08. Panggilan Sayang

373 47 3
                                    

"Bibi, ini ada sedikit bingkisan dari kami."
Jaejoong dan Yunho manemui Bibi Sun sebelum berangkat ke kampus.

"Ya ampun tidak perlu repot-repot seperti ini. Tapi terima kasih, aku akan menerimanya. Apa kalian mau berangkat kuliah?" Bibi Sun melihat Jaejoong dan Yunho sudah rapi dengan ransel di punggung.

"Iya, kebetulan kami ada jadwal kuliah pagi."

"Oh, hati-hati di jalan kalau begitu."

"Terima kasih Bi, mari, kami permisi dulu. Ayo Yun."


"Tunggu!" Bibi Sun menahan Jaejoong.

"Kenapa masih memanggil suamimu dengan nama formalnya? Kau harus memanggilnya dengan panggilan sayang supaya dia semakin mencintaimu." Bisik Bibi Sun.

"Pa..panggilan sayang?"

Bibi Sun mengangguk. "Ayo, cobalah." Katanya sambil menyenggol Jaejoong dengan lengannya.

"Ah~ itu, aku malu kalau harus mengucapkannya di depan orang lain.." Jaejoong berkelit.

"Aiiish, jangan anggap aku orang lain, anggap saja ibu sendiri, kalian kan tinggal di rumahku. Tidak apa-apa, jangan malu-malu, ayo." Bibi Sun menunggu dengan mata berbinar, melihat kemesraan pasangan muda selalu membuatnya bersemangat karena mengingatkannya pada masa lalu.

"I..iya~ e... B..Bear, ayo berangkat."
Jaejoong mengarang asal.

Bibi Sun kemudian mengalihkan pandanganya kepada Yunho, menunggu kalimat balasan yang akan dia ucapkan.

"...Ayo berangkat--- Boo." Yunho pun tidak kalah asal.

Kalau bisa menggali tanah, Jaejoong sudah akan memendam wajahnya yang malu sekarang. Mereka pun akhirnya berhasil pamit pergi.

"Boo??" Bisik Jaejoong di perjalanan.

"Karena kau menakutkan seperti hantu."

"Hantu?? Dari mana--"

"Kenapa Bear?"

"Karena kau mendengkur seperti beruang!"

"Ssstt. Kecilkan suaramu. Bibi Sun masih di belakang."

Jaejoong menoleh kebelakang untuk memastikan, Bibi Sun memang masih mengamati mereka, malahan sekarang memberi kode kepada Jaejoong agar menggandeng Yunhoo. Jaejoong hanya bisa mengangguk dengan canggung sambil mencoba menyentuh tangan Yunho. Tapi reflek Yunho sangat buruk, dia menepuk tangan Jaejoong ketika kulit mereka bersentuhan.

"Bersandiwara sedikit! Gandeng tanganku!"
Bisik Jaejoong.

Yunho berdecak kesal kemudian memegang jemari Jaejoong dengan ibu jari dan telunjuknya.

"Genggam idiot, tanganku bukan kaos kaki bau!"

Yunho mau tidak mau melakukan apa yang Jaejoong suruh. Jaejoong kemudian menoleh ke belakang lagi, Bibi Sun memberi kode agar Jaejoong merangkul lebih dekat, Jaejoong tersenyum, kemudian mengaitkan lengannya memeluk lengan Yunho.

"Apa yang kau lakukan??" Yunho bergerak risih.

"Lihat saja ke belakang sendiri!"

Yunho menoleh. Bibi Sun mengangguk-angguk sambil mengacungkan kedua jempolnya. Yunho membalasnya dengan sebuah anggukan kemudian berjalan cepat menggeret Jaejoong yang masih menempel padanya.

Sniff. Sniff.
Jaejoong mengendus.

"Kenapa??" Tanya Yunho.

"Kau bau."

Yunho langsung menarik lengannya.

"Hehehehehe aku bercanda, bau wangi maksudnya. Sini, Bibi Sun masih melihat. Parfum apa yang kau pakai?" Kata Jaejoong sambil mengeratkan pelukannya.

"Kau pikir aku punya uang lebih untuk membeli parfum?"

"Tapi baumu enak."
Sniff. Sniff.

"Hentikan~ Orang-orang melihat!"

Dan begitulah setiap hari mereka lalui jika bertemu dengan Bibi Sun, wanita itu hanya akan tersenyum jika sudah melihat Jaejoong dan Yunho bergandengan tangan dengan mesra dan memanggil satu sama lain dengan panggilan sayang.

------------------------------------Tbc.

5 Years M-ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang