Hubungan

527 25 4
                                        

Nanon masih memegang hpnya terfikir untuk mengaktifkan internet namun dia urung. Untuk apa juga hpnya aktif dan tak ada seorangpun yang akan menghubunginya kecuali urusan pindah. Nanon mematikan total hpnya. Ohm yang melihat Nanon menggenggam benda pipih itu setelah terakhir kali ia melihatnya di bus.

"Non bagi nomor lu!"

"Apa?"

"Bagi nomor hp!"

"Udah gue matiin. Gak hafal."

"Boong lu, kalau ga hafal tinggal hidupin. Sini hp lo!"

"Nanti lah,, gue laper. Kita cari makan yok udah bunyi ini perut."

"Nggak, hp lu dulu!"

Nanon berjalan ke arah villa tanpa memperdulikan permintaan Ohm.

Mereka membersihkan diri dan mencari makan seperti malam sebelumnya. Tapi malam ini tidak ada pesta apapun. Dan mereka tidak berniat berjalan-jalan lagi. Rasa letih karena bermain di pantai membuat mereka ingin santai di villa.

Malam itu dihabiskan mereka dengan bernyanyi dan bermain gitar. Menyeruput kopi panas disertai cemilan. Tidak ada pembahasan apapun, mereka sama-sama enggan membicarakan masalah pribadi. Bahkan tak ada sedikitpun obrolan tentang kegiatan mereka malam sebelumnya.

"Gue ngantuk. Mau tidur rasanya Paw."

"Baru jam sembilan Non?"

"Yah, gimana. Ngantuk banget ini."

"Ya udah, ayok tidur!" Nanon terdiam. Ajakan Ohm terasa salah atau mungkin otaknya yang mengartikan beda.

"Kenapa bengong. Katanya mau tidur?"

"Eee maksud gue, gue tidur sendiri kalau lu belum ngantuk. Kan lu bisa tinggal di sini?"

"Gue mau rebahan juga. Ayok!" Ya sudah lah, hanya pikiran Nanon yang terlalu tidak sehat. Mungkin karna yang terjadi tadi malam, ketika Ohm 'mengajaknya' tidur pikirannya sedikit kotor. 

Mereka merebahkan tubuh setelah menggosok gigi bersama. Menatap langit-langit dengan diam. Nanon benar-benar mengantuk. Tak lama dia pun tertidur.

"Lu udah tidur?" Ohm menoleh ke arah Nanon. "Ah,, udah ternyata. Cepat banget tidurnya Non. Dari samping gini hidung lu mancung. Padahal lu ganteng ya, masa ga ada yang naksir lu di sekolah sih?" Ohm bicara pada Nanon yang benar-benar terlelap dalam tidurnya. Nanon mengerakkan badannya dan tertidur miring. Wajah Nanon menghadap Ohm membuat Ohm memperhatikan wajahnya dengan lebih lama.

"Begini lu malah cantik. Haha pipinya luber. Gemes." Ohm menyentuh pipinya dengan pelan. Merapikan rambut Nanon yang menghalangi pandangannya, membelai dahinya yang mulus. Jarinya menuntun pada hidung Nanon, memberikan colekan kecil diujungnya. Jarinya masih senang berada di wajah manis Nanon. Menyentuh alisnya dan pipi Nanon. Ohm menatap bibir Nanon. Bibir itu yang ia cium tadi malam. Bibir lembut Nanon. Jempolnya menyentuh tipis, membelai halus bibir Nanon yang kemudian terbuka sedikit. Ohm memajukan tubuhnya dan mencium Nanon. Ciuman lembut, sangat lembut sehingga Nanon bahkan tidak sadar. Ohm sedikit menjauh. 

"Gue kayaknya udah gila kerayu sama wajah Nanon. Dia cowok tapi gue malah terpesona gini." Ohm bicara pada dirinya sendiri dengan suara pelan. "Kalau gue gak kasian Nanon udah gue..." Ohm menggeleng, menghentikan pikiran kotornya. Ia mendekat pada Nanon dan memeluknya. Memaksakan matanya untuk terpejam. Dan entah karena memang letih atau terasa nyaman, Ohm juga terlelap dalam tidurnya.

 Jam lima subuh, Nanon terbangun. Melihat tangannya yang memeluk Ohm. Dia tersenyum. Mengetahui seseorang telah bersamanya untuk beberapa hari ini menghangatkan hatinya. Senang rasanya bersama Ohm akhir-akhir ini. Dia mencium Ohm. Ohm membuka matanya dan melihat senyum indah Nanon. 

Rainbow MistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang