🌞🌞🌞"fayfay.." Kenzi menatap lemat fayra, fayra yang ditatap ikut menatap Kenzi tapi dengan tatapan tajam.
"CK!" Fayra berbalik dan berjalan ke sofa tempat dia duduk tadi, sedangkan Kenzi mengikuti fayra masuk kedalam.
Kenzi duduk di sebelah lerina, lerina yang melihat keanehan diantara kakaknya dan sahabatnya membuat lerina curiga.
Sedangkan Melissa hanya bisa berkedip-kedip dan sedikit menganga melihat kakak lerina, ' sungguh keajaiban' batin Melissa saat melihat wajah masam fayra.
"Kalian saling kenal?" Tanya lerina saat suasana jadi sunyi, tidak ada juga tanggapan dari mereka berdua membuat lerina yakin jika ada sesuatu.
"Mereka sudah kenal sejak beberapa tahun yang lalu." ujar Melissa mewakili keduanya yang sedang diam-diamam.
"Loh, betul kah kak?" Lerina melihat Kenzi, dan dibalas anggukan kepala dari Kenzi.
"Iya" ujar Kenzi dengan pupil mata yang hanya melihat fayra.
"Kalau gitu, kenapa kakak ga kenalkan dari awal?" Lerina kemudian melihat fayra, sedangkan fayra terdiam mendengar pertanyaan lerina.
"Karena- brak" suara keras dari gelas yang di letakkan ke meja menghentikan ucapan Kenzi, Kenzi melihat fayra sedangkan fayra berdiri dan berniat pergi.
Kenzi yang ingin menjelaskan sesuatu mengikuti fayra, meninggalkan Melissa dan lerina di ruang tamu.
"Ribet banget jadi fayra menurut gw sih" gumam Melissa saat melihat adegan sinetron di depannya.
"Jadi sebenarnya fayra sama kak Kenzi atau Kenzo?" Lerina juga mempertanyakan apa yang terjadi kedepannya.
"Entahlah, bisa saja sama keduanya atau bukan dari keduanya" ujar Melissa mengambil biskuit di meja.
"Mama.." suara seseorang mengalihkan perhatian Melissa, Melissa melihat kearah suara dan tersenyum saat melihat gevon jalan menuruni tangga.
"Udah membaik? ga ada yg sakit lagi?" Tanya Melissa mengelus kepala gevon, gevon menggeleng dan duduk di pangkuan Melissa.
Melissa yang selalu merasa gemas, mencium kedua pipi gevon dan mencubit pelan pipi gevon.
"Uhhh, lewpaws mawmaw" gevon kesusahan berbicara saat pipinya di cubit-cubit Melissa.
Lerina yang melihatnya hanya tersenyum dan mengambil gambar gevon yang menggemaskan.
"Melissa." suara dalam dan serak mengalihkan perhatian Melissa dan lerina, mereka berdua melihat kearah Galen yang baru saja datang.
tatapan mata Haris tidak sengaja bertemu dengan lerina, entah mengapa Haris merasa kalau lerina bukanlah orang asing padahal ini pertama kalinya mereka bertemu.
Galen berjalan mendekat dan duduk di tempat fayra sebelumnya, kemudian Galen menyuruh Haris menyerahkan data yang perlu Galen selesaikan.
"Kenapa tidak langsung pulang?" Tanya Melissa ke Galen, Galen berhenti menatap tab nya dan melihat Melissa.
"aku khawatir dengan keadaan gevon." balas Galen.
Melissa mengganguk mengerti, dirinya kembali ke rambut gevon dan membuat rambut itu berbentuk seperti apel.
Lerina yang melihat keluarga di depannya dibuat aneh, ' jika saat itu aku tidak menaruh di dinding antara aku dan keduanya, apakah kalian akan memperlakukan ku seperti ini?" Pikir lerina.
Lerina segera menggeleng menghilangkan pikiran bodohnya, jika itu terjadi maka sama saja lerina adalah perebut suami orang.
"Kenapa rin?" Tanya Melissa saat melihat lerina menggelengkan kepalanya.
" ga, ga papa aku hanya sedikit mengantuk." Ujar lerina dengan senyuman agar tidak canggung.
Melissa mengangguk paham, "mungkin kakak Lo sedang berusaha membujuk fayra, kita biarkan saja mereka menyelesaikan masalah mereka"
Lerina mengganguk paham dan tersenyum ke gevon, "anak Lo tampan banget sih" ujar Lerina saat melihat gevon yang manja ke Melissa.
"Tentu, ayahnya saja tampan, ga mungkin kan ayahnya tampan anak nya ke orang spesial" canda Melissa dengan sedikit tawa.
Galen menatap tidak suka ke gevon saat melihat gevon yang mendusel wajahnya di leher Melissa, rasa ingin membuang anak ini semakin meningkat.
"Oh iya melissa, nyokap Lo kemana?" Ucap lerina yang tidak melihat orang tua Melissa di rumah.
"Tadi mom pergi ke kantor ayah, katanya ada berkas kelupaan jadi mommy berniat bantu bawakan ke dad." Ujar Melissa membalas pertanyaan lerina.
Lerina mengganguk, beberapa menit terlewatkan, Mereka masing-masing sibuk dengan urusan mereka.
Hingga suara dering dari telepon rumah mengalihkan pandangan mereka, Melissa memindahkan gevon dari pangkuan nya dan berjalan ke arah telepon.
"Halo?" Ucap Melissa setelah mengangkat telepon entah dari mana.
" Dengan keluarga Francis?"
"Ya, siapa yah?"
"Kami dari pihak rumah sakit ingin menyampaikan kalau ibu bernama mina Francis sedang di rawat di rumah sakit ******" ucap seorang suster di seberang sana.
"Mommy... " Melissa membeku mendengar nya, bukannya mama tadi izin pergi ke ayah kenapa sekarang berada di rumah sakit.
Melissa mengigit bibirnya dan segera berlari ke Galen, Galen terkejut melihat istrinya yang akan menangis.
"Ada apa?" Tanya Galen mendekati Melissa dan menenangkan Melissa yang ingin menangis.
" Mommy, Galen... Mommy masuk rumah sakit.." ujar Melissa dengan mata yang akan menangis.
"Shuss, udah tenang, kita segera kesana yah" mereka segera berangkat ke rumah sakit, bahkan lerina juga ikut meninggalkan kakaknya.
✍️✍️✍️
sampainya mereka di sana, Melissa dan lainnya memasuki lobby rumah sakit dan meminta nomor kamar mama Melissa.
"Pasien yang bernama mina Francis berada di nomor 34 di lantai 3" ucap seorang suster sambil melihat dokumen data nomor kamar pasien.
Segera mereka menuju ke lantai dan nomor yang di sebutkan sebelumnya.
"Mommy!!" Teriak Melissa memeluk mina, mina melihat Melissa dan membelai rambut Melissa.
"Mommy tidak apa-apa, jangan nangis oke" ujar mina saat Melissa akan menangis.
Melissa mengangguk mengerti dan mengelap matanya agar tidak menangis, di saat bersamaan bram datang dengan terburu-buru dan tergesa-gesa.
"Kamu ga papa? apakah ada yang menyakitkan" tanya Daddy bram ke mina, mina menggeleng dan tersenyum.
"Aku ga papa, untungnya pak Didi berhasil menghindari truk nya." ujar mina berusaha membuat keduanya tenang.
Bram dan Melissa terdiam, padahal nyawa mina hampir saja melayang jika bukan suatu keberuntungan.
"Baiklah jika kamu bilang begitu, tapi lain kali aku harap kamu selalu lebih hati-hati." ujar bram membelai rambut mina dan mendekati wajah mina.
"Dad, jangan lupakan kalau disini masih ada orang jomblo" ujar Melissa mewakili hati lerina dan haris yang harus melihat adegan romantis di depannya.
Bram segera kembali menjauh dan memasang wajah biasa aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melissa
Randomperpindahan jiwa / transmigrasi Lerina yang awalnya mencari udara di taman, namun saat lagi asyik nya melamun, kepalanya malah dihantam sesuatu membuat nya transmigrasi ke tubuh seorang wanita antagonis beranak 1. ******...