⚠️BXB WARNING⚠️
⚠️OHMNANON⚠️
⚠️21+⚠️
Nanon yang tiba-tiba memutuskan liburan seorang diri bertemu dengan Ohm Pawat yang selalu jadi topik pembahasan anak-anak dikelasnya.
Ohm Pawat yang merindukan orang tuanya di desa, akan berkunjung liburan kali i...
Malam ke tiga Ohm dan Nanon berada di desa Bidaya. Nanon yang belum terbiasa satu kamar dengan orang lain memberi batasan bantal guling diantara keduanya. Malam sudah sunyi. Jika di kota jam sepuluh masih banyak suara berisik. Tapi ini di desa, hanya bunyi malam yang terdengar.
"Non, menurut lu ibu gue sayang gak sih sama gue?"
"Kenapa?"
"Dia gak pernah ajakin gue ngobrol selama kita di sini. Selalu sibuk. Apa dia ga ada kangen sama gue."
"Yaa,,, gak tau paw. Tapi kan dia selalu masakin lu, kemaren baju lu aja di cuciin sama ibu. Baju gue juga. Ini kamar dia yang siapin." Nanon yang sudah tak pernah mendapat perhatian orang dewasa menurutnya orangtua Ohm sudah lebih dari orangtuanya.
"Tapi Non, lu bayangin kita gak pernah ketemu dan sekarang ketemu. Harusnya dia seneng. Harusnya ibu banyak ketemu gua. Setidaknya ngobrolin kabar."
"Ibu lu mungkin sibuk Paw?"
"Sibuk banget ya sampai ngobrol sebentar aja gak mau. Gue mau bangun pagi-pagi besok. Lu bisa bangunin gue gak kalau lu bangun duluan?"
"Hmm... Gua bangunin. Dan kalau gak bangun gua biarin lu tidur sampai siang." Ohm memeluk guling yang Nanon letakkan diantara mereka.
"Gue harap gue bisa ngobrol dengan Ibu gue Non besok. Beberapa hari ini gue cuma ngobrol dengan bapak. Bapak nemenin kita terus soalnya. Ehh sama lu juga jarang ngobrolin sekolah. Non ayo kita ngobrol dulu?"
"Gue ngantuk. Mau tidur."
"Ini baru jam sepuluh Non. Lu mah, selalu aja ada alasan kalau gue buka obrolan."
"Tidur Paw, katanya mau bangun pagi besok?"
"Gue belum ngantuk Non. Kata bapak dua jam dari sini ada pantai Non. Besok mau gak kita pergi?"
"Terserah lu?"
"Besok gue mau pinjam motor bapak."
"Lu bisa bawa motor?"
"Bisa. Gue pernah di ajarin tapi belum pernah motoran jauh-jauh."
"Kalau pergi kepasar gitu lu mau gak Paw?"
"Mau beli apa?"
"Jalan-jalan aja mungkin beliin adek lu barang-barang. Atau ibu sama bapak?"
"Oke. Tapi gue gak tau pasar sebelah mana. Besok gue tanya bapak."
"Hmm,, Ayo tidur!"
"Jangan dulu lah Non. Ngobrol dulu." Besok bisa Paw."
"Ih lu gak asik." Nanon membalikkan tubuhnya membelakangi Ohm yang masih melihat kelangit-langit kamar yang remang. Perlahan mata keduanya terpejam.
Dingin. Malam selalu dingin jika di sini. Beberapa saat Nanon merasa tubuhnya hangat. Wajahnya ditiup angin yang hangat. Tidak dingin seperti sebelumnya. Mungkin pemanas di ruangan ini telah hidup. Sepertinya hotel ini memuaskan hingga tak terasa dingin. Hotel? Sejak kapan berada di Hotel? Sepertinya tadi malam ia ingat berada di kamar Ohm. Perlahan Nanon membuka mata. Yang terlihat pertama kali adalah wajah laki-laki yang menjadi temannya baru-baru ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kaget tentu saja, Tapi tak ingin menjadi canggung Nanon mendorong tubuh Ohm perlahan. Bukannya menjauh, Ohm mempererat pelukannya seperti memeluk guling. Kepala nanon berada didepan dada bidang Ohm. Entah jantung siapa yang lebih keras terdengar saat ini karena jantung Nanon berdetak lebih kencangnya. Dia bisa mendengar detak jantung Ohm yang normal dan detak jantungnya yang cepat.
Kembali ia sadar dan mendorong Ohm pelan. Tak ingin membangunkan si teman yang sepertinya lelap dalam mimpi. Tapi lagi-lagi Ohm menarik tubuhnya lebih dekat dan kakinya yang mengunci tubuh Nanon semakin dekat. Tak lagi Nanon berusaha menjauhkan tubuh Ohm, maka ia memejamkan mata. tertidur dalam pelukan Ohm. Malam itu tidak ada rasa dingin yang menusuk seperti malam-malam sebelumnya. dan keduanya telah larut dalam mimpi.
Sudah pukul tujuh pagi, dan Ohm baru mulai membuka mata. Matahari sudah sangat terang. Kenapa Nanon tidak membangunkannya? Terdengar sayup nafas di dekat tubuhnya. Kaget? Tentu saja. Nanon berada dalam bekapannya. Dia sadar sedang memeluk temannya entah sudah berapa lama. Pelan ia mengangkat tangan dan kakinya. Nanon bergeser dan terlentang memperlihatkan perut putihnya karena baju yang terbuka setengahnya. Cepat Ohm menutupnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Non, bangun lu!"
"Hah?" Mata Nanon setengah terbuka. Cahaya masuk kedalam kamar mereka. Nanong merenggangkan lengannya dan Ohm hanya memperhatikan.
"Jam berapa Paw? Lu katanya mau ketemu ibu. Jadi?" Ohm bahkan baru ingat. Ini sudah jam tujuh lewat beberapa menit, Ohm keluar kamar. Ibunya sudah pergi ke sekolah si kembar.
"Pak, Ibu udah pergi?"
"Iya Paw."
"Bapak kok manggil pake Paw?"
"Ya,, ibumu lebih suka panggil kamu gitu. Bapak mau juga. Nanon juga manggil kamu gitu, lucu tau Paw. Iya kan Non?" Nanon yang menyusul Ohm berbincang dengan bapaknya mengangguk sambil mereka tertawa.
"Ibu ga pernah manggil gitu depan aku pak. Sore ini ibu suruh jangan kemana-mana dong pak. Masa anaknya datang, dia gak pernah ajak ngobrol." Bapak terdiam, lalu tersenyum.
"Nanti bapak bilang sama Ibu. Kalian sarapan dulu abis itu mandi. Mau ikut bapak kah? Bapak mau antar barang hari ini ke desa sebelah."
"Rencana mau ke pasar pak. Tapi boleh juga kalau ikut bapak." Mereka sambil duduk di meja makan dan menyantap nasi goreng yang sudah disiapkan.
"Tapi bapak kesana sini loh Paw."
"Kalau ikut bapak arahnya ke pasar gak pak? Bapak pake apa?"
"Pick up Paw. Atau kamu mau bawa motor bapak? Kamu bisa naik motor gak?"
"Bisa pak. tapi pelan-pelan aja sih. Aku pake motor bapak ikut di belakang ya. Sampe pasar aja pak.
Satu jam setelah diperjalanan dengan motor, mereka sampai di pasar. Membeli jajanan dan membeli barang-barang. Baju, boneka, robot telah mereka bungkus. Motor sudah penuh. Saat siang, mereka berhenti di tempat makan yang cukup ramai.
"Non, besok kita ke pantai yok. Kata bang Jaka dua jam dari rumah loh Non. Terus kemaren bapak ada bilang punya pondok kecil di dekat pantai." Bang Jaka adalah salah satu kariawan bapak di perkebunan.
"Gua denger kok waktu bapak bilang. Tapi kan kita gak tau Paw tempatnya. Kecuali ada yang nemenin."
"Nanti gua tanya bapak Non. Lama banget ga pernah ke pantai. Lu pernah Non?"
"Nggak pernah."
"Liburan biasa kemana lu?"
"Gua ga pernah liburan. Baru sekarang."
"Hah? Emang ortu lu gak ajak ke puncak atau kemana gitu Non?" Boro-boro ke puncak Paw, Di rumah aja nggak. paling waktu gue masih kecil. kata-kata itu tersimpan dalam mulut Nanon sambil melahap makanannya. dan akhirnya hanya gelengan kepala yang Ohm dapatkan dari pertanyaannya. Nanon sangat tertutup, apa mungkin karena kita belum terlalu dekat? Gue harap dia nganggap gue temen dan mau terbuka tentang dia sendiri. Monolog Ohm sendiri.