09. Jangan Marah Lagi

370 56 3
                                    

Suatu sore sebelum pulang ke rumah dari kampus, Jaejoong mampir ke ruang security.

"Paamaaan."

"Hei, kau rupanya. Sudah pulang?"
Kim Rae Won memutar kursi. Kaos dalam putihnya terlihat, 2 kancing kemejanya terbuka. Hari sudah sore, sudah jarang orang lalu lalang, sebentar lagi jam kerjanya juga selesai, jadi dia sedikit bermalas-malasan sambil menikmati hawa dingin AC di ruang kerjanya.

"Iya hehe. Ini, kubawakan jus semangka."

"Wah! Terima kasih!"
Rae Won langsung menerimanya dengan senang hati.

Slluuurrrrrrrp.

"Aah! Segar sekali..."

Jaejoong duduk di sebelahnya, memperhatikan tanpa berkedip dengan senyum yang lebar.

"Apa? Kenapa terus melihatku seperti itu??"

"Hehehe.. Paman Rae Won yang baik, ada sesuatu yang ingin kutanyakan."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jaejoong berhenti sejenak untuk menaikkan gendongannya dan beristirahat. Fyuh..berat juga. Dia terlihat kesulitan dengan 2 tumpukan plastik hitam yang hampir menutupi pandangan ketika mulai berjalan lagi. Senyumnya mengembang karena berhasil mendapatkan banyak tanah untuk berkebun hanya dengan segelas jus semangka. Paman Rae Won memang bisa diandalkan, tahu tempat-tempat tersebunyi di mana Jaejoong bisa mengambil tanah kampus dengan bebas.

Ketika sedang berjalan, tiba-tiba seseorang mengambil 1 tumpukan plastik hitam di depannya. Jaejoong menoleh.

"Yunho?? Hah.. terima kasih.."
Jaejoong lega karena setengah bebannya terangkat.

"Hanya membetulkan tumpukan."

BRUK!
Yunho mengembalikan lagi plastik itu kepada Jaejoong.

"Brengsek!"
Jaejoong terhuyung karena beban yang tiba-tiba.

Yunho kembali mengangkat plastik yang tadi dia kembalikan. "Language Boo. Kalau tidak kuat jangan sok membawa banyak."

"Kau sengaja!"

Yunho tertawa, dia mulai belajar meniru Jaejoong, menikmati mengganggu orang dengan berbagai cara.

"Apa isinya?"
Tanya Yunho sambil menekan-nekan plastik itu.

"Tanah."

"Untuk apa tanah sebanyak ini? Mau mengubur seseorang?"

"Untuk memberi makan perutmu, otak ubi. Uang belanja kita cepat sekali habis, aku mau menanam sayuran di balkon."

"Memangnya bisa tumbuh?"

"Kalau dirawat ya pasti tumbuh."

"Oh. Aku lupa kau anak petani."
Sebulan lebih tinggal serumah, Yunho sudah sedikit banyak mengetahui latar belakang Jaejoong.

"Eh Yunho, bisakah kau membantuku 1 lagi?"

"Apa?"

BRUK!
Jaejoong mengoper plastik tanah yang dibawanya kepada Yunho, membuat Yunho agak terhuyung.

"Brengsek! Mau ke mana?!"

"Language Bear! Aku masih harus mengambil 1 plastik lagi di kampus! Tolong bawakan pulang! Letakkan di balkon!" Teriak Jaejoong dari jauh.

Akhirnya Yunho yang harus kepayahan membawa 2 tumpukan tanah itu di sisa perjalanan, belum lagi harus menapaki anak tangga menuju lantai 3 tempat kamar mereka berada. 'Sial! Aku harus minta jatah makan lebih banyak malam ini!'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jaejoong mengukur telur gorengnya dengan penggaris, lalu membelah telur dadar itu tepat menjadi 2 bagian sama besar.

5 Years M-ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang