45. Amukan Ayah Mertua

636 63 5
                                    

Mengikuti saran dari Dokter Park, Yunho menghentikan aktivitas seksualnya agar tidak mengusik pelekatan embrio pada rahim Jaejoong. Sedikit banyak dia merasa bersalah pada Jaejoong dan calon anak-anaknya, karena kalau diingat-ingat lagi, Jaejoong selalu mengeluh sakit ketika mereka bercinta, untung saja tidak terjadi apa-apa. Tidak bisa Yunho bayangkan bagaimana menyesalnya kalau sampai janin itu gugur akibat ulahnya.

"Tambah lagi baju gantinya."

"Lagi? Tapi ini sudah banyak."

"Lagi."

"Baik, Nyonya."
Yunho membuka lagi kopernya lalu memasukkan lebih banyak kaos dan celana untuk bekal mereka ke Namhae.

"Ayah mungkin akan melempar kita ke kandang sapi berkali-kali."

"Tidak jadi dijadikan orang-orangan sawah?"

"Dua-duanya.."

"Tidak apa-apa, biar aku yang dilempar dan dijemur, hanya mengusir burung di sawah, mudah sekali, jangan cemas, jangan cemas, kata dokter tidak boleh stress, nanti mereka ikut stress." Yunho berusaha menenangkan sambil memijit kedua pundak Jaejoong.

"Kubuatkan susu dulu, lalu kita berangkat."

Jaejoong mengusap perutnya, lalu tersenyum kecil. Bayi kembar, pantas saja baru 2 bulan tapi perutnya sudah terlihat bengkak. Dia sering melihat ibunya hamil dan melahirkan, kecemasannya tidak hanya pada penerimaan orang tuanya atas kondisinya sekarang, tapi juga kemampuannya untuk melahirkan besok. Membayangkan saja sudah membuatnya takut.. Tapi ini benar-benar mukjizat yang luar biasa. Jaejoong tersenyum semakin lebar.

Mereka berangkat ke Namhae begitu Jaejoong menghabiskan susunya dan Yunho mengeluarkan isi perutnya. Bahagia tidak menyembuhkan penyakit psikis Yunho, calon ayah itu masih sering pusing dan mual. Setengah perjalanan dia bergantian menyetir dengan Jaejoong karena masih terus muntah-muntah.

Yunho memakir mobil di bawah bukit dekat rumah Jaejoong, jalanan tidak cukup lebar untuk bisa membawa mobilnya ke atas. Yunho kemudian menggendong Jaejoong di punggungnya.

"Bear turunkan aku~"

"Tidak boleh terlalu lelah, mendaki bukit memberikan tekanan pada otot perut, sangat berbahaya."

"Aku tidak selemah itu Bear.."

"Kau tidak lemah, mereka yang lemah. Tenang saja Nyonya, aku akan mengantarmu sampai tujuan dengan selamat. Nikmati perjalan anda."

"Nikmati bagaimana, aku malu~"
Jaejoong menjawab sambil tersenyum canggung dan melambaikan tangan pada penduduk desa yang menyapanya dari sawah.

Mereka sudah memberitahukan tentang kepulangan ke Namhae hari ini, ayah dan ibu Jaejoong sudah menunggu di rumah, dan langsung cemas ketika melihat Jaejoong dibopong seperti itu.

"Kau kenapa sayang?? Kakimu terkilir?? Sini ibu periksa."

"Tidak ibu, aku baik-baik saja, Yunho saja yang ingin berolah raga. Ibu sehat? Ah..aku sangat merindukan ibu.."
Jaejoong memeluk erat ibunya yang sudah hampir satu tahun tidak dijumpainya.

"Ibu juga merindukanmu sayang. Aah nak Yunho, sudah lama sekali! Kau tidak pernah main ke sini lagi, Jaejoong juga tidak pernah bercerita tentangmu. Bagaimana kabarmu?? Ya ampun kau terlihat semakin tampan saja. Tapi kenapa terlihat pucat? Kau sakit??"

"Terima kasih Bi, aku tidak sakit, hanya sedikit pusing, mungkin mabuk kendaraan hehe. Maaf tidak pernah berkunjung, aku.. e.. lama tidak berkontak dengan Jaejoong karena.. e.. sibuk dengan pekerjaan."

"Kau ini, punya mobil kenapa bisa mabuk kendaraan. Ayo masuk, istirahatlah dulu, pasti kalian lelah."

Bertukar cerita, mereka semua berkumpul di dalam rumah. Hanya ada ibu, ayah, Jisoo, dan Jaechul di rumah. Jiyoung sedang bekerja, sementara Jaehyun, Jihye, dan Jaemin kuliah di luar kota, mereka belum bisa pulang akhir tahun ini. Rumah  jadi terasa sepi, tapi itu cukup menguntungkan, Jaejoong tidak ingin jadi hiburan langka bagi adik-adiknya ketika mendapat hukuman dari ayahnya nanti.

5 Years M-ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang