Ting.
Suara notifikasi khas terdengar, layar handphone yang tadinya gelap terlihat menyala. Yunho yang sedang terpejam sambil memeluk teman tidurnya itu langsung membuka mata untuk memeriksa. Sebuah order. Tanpa menunggu lama, Yunho pun bangkit lalu mengambil jaket dan kunci kendaraan.
"Aku pergi dulu." Pamitnya.
Mendapat ciuman hangat, membuat Yunho sedikit bersemangat untuk pergi bekerja. Yunho tersenyum, memberi sebuah pelukan, kemudian berangkat.
Bip. Bip.
Suara alarm kendaraan berbunyi ketika Yunho menekan tombol pada kunci yang dibawanya. Yunho berjalan ke arah deretan mobil yang berjajar di lahan parkir umum itu. Sebuah mobil hitam putih mungil yang terlihat seperti panda gemuk terparkir di sana. Sederhana tapi mengkilap, nampak terawat. Ah, tidak, bukan mobil itu yang dia tuju, tapi sebuah skuter listrik di sebelahnya.
Bip. Bip.
Alarm itu menyala lagi ketika Yunho memasukkan kunci kontaknya. Mengendarai skuter listriknya, Yunho segera menuju ke restoran yang tertera dalam aplikasi. Setelah menunjukkan nomor pesanan, seorang pelayan menyuruhnya menunggu karena pesanan itu belum selesai dibuat. Yunho pun duduk sambil mengamati orang-orang yang ada di restoran itu, hingga pesanannya datang.
Yunho duduk di motornya untuk memeriksa sejenak peta lokasi rumah pemesan sebelum berangkat ke sana. Zoom, zoom, scroll, scroll, oke, dia sudah mengingat jalur dan alamatnya. Dia pun berangkat untuk mengantarkan pesanan. Yah, sudah hampir 5 tahun ini Yunho bekerja sebagai driver online di sebuah perusahaan jasa transportasi. Tapi dia hanya melayani pesan antar, ntah itu makanan atau barang. Teknologi semakin berkembang dan orang-orang semakin malas beranjak dari tempatnya. Banyak restoran dan kedai makanan tergabung sebagai partner, dan semakin hari semakin banyak order pesan antar makanan yang masuk.
Padatnya jalanan kota Seoul di pagi hari tidak menghambat perjalanan Yunho karena dia pakai skuter. Dengan lihai Yunho meliak liuk di jalanan agar cepat sampai ke tujuan.
Yunho memutar kunci kontak ke arah OFF lalu mengeluarkan handphonya lagi untuk memeriksa nama pemesan. Dia sudah sampai di alamat tujuan. Scroll, scroll, scroll, siapa gerangan yang memesan sarapan hari ini.
Yunho mendengus begitu membaca nama pemesannya. Shim Changmin. Mirip sekali dengan nama orang yang sangat dia benci. Tapi tidak mungkin itu orang yang sama, Shim Changmin yang ada di bayangannya tidak mungkin tinggal di bangunan sewa yang terlihat murahan seperti ini.
Tanpa melepas helm, Yunho pun beranjak dari skuternya untuk mengantar pesanan ke depan pintu pemesan. Dia biasa seperti itu karena keperluannya hanya sebentar, melepas helm dan meninggalkannya di motor hanya akan memberi kesempatan bagi pencuri untuk mengambilnya. Dia sudah kapok karena pernah 1x kecurian helm saat masuk ke sebuah gedung untuk mengantar barang.
Lantai 3 kamar nomor 35. Yunho menaiki tangga, dan berjalan sambil membaca nomor pintu tiap kamar yang dilewatinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Brengsek, di mana cincin sialan itu."Jaejoong mengumpat sambil menunduk dan berputar-putar, memeriksa segala penjuru lantai di sekitar wastafel tempat dia meletakkannya tadi. Dia baru saja selesai mandi dan cincin itu sudah hilang ketika dia mau memakainya lagi. Mungkin tersenggol ketika dia menarik handuk. Jaejoong memperluas area pencariannya sambil membawa sapu untuk merogoh kolong-kolong, siapa tahu cincin sialan itu menggelinding ke mana-mana.
Tok. Tok. Tok.
"Sebentar!"
Jaejoong meneriaki orang yang mengetuk pintu kamarnya.Selang 10 detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years M-Contract
Fiksi PenggemarKim Jaejoong dan Jung Yunho, 2 orang mahasiswa yang sama-sama miskin, berbagi rumah demi berjuang dalam kesulitan hidup mereka.