Jaejoong berjalan kaki setelah 2 kali ganti jalur bis, mengikuti Maps di handphonenya, sampai kemudian dia tiba di depan sebuah gerbang rumah. Jaejoong mencocokkan nomor rumah dengan alamat yang dia cari. Benar yang itu. Yakin tidak salah alamat, Jaejoong menyimpan handphonenya, kemudian menekan tombol bel.
Di atas papan nomor rumah tertulis kata Choi. Nama keluarganya berbeda, Jaejoong mulai bertanya-tanya lagi, apa berarti pria yang kemarin dulu dia lihat di rumah sakit itu bukan ayah kandung Yunho? Bukan ibunya, bukan ayahnya, lalu mereka siapa ya?
TET.
Sebuah alat yang seperti radio kecil di samping papan nomor rumah berbunyi, menghentikan lamunan Jaejoong."Siapa?"
Alat itu bersuara, membuat Jaejoong terkejut."E.. aku teman Yunho. Apakah Yunho ada?"
Jaejoong berbicara dengan keras sambil mendekatkan mulut ke alat itu."Siapa?"
Orang di seberang alat bertanya lagi.Apa kurang keras? Jaejoong kemudian mencoba menjawab lagi dengan lebih lantang.
"Aku teman Yunho! Apa Yunho ada!""Aku bisa melihatmu dari kamera tapi tidak bisa mendengarmu. Bicaralah sambil menekan tombol hijau."
Jaejoong melihat alat itu, memang ada tombol hijau yang berkedip sejak tadi. Ah...Jaejoong baru mengerti, ternyata begitu cara kerjanya. Tersenyum malu, Jaejoong menoleh ke kanan kiri, memastikan tidak ada orang yang melihat ketika dia berteriak-teriak tadi.
Jaejoong menekan tombol hijau.
"Maaf, aku temannya Yunho, apa Yunho ada?""Oh. Sebentar."
Setelah menunggu beberapa saat, pintu gerbang kayu yang besar itu kemudian terbuka, dan seseorang wanita keluar.
"Ya? Oh, kau yang di rumah sakit kemarin."
"Bibi." Jaejoong menyapa.
"Mari masuk."
Jaejoong kemudian mengikuti wanita itu. Rumah yang cukup luas, bangunan 2 lantai dengan gaya futuristik. Sedikit ruang di depan rumah menjadi halaman dengan hamparan rumput hijau. Di sebelah halaman ada carport yang bisa memuat 2 mobil, sebuah mobil SUV terparkir di sana. Ada rolling door semacam garasi juga di belakang carport. Mungkin ada mobil lain yang tersimpan di dalam. Jaejoong berdecak kagum, ternyata Yunho memang dari keluarga kaya seperti dugaannya dulu ketika pertama kali bertemu.
"Ini, pakai masker dulu sebelum masuk."
"Eh? Oh.. Iya.."
Jaejoong menerima uluran masker dari wanita itu meskipun tidak tahu juga untuk apa. Wanita itu sendiri memakainya, jadi Jaejoong menurut saja.Jaejoong dijamu di sebuah ruang tamu dengan sofa besar yang sangat empuk. Rasa lelahnya sampai hilang begitu saja ketika pantatnya menyentuh empuknya busa. Kalau ini rumahnya sendiri, dia pasti sudah berbaring untuk tiduran.
"Mau minum apa?"
"Ah, tidak usah Bi, aku hanya ingin menjenguk Yunho sebentar."
"Jangan begitu, kau kan tamu di sini, tentu saja harus dijamu terlebih dahulu. Kuambilkan minuman dingin ya. Tunggu sebentar."
Wanita itu langsung masuk ke dalam sebelum Jaejoong sempat menolak lagi. Jaejoong melihat-lihat sekeliling selagi menunggu. Di dinding banyak terpajang foto-foto keluarga. Isinya foto wanita dan pria yang Jaejoong lihat di rumah sakit kemarin beserta 2 orang pemuda yang lebih muda, dari gaya mereka berfoto sepertinya putra mereka. Nampak sangat bahagia. Mereka banyak berfoto bersama di berbagai tempat wisata di dalam maupun luar negeri. Tapi di mana foto Yunho? Jaejoong tidak menemukan satu pun, jadi dia mulai berdiri untuk mengamati lebih dekat setiap foto di dinding sana dan sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years M-Contract
Fiksi PenggemarKim Jaejoong dan Jung Yunho, 2 orang mahasiswa yang sama-sama miskin, berbagi rumah demi berjuang dalam kesulitan hidup mereka.