45. TIDUR DI LUAR!

31.7K 2.1K 449
                                    

45. TIDUR DI LUAR

Jangan lupa tinggalkan jejak
Kalian setelah selesai membaca

Tekan 🌟 dan jangan lupa
komennya juga♡♡♡

"Raqueela!" Panggil Cavan kala matanya menangkap sosok istrinya yang tengah duduk disamping gerobak dorong yang tepat berada disamping penjual es cendol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Raqueela!" Panggil Cavan kala matanya menangkap sosok istrinya yang tengah duduk disamping gerobak dorong yang tepat berada disamping penjual es cendol.

Mendongak dengan sebelah alis terangkat pertanda bingung. Raqueela mulai bangkit dari jongkoknya, menatap Cavan yang terlihat begitu gusar dengan keringat yang memenuhi pelipis pemuda didepannya ini.

"Kak El habis lomba lari dimana? Kok mukanya keringetan?" Tanya Raqueela dengan tampang polosnya. Membuat Cavan hanya bisa menghela nafas gusar, tak bisa memarahi istrinya sekuat apapun Cavan ingin memarahi Raqueela.

"Pulang. Dah stres aku ngurusin kamu, bandel banget. Ya Allah." Kata Cavan menarik tudung hoodie yang dikenakan Raqueela persis seperti anak kucing dengan tangan Raqueela yang masih membawa es cendolnya.

"Perasaan dari tadi, Aurel diam aja deh." Gumam Raqueela yang masih bisa didengar oleh Cavan.

"Diam?" Tanya Cavan memperjelas. "Iya diam. Diam-diam ngilang!" Ucap Cavan dengan masih menyeret istrinya seperti anak kucing.

"Yoh? Dah ketemu bocil lo?" Tanya Septihan dengan tatapan yang menatap Raqueela dan Cavan bergantian. Dimana Cavan masih memegang tudung hoodie milik istrinya.

"Hm." Dehem Cavan melirik sekilas pada Raqueela yang masih berusaha melepaskan tangan Cavan dari tudung hoodienya.

"Ih! Kak El. Lepas!" Kesal Raqueela memukul lengan Cavan agar menjauh dari tudung hoodienya.

"Ntar lo ilang"

"Astaghfirullah! Tapi gak tudung hoodie Raqueela juga lo pegang. Minimal pegang tangan aja kek, lo kira si Au anak kucing?" Neta menggelengkan kepalanya melihat kelakuan ajaib Cavan, benar-benar diluar nalar.

"....."

"Percuma ngomong sama batu! Kalo gak Raqueela yang ngomong. Pasti kita cuman dibalas pas lagi penting doang!" Sebal Neta menatap mencibir kearah Cavan yang diam dengan tatapan datarnya.

"Lo mau langsung pulang"

"Ya" jawab Cavan sekenannya. Membuat Angkala yang bertanya menyesal karena sifat Cavan yang mulai kumat, sifat iring ngomongnya.

"Oh ya, Regal telpon. Katanya nitip martabak manis satu kotak"

"....."

Tersenyum getir kala Cavan hanya menatapnya dengan sebelah alisnya yang terangkat sebelah. "Kita yang beli. Lo gak mau mampir ke rumah sakit dulu?"

"....."

"Anjing! Lo Van! Cukup Devano aja yang jadi batu. Lo jangan mulai balik ke sifat awal lo lah nyet!" Umpat Aiden tak ada rasa takut-takut pada tatapan tajam Cavan yang kini mendingin.

CAVANDRA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang