Jaejoong menguap sambil meregangkan tangan. Dia sudah tidak di desa, matahari juga masih malu-malu untuk keluar, tapi karena jam biologisnya sudah terbiasa bangun pukul 05.00 pagi, Jaejoong tetap membuka mata meskipun belum tahu juga akan melakukan apa. Kalau di desa, begitu membuka mata sudah banyak pekerjaan yang menanti. Membangunkan adik-adiknya, menyiapkan seragam sekolah mereka, memetik sayuran di ladang untuk sarapan, hah...baru satu hari tapi dia sudah merindukan kampung halaman. Jaejoong pun beranjak dari kasur.
Tatapan ibanya langsung jatuh kepada Yunho begitu keluar dari kamar. Pria berbadan bongsor itu masih tertidur, melipat tangan dan kaki, meringkuk, menjejalkan tubuh besarnya di atas sofa yang kecil. Orang itu bahkan tidak menggunakan bantal maupun selimut. 'Apa tidak dingin?' batin Jaejoong. Dia kemudian masuk lagi ke kamar lalu kembali dengan sebuah selimut.
.
.
.
Uap nasi sudah mengepul di dapur, suara penggorengan juga terdengar, seberkas sinar matahari pun mulai masuk, tapi Yunho masih tertidur nyenyak. Dia malah semakin menarik selimut menutupi lehernya. Sampai kemudian uap nasi itu semakin mendekat dan mengundang perut laparnya untuk berbunyi. Yunho membuka mata. Jaejoong sudah bersila di seberang meja melahap nasi dan telur goreng yang hangat. Yunho menelan ludah kemudian duduk."Selamat pagi."
Ucap Jaejoong di sela kunyahan."Mn.."
Yunho mengamati selimut asing yang masih menutupi seagian tubuhnya, kemudian melipat selimut tersebut.
"Terima kasih. Lain kali tidak perlu menyelimutiku." Katanya sambil mengembalikan selimut itu kepada Jaejoong.
"Pakai saja, aku bawa 2. Kau kedinginan seperti trenggiling tadi. Kembalikan kalau kau sudah punya selimut sendiri."
Jawab Jaejoong, mendorong tangan Yunho yang terulur."Aku tidak butuh."
Yunho menyodorkan lagi."Tidak apa-apa."
Jaejoong kembali mendorong."Tidak perlu."
"Sudah pakai saja, aku ikhlas meminjamkan."
"Kubilang tidak usah ya tidak usah!!"
Bentakan Yunho menghentikan aksi dorong-mendorong itu. Jaejoong terkejut, dia sedikit mengernyit. Yunho menatap Jaejoong dengan sorot mata yang keras, dia tidak ingin dikasihani.
Jaejoong kemudian meletakkan sumpitnya lalu mengambil selimut yang disodorkan. Tapi bukan untuk membawanya masuk ke dalam kamar.
"Anak keras kepala! Cuaca sedang dingin! Kalau kau sakit lalu aku ketularan bagaimana, hah?! Aku akan tetap membungkusmu seperti ini setiap malam meskipun kau menolaknya!"
"Apa yang kau lakukan?? Lepaskan aku!"
Yunho meronta dalam selimut. Jaejoong membungkusnya dari ujung kepala sampai pinggang lalu mengikat ujung-ujung selimut itu.Jaejoong tidak takut dengan bentakan. Dia sudah terbiasa menangani kelakuan adik-adiknya di rumah yang lebih parah. Di matanya, Yunho hanya terlihat seperti anak kecil yang sedang tantrum karena keinginannya tidak terpenuhi.
Yunho akhirnya berhasil melepaskan diri. Tatapan tajamnya langsung mengarah kepada Jaejoong yang sudah melanjutkan lagi makannya dengan tenang.
Jaejoong membalas tatapan Yunho dengan 1 detik senyuman lalu berkata dengan wajah serius.
"Lain kali pakai sendiri atau kupakaikan."Sambil menggerutu dalam hati Yunho kemudian melipat lagi selimut itu, melemparnya ke sofa dengan kasar, lalu masuk ke kamar mandi. Jaejoong menggelengkan kepala, Yunho benar-benar mengingatkannya pada Jaechul.
.
.
.
"Jam berapa kita berangkat?""9."
Sebelah bibir Jaejoong terangkat.
"Masih marah karena kubungkus selimut?" Godanya.Yunho melirik. Kemudian menggigit lagi rotinya dengan kasar. Tentu saja dia masih marah!
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years M-Contract
Fiksi PenggemarKim Jaejoong dan Jung Yunho, 2 orang mahasiswa yang sama-sama miskin, berbagi rumah demi berjuang dalam kesulitan hidup mereka.