Paw

543 23 3
                                    

Ohm telah berada dikasur sambil menepuk-nepuk bantal di sebelah tepi. Nanon hanya memperhatikan dan terlihat bingung.

"Kenapa? Lu mau sebelah sini?" tanya Ohm yang melihat sikap Nanon yang diam.

"Ga ada kasur kecil ya? biar gue tidur dibawah."

"Ngapain tidur di bawah? kalaupun ada yang pasti ga seempuk kasur ini." Dia memukul-mukul kasur yang terlihat nyaman jika tertidur di sana. "Sini aja. Atau lu mau sebelah tepi sini?"

"Boleh deh. Yang disana aja." Nanon naik ke kasur dan membaringkan tubuhnya di sebelah tepi dan berbatasan dengan dinding.

"Gue boleh tanya?"

"Tanya aja Non. "

"Lu punya dua orang tua? Orang tua kandung lu yang mana Ohm?"

"Yang di sini. Gua sebenarnya anak angkat Bunda. Udah dari usia dua tahun. Gue jarang ketemu ibu sama bapak. terakhir lima tahun yang lalu."

"Enak ya punya dua orang tua,,, hoaaamm"

"Gue belum ngerasa apa-apa. Gak dekat juga dengan orang tua kandung gue. Mereka kasih gue kamar gini bikin gue seneng setidaknya gue tau mereka masih perduli. Dulu gue kira mereka ga sayang gue.Tapi katanya ibu selalu tanya tentang gue sama bunda. Gue juga baru tau. Makanya gue mau liburan ke sini tahun ini. Kalau orang tua lu gimana?" Ohm menoleh pada Nanon. Ternyata Nanon sudah tertidur. Dia yang ingin mendengar cerita Ohm namun dia yang tidur lebih dulu. Ohm tersenyum dan dia juga mulai memejamkan mata. Letihnya perjalanan membuat mereka tidur nyenyak.

Pagi datang. Udara terasa lebih dingin secara alami. Masih jam enam pagi saat Nanon membuka mata. Ketika matanya terbuka yang pertama kali ia lihat adalah wajah Ohm. Kaget karena tidak pernah tidur dengan orang lain, Nanon lansung duduk dan mencerna dimana ia berada saat ini. 

Nanon melakukan aktifitas paginya. Dia ke belakang untuk cuci muka tanpa membangunkan Ohm dari tidurnya. Saat ia keluar dari kamar mandi, Nanon menabrak si kecil Alda.

"Eh.. maaf ya. kakak ga sengaja. Kamu ga apa kan?" Anak itu hanya tersenyum dan menangguk. Lalu berlari menuju ibunya. Nanon mengikuti dari belakang. Gadis kecil itu bersembunyi di belakang sang ibu. Tanpa sadar Nanon tersenyum. 

"Nanon, ayo duduk sini. Ibu sudah bikin sarapan buat kamu sama Paw. Paw nya udah bangun belum Non?" Nanon sempat berpikir siapa yang disebut. Dan tersadar yang dimaksud adalah Ohm Pawat. Paw, lucu namanya, ucapnya dalam diam.

"Belum bu, ibu mau aku bangunkan Paw nya?" Aneh,, cukup lucu jika diucapkan.

"Ga apa. Biar dia istirahat dulu. Non, ibu mau antar Aldo Alda ke sekolah. Kalian ibu tinggal ya. Bapak ada kok nanti nemenin kalian."

"Iya bu, gak apa."

"Makasih ya. Ibu pergi dulu."

"Tapi bu, aku belum makan" kata Alda merengek pada ibunya.

"Kita udah telat nak, nanti ya?" Lalu mereka pergi. Aldo menunggu ibunya di depan rumah. Siap dengan tas sekolahnya. Nanon melihat jam tangannya masih jam enam limabelas menit. Apakah sekolah disana memang harus sepagi itu atau sekolahnya yang jauh. Nanon hanya kembali kekamar untuk membangunkan Paw.

"Paw. bangun." Nanon menggerakkan tubuhnya. Yang dipanggilhanya mengubah posisi tidurnya. Nanon memanggil lagi. 

"Pawpaw, bangun. Gua gak mau sendiri. Paaww..." Ohm terbangun juga akhirnya. 

"Lu manggil gua apa?" ucapnya setelah matanya melihat dengan jelas.

"Paw?"

"Itu panggilan gua waktu kecil. Kok lu tau?"

"Ibu yang ngasih tau."

"Ibu udah sehat kan, tadi lu ketemu ibu?"

"Iya. kayaknya udah. Udah pergi lagi antar adek lu sekolah."

"Ini jam berapa sih Non?"

"Jam enam."

"Keawalan gak sih kalau pergi ke sekolah sekarang?"

"Ga tau. katanya mereka udah telat. Mungkin masuk awal atau sekolahnya jauh dari sini."

"Dingin Non. Gua pengen tidur lagi." Ohm kemali memejamkan matanya dan memeluk guling yang sempat terlepas.

"Lu jangan biarin gua sendiri lah. Ini kan rumah lu juga Paw, gua bingung harus ngapain."

"Bisa gak sih lu jangan panggil gua kayak gitu. Aneh tau. Gua ga pernah di panggil gitu."

"Hmm kayaknya Paw lebih enak di ucapkan deh daripada Ohm. Lu jadi kayak Om Om kalau di panggil Ohm. Gua panggil Paw aja ya?"

"Terserah lu aja lah. Nama gua ada Ha nya Non, Haa,,, bukan Om tapi Ohm. Ada Haaaa."

"Bau mulut lu. Gosok gigi sana!" Ohm memajukan mulutnya tanda ia kesal ucapan Nanon.

 Gosok gigi sana!" Ohm memajukan mulutnya tanda ia kesal ucapan Nanon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kemaren aja lu diam. Pas bacot gini lu ngeselin." Ohm meninggalkan Nanon yang masih duduk di kasur. Dia mengambil Handphonenya. Tidak ada notivikasi apapun. Wajar saja, kedua orang tuanya sangat sibuk. Mereka tidak akan perduli apakah anaknya sudah di tempat penginapan atau bagaimana ceritanya di perjalanan. Orang tua Nanon tidak akan seperhatian itu. Nanon mematikan layar pipih itu dan menyimpannya dalam tas. Dia tidak menginginkan handphone untuk saat ini. Nanon kembali ke ruangan depan. Ohm sedang bicara dengan bapaknya.

Setelah sarapan dan mandi, Ohm dan Nanon diajak melihaat perkebunan milik bapak. Cukup luas. Mereka hanya memetik buah dan mengambil sayur. Ohm dan Nanon yang belum pernah melakukannya dibantu beberapa pekerja. Tak terasa hari telah siang. Ohm dan Nanon dipanggil untuk pulang. Mereka menikmati memanen kacang panjang dan sayuran lainnya. Nanon pikir orang tua Ohm cukup mampu jika untuk membiayai sekolah atau kehidupan sehari-hari Ohm. Rasa penasaran sedikit timbul kenapa Ohm diberikan pada orang lain. Tapi Nanon tak ingin bertanya. Menurutnya tak sopan jika ia bertanya seperti itu.

Ketika tiba, Ohm dan Nanon sudah di hidangkan makanan. Makan siang yang terlihat lezat. Bapak menyuruh mereka duduk. 

"Ohm, kata ibumu kalau ada yang ingin kamu makan, kasih tau aja."

"Ibu kemana pak?"

"Lagi nidurin Aldo Alda. Anak itu kalau gak tidur siang dia suka main sana sini. Apa lagi Aldo. Suka ninggalin adeknya kalau mau main. Ayo kita makan!"

Ohm mulai mengambil nasi lauk di hadapannya sambil kepalanya bermonolog. Ibu sibuk sama si kembar. sedangkan dia belum ngobrol banyak dengan ibu. Tapi sudahlah. mungkin nanti ketemu. 

Tapi setelah sore dan malam ternyata ibu Ohm tidak ada di rumah. Kata bapak dia ada urusan dirumah temannya, dia membawa si kembar. Sedikit kesal karena urusan bersama teman ibu ternyata lebih penting dari kedatangan Ohm. Tapi lagi-lagi Ohm berpikir mungkin memang sangat penting. Ohm dan Nanon ditemani bapak. Bapaknya sudah menyarankan agar mereka jalan-jalan sore. Tapi Ohm berkata mungkin besok baru jalan-jalan.

Rainbow MistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang