang Yunho mau memulai pembicaraan dengannya. Jaejoong sedikit terkejut sampai lupa menjawab.

"Si ceroboh ini menghilangkan beberapa invoice dari Vendor yang belum dibayar." Sahut Junsu.

"Ck... Aku tahu aku ceroboh, tidak perlu digarisbawahi."

"Kau masih ingat nama Vendornya?"

"Mn."

"Minta lagi saja salinannya." Kata Yunho santai.

"Memang itu yang ingin kulakukan. Sudah kucoba menghubungi lewat nomor kontak yang terdaftar di Data Vendor sistem kita, tapi..."

"Tapi apa?" Junsu penasaran.

"Tidak ada satupun dari mereka yang bisa dihubungi. Nomor yang anda tekan salah, hanya itu yang kudengar ketika nomornya kutelepon."

"Semua vendor?" Yunho ikut penasaran.

"Mn.."

"Apa mereka sudah ganti nomor?" Tanya Junsu lagi.

"Itu juga yang kupikirkan. Jadi kucoba mencari mereka di internet dan peta, tapi aku tidak menemukan informasi apapun. Bahkan tidak ada 1 artikel pun yang memuat nama mereka. Aku jadi berpikir..."

"...."

"...."

"Berpikir apa???" Junsu mulai emosi mendengar kalimat mengambang itu tidak kunjung diselesaikan.

5 Years M-ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang