Pulau Namhae, pukul 6 pagi. Jaejoong berlari menuruni pematang sawah dengan sandal jepit. Embun di rerumputan membasahi kakinya. Rumahnya ada di atas bukit persawahan. Hari ini ada adalah hari pengumuman hasil ujian masuk, karena tidak punya handphone, dia harus ke toko kelontong untuk membeli koran, memastikan apakah namanya ada di situ.
"Paman Tae! Koran hari ini! Satu! Cepat! Cepat!"
Kata Jaejoong sambil menyodorkan selembar uang kertas.Seorang pria baruh baya menerima uang itu sambil menguap. Tokonya baru saja buka.
"Kau ini, kenapa beli koran saja buru-buru, membaca nanti atau sekarang tulisan di dalamnya tidak akan berubah. Koran apa?""Yang mana saja boleh!"
Paman Tae menarik koran yang lipatannya paling tebal. Mata Jaejoong langsung menajam, oh tidak! tebal sama dengan mahal!
"Tunggu! Yang paling murah saja Paman, hehe.."
Paman Tae lalu menarik koran lain yang lebih tipis.
"Ini."Jaejoong mengulurkan tangan dengan tidak sabar, tapi Paman Tae malah mengerjainya, membuat Jaejoong tidak bisa menangkap koran yang diputar-putar di sekitar tangannya itu.
"Pamaaaaan~"
"Hahahahaha! Ini, baru 5 menit yang lalu koran ini datang."
Jaejoong segera membuka lembaran-lembaran koran itu, mencari tabel nama siswa yang diterima di Seoul National University. Jarinya merunut daftar yang tercetak kecil di sana. Saking seriusnya Jaejoong, membuat Paman Tae ikut penasaran, dia melongokkan kepala keluar dari bilik toko sambil membetulkan posisi kacamatanya, mengintip apa yang sedang Jaejoong baca.
DUG!
"Aah~"
Jaejoong tiba-tiba mendongak dan berjedukan kepala dengan Paman Tae. Kedua orang itu pun menggosok kepala masing-masing."Kau ini!"
"Ehehe maaf.."
Paman Tae memukul Jaejoong dengan gulungan koran sebelum kemudian bertanya untuk memuaskan rasa penasarannya.
"Jadi apa yang tertulis di sana?"
"Aku..."
"...."
"Aku..."
Matanya berkaca-kaca, Jaejoong seperti akan menangis.
"...."
"AKU DITERIMAAAAAAAAAAAAA!!!!"
Di lereng bukit, Kim Taehee yang sedang membersihkan sawahnya dari ilalang langsung berdiri begitu mendengar teriakan putranya yang menggema dari kejauhan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ibuuuu tidak perlu membawa lobak~ bekalku sudah banyak.."
Jaejoong kewalahan dengan semua barang yang ibunya bawakan. Tas ranselnya sudah penuh, belum lagi harus menggeret koper berisi pakaian dan buntalan kain yang ntah diisi apa oleh ibunya."Ibu takut kau kelaparan di sana, bawa saja."
Kim Taehee tetap menjejalkan sebuah lobak besar ke ransel Jaejoong."Ya ampun.. Aku seperti orang yang mau mengungsi.."
"Maaf, ayah tidak bisa memberimu banyak uang, hanya ada ini. Semoga cukup untuk mencari tempat tinggal dan biaya hidup di sana."
Kim Jihoon memberikan sebuah kantong berisi gulungan uang kepada Jaejoong. Itu adalah seluruh tabungannya selama 1 tahun. Sejak mengetahui keinginan putranya untuk kuliah, Jihoon menyisihkan uang khusus untuk itu. Ntah apakah cukup, karena dia sendiri belum pernah keluar dari pulau Namhae, apalagi ke kota besar seperti Seoul."Mn. Terima kasih, jangan khawatir ayah. Pasti cukup."
Harus cukup, batinnya. Jaejoong lalu menyimpan uang itu kantong bajunya. Dia berhasil lolos ujian masuk lewat jalur beasiswa anak tidak mampu, semua biaya kuliahnya ditanggung, dia juga akan mendapat uang bulanan untuk akomodasi lainnya, jadi seharusnya tidak butuh banyak uang tambahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years M-Contract
Hayran KurguKim Jaejoong dan Jung Yunho, 2 orang mahasiswa yang sama-sama miskin, berbagi rumah demi berjuang dalam kesulitan hidup mereka.