Ohm nan Nanon datang ke desa Bidaya saat hari sudah gelap. Mereka sudah letih dari perjalanan yang cukup jauh. Seperti yang diucapkan Ohm bahwa menuju desanya perlu menempuh perjalanan lebih jauh dan bus yang mereka tumpangi tidak sampai di desa itu.
Perut yang lapar sudah Ohm tahan karena sang Ibu berkata sudah masak untuknya di rumah. Ohm sempat menghubungi ibunya di desa bahwa dia akan datang bersama temannya dan perjalanannya sebentar lagi.
Sejauh yang Ohm ingat, rumah yang terakhir ia datangi lima tahun yang lalu sangat berbeda dengan yang sekarang berada di depannya. Mereka telah sampai di gerbang yang sekarang sudah tinggi. Ohm mengetuk pintu yang tertutup setelah memasuki pagar yang setengah terbuka. Pintu lalu terbuka memperlihatkan seorang laki-laki dengan tubuh kurus tinggi dan di belakangnya seorang wanita yang menebar senyum.
"Bapak." ucap Ohm dan memeluk laki-laki itu dan mendatangi ibuya ingin memeluk sang ibu. Ibunya saat itu mual dan berkata sedang sakit, menghentikan langkah Ohm padahal ia ingin sekali memeluk sang ibu. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Ohm hanya mencium tangan ibunya.
"Ibu tak mau kamu sakit tertular karna flu ibu." Ucapnya yang Ohm pahami. Ohm mengenalkan Nanon pada kedua orang tuanya. Nanon masih sedikit bingung karena Ohm belum bercerita apapun. Dari perjalanan Ohm hanya bercerita tentang desa dan tentang sekolah dan Nanon hanya sebagai pendengar. Yang Nanon tangkap dari semua ini adalah Ohm yang memiliki dua orang tua. Beruntung sekali, ucap Nanon dalam hatinya. Karena walaupun Nanon punya satu pasang, tapi mereka telah memutuskan untuk berpisah.
Nanon bersalaman dengan kedua orang tua Ohm.
"Teman Ohm sekolah ya?"
"Iya tante."
"Jangan panggil tante. panggil ibu sama bapak ya Nanon. Anggap aja rumah sendiri."
"Iya bu, terimakasih."
"Bapak ibu apa kabar?"
"uwweek" Ibu Ohm terlihat akan muntah. Iya berlari menuju dalam rumah.
"Kalian duduk dulu ya, bapak mau liat ibumu. Mau kasih minyak angin"
"Iya pak, sepertinya parah ibu tuh." ucap Ohm yang terlihat cemas tapi tak bisa menghampiri ibunya karena dia merasa masih tamu di rumah itu.
"Aldo, Alda, temenin abangmu sini!" Bapak memanggil dua anak yang terlihat mirip namun beda.
"Iya pak." Ucap satu anak yang berlari ke ruang tamu dan duduk didekat Ohm dan Nanon. Bapak masuk kedalam rumah yang terpisah dari ruang tamunya.
Dua anak kembar tersebut memperhatikan Ohm dan Nanon secara bergantian. Ohm tersenyum pada mereka yang baru Nanon sadari mereka adalah adik Ohm.
"Kata Ibu, abang anak ibu? benarkah?"
"Iya. aku abangmu. Namaku Ohm. Nama kamu siapa?"
"Aku Aldo. Kenapa abang baru ada? Temanku punya abang. Dan dia bermain dengan abangnya, tonjok-tonjokan di sawah sana. Aku juga ingin main tonjok-tonjokan." ucap yang laki-laki. Sedangkan yang perempuan hanya memasang raut datar. Ohm tersenyum karena tidak tau bagaimana menceritakan kisahnya pada anak kecil yang bahkan tidak pernah bicara padanya. Canggung. Ohm tak tau bagaimana bicara dengan adiknya sendiri.
"Ohm, barang-barangmu simpan dulu di dalam kamar ya. Kamarnya yang itu, sama mandi dulu ya. Terus kamu ke dapur ya makanan udah di siapkan sama ibumu." ucap bapaknya.
"Ibu gimana pak?"
"Ibumu bapak suruh istirahat dulu. ga ikut makan dia Ohm. Ga apa ya?"
"Iya pak mungkin abis istirahan ibu sembuh. Ayo Non ke kamar."
Ohm dan Nanon masuk ke dalam kamar yang sederhana, hanya ada kasur besar dan satu lemari dalam ruangan itu. Ohm menyimpan tas besarnya di sembarang lantai dan Nanon mengikuti.
"Non, lo dulu apa gua dulu yang mandi?"
"Gua dulu boleh?"
"Iya. Kamar mandinya di ujung ya. Lu bawa 'anduk?"
"Bawa." Nanon mengeluarkan gumpalan kain dari kopernya. Mengeluarkan alat mandi dan baju ganti. Dia lansung menuju kamar mandi yang disebutkan Ohm.
Ohm melihatt lagi kamar itu dan membongkar tasnya. dibukanya lemari yang terlihat kosong dan masih baru. Disimpannya baju-baju dalam lemari itu. Tak lama Nanon masuk kekamar, tanpa suara memberitahu Ohm bahwa dia telah selesai.
"Pakaian lo masukin sebelah sini ya Non. Susun aja!" Ohm lansung menuju kamar mandi dengan perlengkapan yang telah ia siapkan.
Karena perut mereka sepertinya sudah tak sabar untuk di isi. Ohm mengajak Nanon ke dapur setelah ia selesai mandi. Disana bapak sedang menyajikan Aldo dan Alda serta mengambilkan ayam goreng dan sayur.
"Gimana Ohm, kamu suka gak dengan kamarnya. Itu ibumu yang siapkan. katanya biar kamu betah di rumah."
"Itu kamarnya Ohm pak?"
"Iya, kamarmu. Duduk dulu ya. Maaf seadanya nak Nanon." Nanon pikir bapak terlalu merendah karena di meja makan terletak berbagai jenis lauk. Ikan bakar, ayam, semur daging, telur dan banyak sayur lainnya.
"Seadanya gimana pak. ini kebanyakan. Apa nanti akan habis? kata Ohm yang heran melihat hidangan. Sepertinya untuk sepuluh orang.
"Ibumu tuh, dia pengen masak ini itu, jadilah seperti ini." Bapak merentangkan tangannya dan tertawa. Nanon dan Ohm akhirnya tersenyum dan mulai ikut makan.
"Abang Ohm, kata ibu kalau aku sudah besar, kamar itu buatku. Jadi abang nanti pindah kamar ya. Aku gak mau satu kamar sama Alda. Dia suka nangis."
Ohm tersenyum sambil meneruskan makannya. "Iya, nanti kamar itu punya Aldo." Aldo pun diam setelah menyampaikan keinginannya. Ohm tau, dia hanya datang sesekali ke sini bukan untuk tinggal dan menetap. Ibunya menyiapkan kamar khusus, menyiapkan makanan yang banyak, dan Ohm mulai merasa diterima di rumah yang telah lama tak ia kunjungi. Bahkan bertukar kabar saja jarang. hanya akhir-akhir ini saat Ohm ingin sekali mengunjunginya.
Nanon tak banyak bicara. Dia makan dengan tenang, dan hanya mengikuti kemanapun Ohm pergi. Bapak Ohm menyarankan mereka agar beristirahat karena perjalanan yang mereka tempuh cukup jauh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Mist
Romance⚠️BXB WARNING⚠️ ⚠️OHMNANON⚠️ ⚠️21+⚠️ Nanon yang tiba-tiba memutuskan liburan seorang diri bertemu dengan Ohm Pawat yang selalu jadi topik pembahasan anak-anak dikelasnya. Ohm Pawat yang merindukan orang tuanya di desa, akan berkunjung liburan kali i...