Hilang

309 18 4
                                    

Next Day

Ohm mengantarkan Nanon sampai terminal bus menuju kota. Hari ini Nanon pulang lebih awal dari Ohm. Masih ada empat hari sebelum masuk sekolah. Ohm ingin pulang bersama Nanon tapi dia baru satu hari merasa jadi seorang anak dirumah ini. Ibu baru bisa memeluknya, bicara padanya tidak seperti sebelumnya. Ohm pikir nanti juga akan bertemu kembali di sekolah.

"Makasih ya Paw udah nganter. Untung ga nyasar ya?" Setelah Nanon turun dari motor.
"Lu sih, ga mau di antar bapak tadi. Kalau pake mobil kan kita ga khawatir."
"Bapak lagi ada tamu Paw, ga enak lah." Memang benar awalnya bapak akan mengantar Nanon, tapi tidak jadi karena tiba-tiba bapak kedatangan tamu yang ingin membeli hasil panennya dalam jumlah banyak.

Ohm menawarkan diri agar dia bisa mengantar Nanon hanya sampai terminal. Meyakinkan semua orang bahwa dia bisa dan kembali kerumah.
"Non, gua belum punya nomor hape lu. Berapa nomer hape lu Non?" Ohm mengeluarkan hape miliknya bersiap mencatat angka yang disebutkan Nanon.

"Nomor gue udah gue buang kemaren Paw. Nanti gue beli yang baru. Pas udah sampe rumah."

"Kok gitu lu, ga bilang-bilang. Kenapa dibuang sih Non."

"Mau yang baru aja Paw, ga ada apa-apa."

"Ihh, ya udah. Nih nomor gue, untung aja gue sempet nulisnya di kertas." Ohm memberikan secarik kertas dengan Nanon. "Nanti kalau lu udah punya nomor baru, gua tunggu lu chat ya Non!" Nanon mengangguk dan memasukkan kertasnya pada saku celana.

"Ya udah. Makasih ya Paw buat semuanya."

"Kalau mau makasih, cium boleh kali Non?"

"Gila lu. Rame orang."

"Biar aja, ayo dong Non, cium." Nanon melihat sekeliling, mereka memang berhenti di pojokan toko karena menghindari sinar matahari. Tapi beberapa orang melewati area tempat mereka berhenti. Saat semua orang sibuk dengan aktivitasnya, Nanon mencium pipi Ohm dengan cepat.
"Udah ya," mereka sama-sama tersenyum.

"Non, gue juga makasih. Udah nemenin gue disini. Jadi pacar gue, dan...pengalaman berharga sama lu. Gue seneng. Gue pengen terus sama-sama lu. Mau jadi pacar lu."

"Hus, jangan lagi bicara gitu Paw. Kemaren kita udah bahas. Disini kita pisah ya." Ohm menggeleng. "Paw, gitu perjanjiannya. Tolong. Ya? Kita putus hari ini." Masih sakit ternyata hatinya walaupun ia sudah diingatkan sebelumnya. Tapi dia tak akan menangis sekarang.

"Oke. Ga apa. Nanti juga akan ketemu lagi kita Non."

"Paw.." Nanon terdiam.

"Ya udah, sana. Udah mau berangkat juga bisnya. Nanti lu ketinggalan. Atau memang sengaja biar ketinggalan? Mau lama-lama sama gue?" Nanon tertawa dan memukul lengan Ohm.

"Ya udah gue pergi dulu ya. Lu hati-hati dijalan Paw. Jangan nyasar."

"Nggak nyasar, gue ingat jalannya kok. Lu juga hati-hati Non. Sampai ketemu di sekolah. Ingat buat chat gue kalau udah punya nomor baru!" Mereka berpisah. Ohm kembali kerumah ibu bapak, Nanon berada di bus yang melaju menuju kota.

 Ohm kembali kerumah ibu bapak, Nanon berada di bus yang melaju menuju kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nanon meneteskan air mata. Ingin rasanya jujur pada Ohm, tapi ia tak ingin Ohm terus berharap padanya. Dan mengingat bagaimana ia berpamitan dengan ibu tadi pagi, membuat Nanon rasanya berat untuk pergi dari Ohm. Tapi mereka laki-laki dan norma akan memisahkan mereka. Sebaiknya pisah lebih awal sebelum jatuh terlalu dalam. Atau sebaiknya mereka tak memulai.

-

"Ibu, Nanon hari ini harus pulang. Papa suruh cepat pulang". Begitu Nanon memulai percakapan dengan ibu.
"Yaahh Nanon mau pulang? Nanti ibu sama siapa kalau pagi-pagi gini?"
"Paw bisa bangun pagi kok bu. Nanti dia juga bisa nemenin ibu."

"Ya udah, tapi nanti kalau libur datang lagi ya Non?"

"Ga bisa janji ibu."

"Hmm,, ibu minta tolong aja deh. Tolong jagain Paw ya pas disekolah Non." Nanon menggeleng.

"Maaf ibu, Nanon ga bisa."

"Ehh kenapa. Kan kalian pacaran. Harusnya saling jaga kan?"

"Nanon hari ini harus putus dari Paw bu. Maaf."

"Putus?"

"Aku pindah sekolah bu. Paw belum tau. Aku sama dia janji kalau pulang kami akan putus. Bukan karena aku ga suka dia bu, aku sayang dia. Bahkan aku suka dia sejak pertama ketemu disekolah. Tapi bu, kita sama-sama laki-laki. Mau tak mau kami harus pisah bu." Ibu memeluk Nanon dan air matanya turun saat itu juga. "Maaf.."

"Non, jujur ibu ga mau kalian pisah putus atau apapun. Tapi kalian punya jalan sendiri. Non, kalau kalian mau bersama, rumah ini selalu terbuka buat kalian. Ibu selalu nerima kamu. Jadi kamu boleh anggap disini rumah kamu. Jika rindu ibu, kamu boleh datang dengan atau tanpa Paw." Nanon memeluk ibu lebih erat.

"Makasih bu. Ibu udah baik, udah kasi aku makanan enak, udah bikin aku terasa di rumah. Makasih atas semuanya."

Saat sarapan Nanon juga bicara pada bapak dan sikembar, membuat Alda menangis dengan kerasnya.

-

Lima hari setelah hari itu. Ohm sudah kembali ke kota, hari ini hari pertama sekolah. Ia sudah tak sabar untuk pergi ke sekolah menemui seseorang yang tak pernah menghubunginya. Nanon bilang akan menghubunginya. Tapi tidak ada satupun nomor baru yang menghubungi Ohm. Sempat Ohm pikir kertas yang ia berikan ternyata hilang atau basah hingga tak bisa menghubungi Ohm. Tapi Nanon mungkin bisa meminta pada teman sekelasnya?

Dia membuka kelas yang katanya kelas Nanon. Semua orang yang sudah didalam kelas seketika menoleh karna hentakan kasar pintu kelas yang terbuka.

"Nanon mana?"

"Nanon??"

"Iya. Nanon mana?"

"Dia pindah sekolah Ohm." Ucap salah satu anak disana.

"Pindah?" Banyak orang mengangguk saat Ohm menatap satu persatu pada mereka. "Pindah kemana? Lu tau?" Anak itu menggeleng. Dan setiap matanya menatap anak yang ada di sana semuanya menggeleng. "Lu temennya bukan sih. Kok ga ada yang tau dia pindah kemana?" Semua terdiam. "Ahh bangsat! Anjing!" Ia meninju pintu kelas dan pergi.

Ohm mencari dari satu siswa ke siswa yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ohm mencari dari satu siswa ke siswa yang lain. Kenapa semua seolah menganggapnya tak ada. Kenapa tidak ada teman dekatnya. Kenapa tak ada yang tau Nanon pindah kemana. Bahkan ia mencari alamat Nanon dan menemukan rumah itu telah kosong lama. Rumah yang hanya berpisah beberapa belokan saja dengan rumah bundanya.

Nanon benar-benar hilang. Tanpa medsos, tanpa nomor hape, keluarganya juga. Ohm baru mengetahui keluarganya telah berpisah saat mencari info tentang Nanon. Benci dia padanya. Benci semua kenangan itu. Benci kerinduannya. Saat ini ia sangat rindu. Menyesakkan. Lupakan. Dia harus melupakan Nanon. Ahh, sepertinya mudah. Banyak yang menyukainya, dia bisa memacari salah satu gadis yang menyukainya, menggantikan pikiran tentang Nanon.

"Bukan gue yang rugi kalau lu ngilang gini Non. Lu yang rugi karna ninggalin gue, hilang tanpa kasih kabar." Ucap Ohm pada foto yang ada dihapenya. Ia menghapus semua jejak digital di hapenya.

Rainbow MistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang