Perkenalan

574 24 2
                                    

Nanon hanya terdiam tanpa memperdulikan orang yang baru duduk di sebelahnya, mengatur tas yang besar kebawah kakinya dan tas yang dipunggungnya dipindahkan di atas paha sambil memeluknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nanon hanya terdiam tanpa memperdulikan orang yang baru duduk di sebelahnya, mengatur tas yang besar kebawah kakinya dan tas yang dipunggungnya dipindahkan di atas paha sambil memeluknya. Ohm melihat ke arah Nanon, dan saat bersamaan Nanon melihat juga padanya. Ohm tersenyum tulus, namun sepertinya menurut Ohm orang disebelahnya tidak mau di ganggu. Nanon melanjutkan tidurnya yang tadi sempat terganggu oleh kedatangan Ohm. 

Matahari mulai membakar kulit. Ohm yang sudah mengantuk ingin menarik tirai yang berada di jendela. Menghindari cahaya matahari yang terasa menyilaukan.Ketika tirai menutupi jendela dan menghalangi sinar, Nanon yang sudah kembali ke alam tidurnya menggeliat, mengubah posisi tidurnya dan hampir miring ke sebelah kursi Ohm. Ohm menegakkan tubuh Nanon. Dia kembali memejamkan matanya yang sudah berat. 

Bis berhenti di tempat pemberhentian bis saat jam makan siang. Nanon menyadari bis itu berhenti. Dia membuka mata, namun kepalanya terasa berat. Dia sadar seseorang bersandar dan tertidur dikepalanya dan dia bersandar pada bahu orang di sampingnya. Nanon cepat-cepat menegakkan badannya sehingga membuat Ohm terbangun dari tidurnya. Wajahnya yang mengantuk dan masih mengambang melihat di sekeliling. Orang-orang turun dari bis. Ohm baru sadar sepenuhnya saat Nanon berdiri dan berniat ingin keluar juga dari bis. Ohm segera mempersilahkan.

Tanpa suara dan tanpa senyum Nanon melewati Ohm. Ohm masih memejamkan matanya beberapa menit dan dia ikut turun dari bis. Ohm memesan makanan, mencari meja yang masih bisa ia tempati. namun seluruh meja telah penuh. Rumah makan memang terlihat lebih ramai karena ini sudah jam makan siang. Dilihatnya masih ada bangku kosong di depan orang yang duduk disampingnya tadi. Ohm menghampirinya.

"Maaf, boleh duduk di sini. di lain penuh" Nanon hanya mengangguk sambil masih mengunyah makanannya.

"Trimakasih." Ohm masih melahap makanannya, dan Nanon sudah selesai dengan makan siangnya. Nanon memainkan hpnya sambil melihat pada ohm yang fokus dengan makanannya. Ohm tau orang yang di depannya sedang melihatnya, tapi Ohm pura-pura tidak sadar sampai makanannya habis. Ohm pikir anak ini pergi seorang diri sama sepertinya, karena dia tidak melihat orang dewasa di sekitarnya.

"Pergi liburan sendiri ya?" Ohm membuka suaranya. Nanon sadar ohm bicara padanya dan Nanon mengangguk sambil meminum habis es nya. 

"Sama dong. Gue sendiri juga. dari mana?" canggung ucap Ohm dalam hatinya. Dia seperti bicara sendiri.

"Dari kota Gamadarma."

"Ohh sama dong. Lu sekolah dimana?"

"Ee,,, kita satu sekolah." Nanon menggosok belakang lehernya canggung. Ohm mungkin tak mengenalinya. Tapi Nanon sangat mengenali Ohm. Bagaimana tidak, Ohm selalu di sebut-sebut sebagai cowok yang populer di sekolahnya. 

"Benarkah? Kok gue gak pernah liat lu di sekolah?" Nanon hanya tersenyum menangapi. 

"Ehh bis nya udah mau jalan tuh. Masuk yok!" Ajak Ohm. Mereka membayar makanannya dan kembali duduk dalam bis. 

"Nama lu siapa? Gua Ohm." Ohm memajukan tangannya dan di sambut oleh Nanon.

"Nanon."

"Lu adek kelas gua? Gua ga pernah liat lu di kantin atau dimanapun. Cuma adek kelas yg gedungnya agak terpisah."

"Bukan. Kita seangkatan!"

"Hah? Ga mungkin. Gua kenal sebagian besar kalau seangkatan."

"Ya mungkin ada 1 orang yang ga lu kenal." Ohm terdiam. Jeda pembicaraan mereka beberapa detik terasa lama.

"Lu kelas apa?"

"IPS"

"IPS berapa?" Ohm sepertinya kesal. Karena Nanon bicara sangat irit. Dan Ohm harus bertanya lebih banyak untuk memuaskan rasa penasarannya. Jika seangkatan, kenapa dia tak pernah terlihat atau di sebut dimanapun? Memangnya ada kah yang tidak Ohm kenal di sekolah?

"IPS 5"

"Sekelas dengan Adam dong. Hah? Masa sih?" Masih tidak percaya Ohm ingin sekali mengujinya tapi sepertinya dia terlalu terlihat ingin tau.

"Lu mau kemana nih?" Nanon terdiam dengan pertanyaan Ohm. Ohm sungguh kesal. Anak ini sangat sombong dia hanya bertanya seperti itu tapi tidak dijawab. Ohm mulai memainkan hpnya membuka medsos teman-temannya. Tidak menemukan wajah orang di sebelahnya di IG sekolah. Mungkin orang ini berbohong, pikirnya.

"Gak tau" ucap Nanon tiba-tiba. Termyata Nanon diam karna memikirkan akan menjawab apa pertanyaan Ohm terakhir. Tapi Ohm malah lupa bahwa dia tadi bertanya.

"Maksudnya?"

"Gue ga tau mau kemana." Nanon jawab dengan menunduk. Ohm sekarang bingung. Orang di sebelahnya pergi dengan bis namun tidak tau tujuannya. Bagaimana bisa?

"Lu mau kemana?"

"Gua ke Desa Bidaya. Mau ngunjungin ortu."

"Ortu? Bukannya ortu lu ada di kota? Mereka lagi liburan juga?"

"Hah? Lu kenal ortu gua?"

"Hmm.. kenal. Ga ada yang ga kenal lu kayaknya"

"Gua masih ga percaya lu kelas IPS 5. Boleh sebutin beberapa anak kelas lu?"

"Intan, Ayu, Desi, Dwi, Bagus, Adam, Angga,,,"

"Cukup. Oke gua percaya." Ohm tau nama-nama itu. Tapi dia benar-benar tidak pernah mengenal yang namanya Nanon.

Ohm membuka X nya dan mencuit di sana, bertanya apakah ada Nanon di kelas IPS 5. Beberapa menjawab ada. Ohm baru percaya setelahnya.

Bis sudah berjalan setengah jam dari tempat pemberhentian makan siang.

"Kalau lo ga ada tujuan, mungkin lo mau ikut gue ke rumah ortu gue." Nanon tak sangka dia akan ditawarkan tempat seperti itu. Sesuai harapannya. Ya, tadi Nanon sempat berharap semoga Ohm mau mengajaknya pergi bersamanya.

"Gua mau" ucap Nanon cepat. Ohm melihat mata Nanon yang sedikit berkaca. Nanon tersenyum canggung. Dia sulit untuk senyum di depan orang lain. Tapi senyuman Nanon sangat manis. Ohm membalasnya.

"Oke. Desa Bidaya di pemberhentian terakhir terus kita harus naik angkot kecil lagi lalu kita naik ojek. Lu ga apa?" Nanon menggeleng.

"Ee Ohm, lo.. liburan berapa lama?" Tanya Nanon.

"Agak lama gue di sana. Kalau lu mau nanti pulang duluan, gampang kok bisa gua antar sampe naik bis."

"Nggak. Kalau boleh, gua mau ikut lu sampai pulang."

"Non, lo minggat dari rumah?" Tanya Ohm penasaran. Karena tanpa tujuan, untuk apa Nanon ini bepergian. Tapi Nanon menggeleng.

"Gua cuma mau jalan-jalan."

"Sendiri?"

"Ya. Lu juga sendiri"

"Ya udah. Sekarang sama lu. Berdua jadinya."

Ohm tidak lagi bertanya mengapa Nanon pergi sendiri atau apa masalahnya. Mereka hanya larut dalam hpnya masing-masing.

Rainbow MistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang