⚠️BXB WARNING⚠️
⚠️OHMNANON⚠️
⚠️21+⚠️
Nanon yang tiba-tiba memutuskan liburan seorang diri bertemu dengan Ohm Pawat yang selalu jadi topik pembahasan anak-anak dikelasnya.
Ohm Pawat yang merindukan orang tuanya di desa, akan berkunjung liburan kali i...
Sore harinya mereka telah sampai di rumah. Namun rumah tertutup rapat tidak ada tanda orang yang di dalam. Ohm membuka handphonenya, ternyata benar. Ibu sedang keluar bersama bapak dan kedua adiknya. Ibunya memberi pesan kunci disimpan sebelah jendela dan Ohm mengambilnya. Membuka pintu rumah dan membawa barang yang telah mereka beli sebelumnya. Nanon yang melihat Ohm hanya terdiam, dia tak ingin mengganggu apa yang sedang dipikirkan oleh Ohm saat ini. Terlihat kedua mata Ohm hanya kesedihan. Beberapa menit Ohm dengan pikirannya, tersadar bahwa Nanon saat ini melihatnya dengan cara iba.
"Gua hanya ngerasa bukan pulang Non." Nanon mengangguk dan duduk.
"Mereka kemana Paw?"
"Ada urusan katanya. lumayan jauh, dan karena kita pakai motornya, bapak jadinya antar pakai pick up dan pulangnya akan sangat malam. Sorry Non"
"Kenapa minta maaf?"
"Gua ga tau kita akan gini. Lu pasti ngerasa kecewa liburan ngikut gua. Harusnya lu liburannya ke tempat wisata. Ini ke rumah ortu gua tapi merekanya ninggalin kita gini." Ohm terlihat tak kuat menahan air mata. Tetesan air keluar dari matanya. Nanon menggenggam pundaknya dan menepuk pelan. Berharap cara itu bisa menghibur hati Ohm saat ini. Nanon yang terbiasa ditinggal orang tuanya sendiri, bahkan sudah lupa seperti apa sedihnya ketika ditinggalkan sendiri.
"Lu kan ga sendiri Paw, gua disini." Ohm menghapus air diwajahnya. Benar juga ada Nanon yang saat ini nemenin dia. Ohm mengangguk tanda ia menyetujui ucapan Nanon.
"Gimana kalau kita keliling desa Non?"
"Motoran lagi?"
"Iya. Kalau di rumah gak ada kegiatan Non sekalian kita makan di luar gitu?"
"Boleh deh. Tapi gua mandi dulu. Udah mulai sore ini."
Setengah lima sore mereka mengunci rumah dan melakukan perjalanan mengelilingi desa.
"Non, ada tempat lapang di sana."
"Terus mau apa?"
"Lu mau gak belajar pake motor?"
"Gak lah gue takut jatuh dan motor bapak nanti malah lecet."
"Gue ajarin Non biar lu nanti setidaknya bisa motoran."
"Ya udah berenti!" Mereka berhenti di tempat yang sedikit lapang. Ohm mundur saat Nanon turun dari motor.
"Naik sini. Lu di depan. Gua pegang nih." Nanon mengikuti arah Ohm dan duduk di depan. Bingung, Ohm masih memegang dan gas perlahan diputar. Nanon seperti anak kecil yang saat ini berada dalam kukungan Ohm.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Motor yang melaju pelan membuat jantungnya lebih cepat berdetak. Bagaimana jika mereka terjatuh dan luka?
"Non lu pegang stangnya. Ini jangan di putar terlalu kuat. pelan-pelan aja." Nanon mengikuti arahan Ohm dan ternyata tidak sesulit yang Nanon pikir. Hanya beberapa menit dia sudah santai membawa motor itu maju dengan pelan.
"Gua turun. Lu mulai dari awal. Pencet yang ini tekan yang initerus stangnya luputar pelan-pelan kayak tadi!" Nanon mengikuti. Ia maju perlahan. Terasa ringan mungkin karena Ohm tidak dengannya. Nanon mulai menikmati, keliling di lapangan kecil itu. Nanon tersenyum. Tak disangka memakai motor semudah ini. Mungkin karena selama ini dia takut untuk mencoba. Nanon berhenti karena hari juga mulai gelap.
"Lu cepet banget belajarnya. Good boy." Ohm mengacak rambutnya. Mendapat pujian seperti itu adalah pertama kalinya buat Nanon. Wajahnya memerah dan dia tersenyum malu. Ohm menyadari rona merah di wajahnya dan lesung pipi yang ada muncul saat senyum itu terbit. Indah, pikirnya dalam hati. Baru kali ini Ohm melihat senyum indah dari Nanon.
"Lu kalau malu gitu, cantik." Tanpa sadar Ohm malah mengeluarkan kata-katanya dengan pelan. Tapi Nanon yang berada di dekatnya bisa mendengar dengan jelas. Kaget, baik Ohm maupun Nanon setelah kata-kata itu keluar.
"Ee Non, Kita makan di sana yok abis itu kita pulang."
"Hum.." Nanon hanya ikut apa yang di arahkan Ohm. Dia saat ini sedang malu dan tak tau apa yang membuatnya semalu ini. Selama makan dan perjalanan pulang, mereka hanya sedikit berbicara.
Jam enam pagi, Nanon terbangun dari tidurnya. Melihat Ohm dengan dengkuran halusnya membuat Nanon tersenyum. Sadar akan tingkahnya dan menggeleng kuat, Nanon keluar dari kamar. Ia menemukan ibu Ohm di dapur sedang membuat sarapan. Rasanya sudah lama tidak mendengar suara ibu padahal ini hari ke empat mereka di rumah yang sama.
"Ibu, lagi masak apa? Boleh Nanon bantu?"
"Eh, Sudah bangun ya. Ga usah Non, Ini udah mau selesai. Kamu bisa duduk di kursi itu Non." Nanon duduk di kursi meja makan. "Nah udah selesai. Non, Ibu boleh tanya?"
"Tanya apa bu? Tanya aja."
"Paw di seolahnya gimana? Sikap dia sifat dia sama apa dia udah punya pacar?"
"Di sekolah dia banyak ikut organisasi bu. Dia juga main basket sekolah. Banyak juga yang suka berteman dengannya. Kalau pacar aku belum tau bu. Tapi banyak yang naksir dia di sekolah bu."
"Non, makasih ya kamu mau jadi temen Paw. Tolong jaga Paw kedepannya ya Non." Nanon awalnya tersenyum getir tanpa menjawab. Tapi dia harus jujur pada ibu.
"Hmm sebenarnya bu, aku akan pindah sekolah tahun ini. Paw belum tau, karna aku belum kasih tau. Jadi maaf bu, mungkin aku gak bisa janji untuk nemenin dia nanti."
"Pindah? Kenapa pindah?"
"Itu bu..."
"Good morning Ibu.. Aku bangun pagi-pagi buat bantu ibu masak." Suara Ohm mengagetkan kami. Ibu lebih kaget lagi dan lansung berdiri.
"Ah,, Paw. Tapi ibu udah selesai masak. Sekarang ibu mau ke kamar Aldo Alda ini. Mereka udah mandi barusan mau berangkat sekolah. Ibu pergi dulu ya!"
"Loh bu, tadi ngobrol sama Nanon bisa. Masih jam enam loh ini bu." Ibu terlihat cemas.
"Tapi ibu harus antar mereka ini Paw." Ibu melewatinya untuk menuju kamar si kembar. Tapi Ohm menarik lengan ibu.
"Tunggu bu,," Seharusnya yang keluar dari mulut ohm bahwa ia yang akan mengantar si kembar ke sekolah. Tapi sikap reflek ibu kaget dan melepas sentuhan dari Ohm membuat Ohm heran. "Ibu kenapa?" Ohm menyentuh lagi lengan ibunya, Hal itu membuat ibu berteriak kencang.
"Aaaa,,, Hng.."
"Bu kenapa? Ada yang sakit kah?" Ohm terlihat bingung akan sikap ibunya. Nanon kemudian berdiri bingung dengan kondisi yang terlihat.
"Bapaaakk.. Bapaaakk..." teriak ibu sambil menjauh dari jangkauan Ohm. Bapak datang berlari. Melihat ibu yang saat ini seperti kerasukan, tubuhnya yang menegang, suaranya yang keluar berteriak-teriak membuat Ohm dan Nanon diam di tempat. Bapak memegang kedua tangan Ibu yang memukul udara.
"Pergiii,, Pergii kamu!" Dia bicara di depan Ohm yang tak mengerti kenapa tiba-tiba memintanya pergi. Arah matanya yang sedih menatap bapak yang masih menghentikan hentakan tangan ibu.
"Pak, Ibu kenapa?"
"Nanti bapak cerita ya. Kamu masuk kamar dulu. Trauma ibu lagi kambuh. Bapak akan cerita. Kamu jangan kemana-mana!"