46. Pernikahan, Kasih, dan Pengampunan (1)

593 57 15
                                    

Sebuah mobil pick up terlihat memasuki sebuah jalan pecinan. Mobil itu berhenti di depan sebuah ruko servis eletronik. Paket besar di atas bak mobil tersebut kemudian diturunkan dan dibawa masuk ke dalam ruko. Tidak lama kemudian Yunho dan Jaejoong, beserta 2 orang lainnya, keluar. Mereka terlihat berpamitan.

Yunho dan Jaejoong berbalik untuk memberikan lambaian tangan terakhir kepada Xiao Zhan dan Paman Liu.

"Ya ampun, hanya mengantarkan undangan, tapi malah diberi banyak oleh-oleh begini." Jaejoong mengintip isi tas bingkisan di tangannya.

"Paman Liu ahli pengobatan herbal, itu mungkin obat-obatan langka dari tiongkok."

"Wow, kau benar Bear, ya ampun Paman Liu bahkan memberikan catatan tangan untuk cara pemakaian tiap-tiap bahan ini, luar biasa! Paman Liu pasti jadi teman mengobrol yang cocok untuk Ibu di acara pernikahan kita besok. Eh, apa mereka akan menyukai hadiah yang kita berikan?"

"Tentu saja, mereka pasti menyukainya, siapa yang tidak suka kursi pijat?"

"Hehe, kau benar, aku juga mau satu untuk di rumah."

"Mn. Akan kupesankan. Ke mana lagi setelah ini?"

"Bibi Sun!"

"Bibi Sun pasti kaget mendapat undangan pernikahan dari kita."

"Ahaha~ yah mungkin akan sedikit dimarahi juga, tapi kita tidak mungkin tidak mengundangnya, Bibi Sun sangat berjasa."

"Paling tidak Bibi Sun tidak akan melempar kita ke kandang babi dan mengangkat sapu lidi."

"Hahahaha! Katakan pada kurir pengantar kursi pijat untuk membawanya masuk setelah aba-aba dari kita, Bibi Sun pasti lupa untuk marah ketika melihat barang itu datang."

"Mn. Apa ayah jadi ke tempat itu hari ini?"

"Ya, barusan ibu mengabari kalau sudah dalam perjalanan ke sana. Junsu meminjamkan sopir pribadi dan mobilnya untuk mengantar mereka."

Yunho terlihat gusar.
Jaejoong kemudian mengusap punggungnya.

"Jangan khawatir Bear, biarkan saja ayah dan ibu melakukan apapun yang mereka inginkan, kita tidak boleh melawan keinginan orang tua."

"Aku tahu, aku hanya khawatir mereka dipermalukan.."

"Mereka sudah siap untuk itu, aku sudah bercerita banyak tentang bibimu kepada mereka. Lagipula ayah dan ibu bukan orang yang mudah sakit hati jika direndahkan, tenang saja."

"Apa saja yang kau ceritakan?"

"Semua yang kuketahui." Jaejoong tersenyum.

"Kita satu keluarga sekarang Bear, tidak boleh ada rahasia. Ayah dan ibu perlu tahu tentang latar belakang kehidupanmu." Lanjutnya.

"Mn.."

"Ayo berangkat, aku tidak sabar memberitahukan tentang kabar gembira ini kepada Bibi Sun, dia pasti senang." Jaejoong menepuk perutnya yang sudah tampak membuncit di balik kaos. Bagaimana tidak, 2 orang bayi yang meringkuk di dalamnya sekarang sudah berusia 5 bulan. Urusan pernikahan mereka agak tertunda karena Yunho ingin dibabtis dulu, supaya mereka bisa melangsungkan upacara di gereja dengan sempurna.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di tempat lain. Seorang pemuda dengan kemeja putih sederhana berjalan sambil membaca secarik kertas. Lengan kemejanya tergulung setengah. Sesekali dia mendongak untuk memastikan rumah mana yang sesuai dengan alamat yang tertulis pada kertas di tangannya.

"Kurasa ini tempatnya. Silakan."
Pemuda tersebut mengambalikan catatan yang dia pegang kepada Jihoon.

"Terima kasih nak. E..bisa tolong tekankan bel juga untuk kami? Kami belum pernah berkunjung ke rumah mewah seperti ini, tidak tahu caranya."

5 Years M-ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang