√***********✓
Lerina menuruni anak tangga persatu-satu, matanya kagum dan berbinar karena melihat mewah dan luasnya rumah sang tokoh Galeandra Xanders Wijaya.
Saat kakinya menginjak anak tangga terakhir, dirinya segera menggeleng kan kepalanya untuk terlihat biasa aja, bisa dianggap aneh Lerina jika terus melihat kagum rumah yang sudah lama ditempati.
Lerina Melihat para bodyguard atau maid sedang membuat barisan yang saling berhadapan, sedangkan didepan mereka kosong.
'apa sedang kedatangan presiden?'
Lerina turun dan tepat dirinya telah sampai dilantai 1, dia melihat lurus kedepan yang dimana pintu utama terbuka lebar dan mobil hitam muncul dengan didepan.
Seorang supir keluar dan membukakan pintu mobil penumpang sebelah kiri, dan saat pintu terbuka menampilkan pria tampan, hidung mancung, bibir tebal, alis yang tidak terlalu tebal dan tipis, dan rambut hitam legamnya.
Baru kali ini Lerina dapat melihat pria setampan ini, dan dahinya mengernyit saat melihat seorang bocah ikut keluar. Berpikir sebentar hingga matanya terbelalak saat tau kalau mereka adalah suami dan anaknya.
Awwhhh.. lucunya tu bocah, culik Nggak papa kali yah? tunggu.. Jangan bilang itu anak Melissa... Masa anak selucu dan tampan ini di sia-siakan si, gw yakin Melissa nyesel!
Lerina menggelengkan kepalanya dan secara tidak sadar suami dan anaknya sudah berada tepat di depan Lerina.
Lerina Langsung melihat kearah bocah yang seakan-akan takut dengan Lerina dan bersembunyi di belakang Galeandra.
Entah kenapa hati Lerina sakit mungkin ini perasaan asli Melissa, Lerina Melihat suaminya dan Galeandra membalas tatapan Lerina, Lerina di buat kelimpungan dengan semua ini.
"M-mamah.. b-baik baik saja?" Atensi Lerina teralihkan oleh suara bocil, Lerina Melihat bocah atau Gevon Xanders Wijaya.
Lerina mensejajarkan diri nya dengan tubuh Gevon dan mengangguk, "mama baik-baik saja" semua orang kaget termasuk Galeandra namun wajahnya tetap tidak ada ekspresi atau datar.
Gevon yang berumur 6 tahun itu terlihat Ingin menangis dan akhirnya menangis, Lerina jadi kelimpungan dan bingung, dirinya segera memeluk Gevon.
"Ssstt..jangan nangis, mama minta maaf sama gevon..." Mungkin bawaan perasaan Melissa asli, air mata Lerina turun saat memeluk erat Gevon seperti dia telah kehilangan sesuatu yang berharga dengan waktu yang lama.
Gevon ragu-ragu membalas pelukan mamanya, namun Melihat mata dan tangisan mamannya yang menunjukkan tidak adanya kebohongan, membuat Gevon memeluk erat Lerina.
"Mama, jangan cuek dan marah sama gevon lagi, Gevon janji akan jadi anak baik dan pintar!" suara tangisan Gevon memenuhi ruang tamu.
"Iya, dan Mama juga janji akan jadi mama yang diinginkan Gevon! Dan akan selalu seperti itu" Lerina mengangguk dan mengecup kening Gevon.
Setelah beberapa menit nafas Gevon menjadi tenang, Lerina melepaskan pelukannya dan Melihat Gevon yang tertidur di bahunya, Lerina terkekeh gemas dan menggendong Gevon.
'berat juga ni bocah, atau raga Melissa yang terlalu lemah? Entahlah, bodo amat tentang berat ni bocah, yang penting gw masih bisa gendong'Lerina menggendong Gevon dan menaiki tangga menuju kamar Gevon walaupun sedikit kesusahan, melupakan suami dan para bodyguard, pelayan yang kaget, bingung, penasaran, dan terkejut karena kejadian yang mereka lihat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melissa
Randomperpindahan jiwa / transmigrasi Lerina yang awalnya mencari udara di taman, namun saat lagi asyik nya melamun, kepalanya malah dihantam sesuatu membuat nya transmigrasi ke tubuh seorang wanita antagonis beranak 1. ******...