03. Burung Pipit dan Elang Gundul

606 63 4
                                    

Jaejoong dan Yunho duduk berseberangan di balik meja ruang tamu kamar mereka. Ada sebuah sofa kecil, tapi mereka memilih untuk duduk di bawah karena tidak nyaman jika berdekatan. Baru saja mereka bertukar kartu identitas untuk saling menyelidiki, lirikan mata saling dilayangkan ketika membaca informasi dalam kartu itu.

"Kau tinggal di Seoul? Kenapa menyewa kamar kalau rumahmu ada di kota ini?"
Tanya Jaejoong curiga.

"Itu hanya tempat tinggal, bukan rumahku."

"Ck. Apa bedanya.. Jangan-jangan kau anak nakal yang kabur dari rumah? Kau tidak habis mencuri sesuatu kan??"

Yunho mendengus remeh. Mencuri sesuatu? Yang ada malah miliknya yang dicuri.

"Catatan kriminalku bersih. Mau kuantar ke kantor polisi untuk memastikan?"

Jaejoong berkomat-kamit tidak jelas mendengar jawaban dari Yunho. Sepertinya dia tidak puas. Yunho tetap mencurigakan. Jaejoong kembali menelisik data-data dalam kartu identitas itu. Usia mereka tidak terpaut jauh, Yunho hanya 2 tahun lebih tua darinya. Apa dia juga anak kuliahan? Jaejoong bertanya-tanya dalam hati.

"Sial..."
Guman Yunho.

"Kenapa?"

"Kau belum 20 tahun.."

"Lalu?"

"Kita tidak bisa menikah tanpa ijin dari orang tuamu, syarat pernikahan minimal berusia 20 tahun, kau baru 19."

"Hah? Benarkah? Tapi tahun lalu temanku ada yang menikah, bisa-bisa saja. Ibuku juga menikah saat berusia 18 tahun."

"Mungkin mereka menikah secara adat. Atau sudah secara hukum tapi atas seijin orang tua."

Yunho kemudian mengeluarkan handphone, mengetikkan sesuatu, lalu menunjukkan layar handphonenya kepada Jaejoong. Sebuah artikel tentang prosedur pendaftaran pernikahan di Korea Selatan. Jaejoong pun membacanya. Kartu identitas nasional, formulir pendaftaran, saksi, surat ijin orang tua bagi calon yang berusia <20 tahun. Aaah~

"Lalu bagaimana ini..?"
Tanya Jaejoong putus asa.

"Apa kau bisa mendapatkan surat ijin dari orang tuamu?"

Tuntu saja tidak! Jaejoong bahkan tidak berencana menceritakan perihal pernikahannya ini kepada mereka, bisa-bisa dia dilempar ke kandang sapi oleh ayahnya! Dan lagi dia baru saja tiba, perkuliahan juga akan segera dimulai, tidak mungkin langsung kembali lagi ke Namhae~ Jaejoong menutup wajahnya kehilangan akal. Padahal dia sudah berhasil meyakinkan Bibi Sun bahwa akan segera menikah dengan Yunho. Mereka harus menyerahkan bukti surat pernikahan dalam satu minggu ke depan.

"Apa kau bisa meniru tanda tangan ayah/ibumu?"

Jaejoong mengangguk sambil masih menutup wajahnya, membayangkan akan diusir oleh Bibi Sun, oh tidak...apa uang yang sudah dia bayarkan akan kembali jika diusir dari sini~

"Akan kubuatkan suratnya. Kau palsu tanda tangan ayahmu."

Jaejoong mengangguk lagi.
"Eh?? Apa? Memalsu tanda tangan?"

"Berlatihlah mulai sekarang, besok akan kucetakkan suratnya."

"...Tidak perlu berlatih, aku biasa menggantikan ayahku untuk menandatangani sesuatu, ayahku tidak pandai menulis.. Tapi aku tidak pernah melakukan hal itu tanpa seijinnya.. Aku merasa bersalah jika melangkahinya sejauh ini.."

"Tidak akan menjadi masalah kalau ayahmu tidak tahu."

Jaejoong menghela napas. Seumur hidup dia tidak pernah menjadi anak nakal. Memalsu tanda tangan ayahnya untuk permainan seperti ini benar-benar membebaninya. Jaejoong mulai berpikir ulang apakah ₩190.000/bulan itu layak diperjuangkan..

5 Years M-ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang