42. Daddy Bear

709 65 9
                                    

Sebuah mobil putih dengan lampu depan besar yang punya pinggiran hitam di sekitarnya berkedip ketika Yunho menekan tombol pada kuncinya.

"Panda gemuk itu mobilmu? Lucu sekali! Hahaha!"

"Namanya Paopao."

"Paopao? Kenapa terdengar familiar?"

Yunho hanya tersenyum sambil membukakan pintu depan untuk Jaejoong.

Melihat papan nama Firma untuk yang terakhir kali, mereka pun pergi dari sana. Yunho langsung membawa Jaejoong pulang ke rumahnya, rumah tempat mereka akan tinggal bersama lagi. Jaejoong tidak keberatan. Melihat kondisi Yunho sekarang, nampaknya memang lebih baik jika dia yang pindah ke rumah Yunho, tidak mungkin mengajak Yunho pindah ke kamar sewanya yang kumuh kan?

Tidak disangka, perjalanan ternyata cukup jauh, rumah Yunho berada di pinggiran kota, lebih jauh dari jarak kamar sewanya ke kantor, tapi tidak begitu terasa melelahkan karena mereka naik kendaraan pribadi.

"Bear, jangan bilang semua ini mobilmu...?"
Tanya Jaejoong ketika Yunho masuk ke sebuah halaman besar yang berisi beberapa mobil terparkir.

"Bukan, ini lahan parkir umum. Orang-orang di sekitar komplek yang tidak punya garasi menyewa tempat di sini  untuk kendaraan mereka."

"Oh.. Kukira ini halaman rumahmu, hehe."
Jaejoong merasa agak malu, sepertinya dia sudah overthinking tentang seberapa kayanya Yunho. Mungkin Yunho cari rumah di daerah sini juga supaya dapat yang murah.

Yunho memarkir mobilnya di salah satu sudut halaman, kemudian mengajak Jaejoong berjalan menuju rumahnya yang terletak tidak jauh dari sana.

Komplek tempat tinggal Yunho bukan kawasan elit, hanya perkampungan biasa, tapi tidak kumuh. Beberapa rumah sudah dibangun menjadi tingkat 2 atau 3, beberapa masih berupa rumah petak sederhana. Jalanan rapi dan bersih tanpa lalu lalang kendaraan yang ramai, orang-orang bisa berjalan kaki dengan nyaman. Meskipun tidak ada pohon besar untuk perindang, tapi setiap rumah memelihara tanaman dalam pot untuk memberi nuansa hijau. Sambil melangkah, Jaejoong menyentuh dedaunan dari tanaman rambat yang menutupi tembok bata rumah seseorang, segar sekali dan nampak klasik. Orang-orang di komplek ini pasti disiplin karena tetap menjaga keasrian lingkungan meskipun lahan rumah mereka terbatas.

Yunho berhenti tidak lama kemudian.

'Ah..jadi ini rumahnya? Syukurlah..' Jaejoong tersenyum lega, ternyata Yunho masih hidup sederhana seperti dirinya. Itu hanya sebuah rumah petak kecil, yang mungkin belum pernah direnovasi sejak dibangun, retakan dan cat yang mengelupas terlihat di beberapa bagian dinding depan rumah itu. Yunho sepertinya menyewa rumah ini, karena membiarkan kerusakan tersebut. Mungkin gajinya di Firma tidak sebesar yang Jaejoong bayangkan. Jaejoong terkikik dalam hati, sugar baby apa, hihi, setelah ini dia harus segera menemukan pekerjaan baru agar bisa ikut membantu pengeluaran rumah tangga mereka. Rumah tangga.. ah.. Jaejoong tersipu hanya dengan menyebut kata itu di pikirannya. Mereka sekarang akan menikah sungguhan kan? Atau sudah??

"Boo?"

"Hah?"

"Kenapa senyam-senyum sendiri?"

"Ah? Tidak~ hahaha~ ini rumahmu?"

"Mn. Ayo masuk."

Jaejoong melangkahkan kakinya mengikuti Yunho memasuki pagar. Yunho membuka kunci pintu rumah, dan sudah hendak memutar handle, tapi kemudian gerakan berhenti.

"Kenapa Bear?" Tanya Jaejoong.

"....."

"....."

Yunho menatap Jaejoong dengan serius.
"Boo, maaf.. Aku baru ingat.. Ada sesuatu yang belum kukatakan padamu.."

5 Years M-ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang