22

5.5K 250 10
                                    


                           ¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢

Tok..tok....

suara ketukan menghentikan kejar-kejaran Melissa dan fayra, Melissa segera berjalan ke ruang tamu lalu membuka pintu utama, dapat dilihat sepasang suami istri yang melihat Melissa dengan  sorot mata yang.......

"Mama papa?" Ucap Melissa saat melihat kedua orang tua Galen, ibu Galen tersenyum dan memeluk Melissa.

"Menantu mama, Maafkan mama dan papa yah, kami baru datang dikarenakan cuaca di sana tidak memungkinkan kami berangkat." Ucap mama Galen sambil mengelus punggung Melissa.

Melissa mengganguk mengerti "tidak apa-apa mah, Melissa udah senang, karena mama dan papa mau ke sini." jawab Melissa.

Mama Galen menarik diri lalu mengangguk,  "kamu memang anak baik, tidak salah mama merestui pernikahan kalian." Ucap mama Galen sambil menghapus air matanya yang sedikit mengalir.

Melissa hanya tersenyum, sedangkan papa Galen hanya diam, dirinya bingung mau ngomong apa pada menantunya ini.

"Terimakasih." Ucap papa Galen yang membuat Melissa kebingungan, sesaat Melissa sadar kalau papa Galen tidak tau harus bilang apa hingga mengeluarkan kata-kata membingungkan.

"Ayo masuk mah, pah." Melissa menyingkir mempersilahkan mertuanya masuk.

Gevon yang melihat omah Viorani segera berlari kesenangan, Viorani Xanders Wijaya istri dari Demon Xanders Wijaya sang kepala keluarga.

Keluarga Wijaya mempunyai 2 anak, satu laki-laki yaitu Galeandra Xanders Wijaya dan satu anak perempuan Gerianin Xanders Wijaya.

"Omah!" Panggil Gevon sambil berlari dan hap, Gevon memeluk pinggul sang omah yang tinggi nya 180.

"Cucu omah udah tambah besar yah, padahal kemarin masih kecil." Imbuh Viora sambil mengelus kepala sang cucu.

"Yee, kemarin atau 5 tahun sih Tan? " Ucap fayra yang berjalan dari belakang gevon..

Viora menggelengkan kepala, "kamu ternyata belum berubah yah? Suka sekali mengomentari perkataan orang tua." ucap Viora.

Fayra hanya cengengesan, lalu memeluk mama Viora, rasanya fayra kangen dengan pelukan sang mama.

"TANTE VIO!!" Teriakkan seorang gadis dengan menarik koper sambil menggembungkan pipinya.

"Kok Tante vio ninggalin Sera sih?!" Ucap Sera Verin sepupu Melissa yang kebetulan SMA di negara yang ditempati oleh kedua orang tua Galen, sekarang dirinya kembali kenegara kelahiran karena akan mendaftar ke kampus impiannya.

"Habisnya kamu asik chatting hingga terlihat bahagia, kan Tante tidak mau merusak kebahagiaan mu." ucap Viora sambil tersenyum.

Sedangkan Melissa hanya tersenyum, berbeda dengan sahabatnya, fayra tertawa sambil memukul-mukul bahu papa Demon.

Bukan tidak takut atau bagaimana, cuma papa demon  tidak akan marah, pernah 7 tahun dulu,  fayra memukul kepala papa demon sambil tertawa, tapi melihat suasana hati Melissa dan Galen yang bahagia, dirinya pasrah dan membiarkan anak jahil binti aneh.

"Manja betul lah anak ini, lagian tuh koper ngapain di bawa?" Ucap fayra sambil menggerakkan bibirnya ke koper.

Semua mata tertuju ke koper begitupun dengan mata Sera, Sera menggaruk pipinya dan tersenyum ke Melissa.

"Kakak Melissa ku yang baik nan cantik, bolehkah sepupu mu menginap disini Beberapa hari?" Ucap Sera berharap ke Melissa.

Melissa dibuat bingung, matanya melirik ke arah lain sambil menggaruk kepalanya, "bukan gimana-gimana nih Sera, tapi mas suami belum pulang jadi aku tidak bisa ngizinin untuk sekarang, aku butuh persetujuan dari mas suami dulu." Ucap Melissa Melihat ke Sera.

Sera menghela nafas dan menunduk "tapikan Sera sepupu kakak, kok harus minta izin segala sih?" Tanya Sera.

"Astaga ni bocil, asal Lo tau Yee, walaupun Lo sepupu Ama Sasa tapi ini mansion milik Galen dan Melissa, lebih tepatnya Galen, jadi harus ada persetujuan dari pemilik asli." Jawab fayra.

"Yaudah lah kalau kakak nggak ngizinin, aku akan cari tempat lain aja!"'ucap Sera sedikit menaikkan suara nya.

Melissa dan kedua orang Galen diam, entah apa yang mereka pikirkan, berbeda dengan Gevon yang sembunyi sembunyi mengeluarkan senyuman kecil.

Fayra di buat menganga dengan suara Sera yang sedikit naik, entah kenapa ada yang salah atau memang dirinya selalu salah?.

"Sera, kendalikan suaramu! Apa yang dikatakan fayra benar, selama belum ada persetujuan dari Galen aku tidak bisa ngizinin." Ucap Melissa yang terdengar tegas.

Asal kalian tau, Melissa kurang suka dengan orang yang meninggikan suaranya hanya karena keinginannya tidak terpenuhi.

Sera terdiam, menunduk dan mengigit bibir nya, "maaf ka Melissa, Sera Nggak akan mengulanginya lagi." Ucap Sera.

Melissa hanya mengangguk, lalu mereka berlima duduk di sofa ruang tamu sambil berbicara atau cerita gitu, tapi yang bercerita hanya para wanita, papa demon sibuk dengan laptop nya, sedangkan Gevon duduk di pangkuan sang mama sambil menonton televisi.

"Aku pulang" ucap seseorang sambil berjalan ke arah kumpul-kumpul, atau lebih tepatnya berjalan ke sofa istrinya.

Gevon yang melihat papa mendekat segera  memeluk mamanya erat, sedangkan Melissa dibuat bingung dengan pelukan erat Gevon.

Dan benar aja, Galen berusaha mengangkat Gevon dari pangkuan Melissa, "kamu udah besar, tidak boleh terlalu kebiasaan duduk di pangkuan istri papa." Ucap Galen.

"Mama..." Gevon Melihat Melissa dengan mata yang berkaca-kaca, Melissa yang tidak tega dengan wajah Gevon sekarang, mencubit pelan pinggang Galen.

Galen segera melepaskan Gevon dan mengelus pinggang nya, melihat ke anaknya lalu menghela nafas pasrah.

Kedua orang tua Galen senang melihat keluarga anaknya yang mulai terasa hangat, bukan seperti 5 tahun lalu, suasana yang terlalu dingin bahkan mereka hanya diam- diaman.

"Kok kakak Melissa dan kak Galen baikan sih?!" Tanpa sadar seseorang mengatakan hal tersebut.

Dengan selidik semua mata kembali mengarah ke Sera, Sera tergagap dan menggaruk pipinya.

"Kenapa kalian melihat Sera gitu? Kan Sera benar, kalau kakak Melissa dan kak Galen dulu tidak begini." Ucap Sera dengan suara yang terdengar sedih.

Melissa dibuat jleb mendengar nya, Galen, Gevon, mama Viora dan papa demon Melirik tajam kearah Sera.

Sera dibuat takut dengan suasana Sekarang seperti ada empat monster yang siap menerkamnya.

Tapi, tiba-tiba saja fayra menepuk bahu Sera sambil tertawa, "hahah... Sepertinya mulut ni bocil mau gue gembok deh, supaya kagak merusak suasana." ucap fayra dengan tawanya.

Hingga semua orang menghela nafas dan mereka melanjutkan pembicaraan mereka, melupakan Sera.

Sera memegang bahunya yang sudah di tepuk-tepuk oleh fayra, bahunya terasa sakit, tepukan fayra terasa seperti peringatan bagi Sera.

^↑↑↑↑↓′≠→↓↑^
;)

MelissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang