Pesta Pantai

328 20 1
                                    

Jam tujuh malam Ohm masih menangis dalam pelukan Nanon, masih ditengah rasa sedih perut Nanon tiba-tiba berbunyi. kreeuukk suara itu terdengar oleh Ohm. Nanon membesarkan bolamatanya ketika perutnya berbunyi. Merasa malu, Nanon menoleh kearah lain. Ohm melihat wajahnya kemudian tertawa. Merasa lucu ketika Nanon menahan rasa malu. 

"Hahahaha.."Ohm mengusap pipinya yang basah. Nanon melihatnya yang tertawa, dia juga ikut tertawa. Tangannya bergerak sendiri ikut menghapus air yang masih menempel di bagian pipi Ohm.

"Yok cari makan!" Mereka berdiri dan membersihkan pasir yang masih menempel. Ohm menepuk-nepuk celana Nanon untuk menghilangkan pasir yang masih menempel. Mereka tak sadar sedang melakukan perhatian kecil yang memberi kenyamanan atas hubungan mereka yang baru terjalin bahkan belum sampai satu minggu.

Didekat pondok yang mereka tempati, ada beberapa warung makan yang buka. Dengan lampu kerlap kerlip dan lagu yang mengalun. Pantai yang mereka datangi adalah tempat wisata bagi orang-orang setempat. Cukup ramai disana.

"Paw, mau pesan apa? Paw?" Nanon memanggilnya setela mereka memilih duduk di meja paling pojok. Tapi Ohm terdiam, suara Nanon hanya terdengar kata-kata Paw saja dan itu terasa bergema diantara musik yang saling sapa.

"Paw?" Nanon menyentuh pundaknya.

"Hah?"

"Mau pesan apa?" Ohm melihat menu yang sudah tersimpan di meja yang mereka tempati.

"Nasi goreng seafood deh."

"Kak, Nasi goreng seafoodnya dua, sama minumnya teh hangat ya dua!" Nanon bicara pada seorang gadis yang seusia mereka yang entah sejak kapan berdiri didekat mereka.

"Kok di samain?"

"Males mikir. Udah laper." Ohm hanya tertawa melihat Nanon memegang perutnya. Tawa Ohm tiap detiknya berubah jadi tawa yang dipaksakan karena ucapan Nanon saat memanggilnya masih menggema ditelinganya. Nanon menyadari perubahan di suara tawanya. 

"Kenapa Paw?"

"Non, lu boleh gak jangan panggil gue pake sebutan Paw?"

"Kalau lu gak suka, gue ganti panggilan. Mau di panggil apa? boleh tau alasannya?"

"Bukan gak suka sih, gua suka. Tapi, ada alasan kenapa gue di panggil Paw sejak disini. Dan itu rasanya bikin gue malu." Ohm tau alasan sejujurnya dia merasa detak jantungnya cepat beberapa saat yang lalu saat Nanon memanggilnya seperti itu. Tapi dia tak akan memberitahukannya, untungnya ada alasan lain yang bisa ia sebutkan pada Nanon.

"Kata bapak, abis dari pondok beberapa minggu tak ketemu ibu, gua dibawa kembali ke rumah dengan dandanan anak gadis. Lu bayangin gua usia dua tahun dengan baju perempuan dan pake wig kepang" Nanon tertawa dan Ohm tau Nanon sedang membayangkannya dengan pakaian perempuan.

"Apa hubungannya dengan nama panggilan?" Nanon masih tertawa melihatkan lekungan di kedua pipinya.

"Saat datang ke rumah, ibu ga sadar itu gue. Dia malah gendong gue tanpa efek apapun sama tubuhnya. Kata bapak saat itu ibu senyum meluk gue, selama ini dia gak pernah kayak gitu. Non gue aja bayanginnya sedih, ibu gak pernah peluk gue dengan senyum. Terus pas ibu tanya nama gue saat itu gue yang bilang Paw"

"Lu malunya dimana?" Nanon berhenti tertawa setelah Ohm menceritakan alasannya.

"Gue disaat itu dikira perempuan Non. Dan karena itu ibu selalu panggil gue Paw menghindari diri gue yang sebenarnya. Gue malu nama itu ngebayangin dandan jadi perempuan. Lu mau liat gak? Bapak ada kasih fotonya nih."

Ohm mengeluarkan dompetnya dan memperlihatkan foto yang telah dilaminasi. Seorng anak yang seperti adis kecil dengan rambut kepangnya dan lipstik merahnya. Nanon menahan senyumnya. Lucu sekali, pikir Nanon saat melihatnya.

Rainbow MistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang