09

135 28 17
                                    

Jiya tiba di kediaman Gitta dan Seungcheol, ia menatap sang anak dengan tatapan sendu. Joshua jelas menghentikan aksinya tadi, dan sepertinya dia akan menyusul.

"Ada apa?" tanya Gitta, dengan khawatir. "Apa kau bertengkar dengan suamimu?"

Belum sempat, Jiya menjelaskan. Bunyi bell dari rumah tersebut, membuatnya urung.

Benar saja, Joshua datang dengan mata sembabnya.

"Jiya!" teriaknya.

Seungcheol datang, dan dengan segera meminta Gicheol untuk membawa Gia menuju kamarnya.

"Gicheol, sayang. Dengarkan Daddy ... tolong bawa Gia menuju kamarmu, ya? Hibur dia, dan jangan sampai mendengar keributan di bawah sini, oke?"

Gicheol menatap Seungcheol dengan kedua mata bulatnya.

"Apa kau paham, sayang?" tanya Seungcheol, yang langsung diangguki oleh sang anak. "Boleh Daddy mendengarkan, apa yang tadi ucapkan?"

Gicheol mengangguk paham, "Daddy menyuruh Gicheol untuk membawa Gia menuju kamar, hibur dia dan jangan sampai dia tau, bahwa Ayah dan Ibunya sedang bertengkar."

"Hey! Bagaimana kamu tau, bahwa kedua orang tua Gia sedang bertengkar?" tanya Seungcheol.

"Aku hanya mengarang," jawab Gicheol dengan suara menggemaskan.

"Kamu memang anak Daddy yang paling pintar!"

Setelah mengucapkan itu, Gicheol dengan segera membawa Gia menuju kamarnya.

"Ada apa ini? Kau pikir ini hutan!" sentak Seungcheol.

"Aku minta maaf," ucap Joshua.

"Ada masalah apa?" tanya Gitta.

"Bisakah kami mendengarkan?" tanya Seungcheol. "Tanpa adanya emosi, sedikitpun." Ia menekankan kata 'sedikitpun.'

"Ingat saat pertemuan kita tadi?" tanya Jiya, yang langsung diangguki oleh keduanya. "Sebelumnya Joshua bertemu dengan seorang wanita. Jika wanita itu tidak memiliki hubungan dengannya, mengapa ekspresinya terlihat terkejut?"

"Apa kau sudah bertanya pada suamimu?" tanya Gitta.

"Aku sudah bertanya, dan dia mengatakan, hanya kenalan lama. Tapi itu tidak mungkin," cicit Jiya.

"Dan apakah kau membohongi istrimu, Josh?" tanya Gitta.

"Katakan dengan sopan, sayang!" desis Seungcheol pada Gitta.

"Ah, maksudnya Oppa." Koreksi Gitta.

Seungcheol memutar kedua bola matanya.

"Aku tidak berbohong, aku tidak berani membohonginya."

"Lalu, apa yang jadi masalahnya? Seharusnya ini sudah beres, bukan?" tanya Seungcheol.

"Jiya hendak kabur, ia akan tinggal bersama Ibu mertua."

Gitta meraih telapak tangan Jiya, menggenggamnya lalu mengelusnya dengan perlahan.

"Jiya ... tidak semua masalah, bisa kamu selesaikan dengan kabur-kaburan seperti ini. Aku rasa, kamu hanya salah paham dengannya. Dan jika kamu pergi ke rumah Ibumu, dia akan khawatir. Bukankah kamu tidak ingin membuat Ibumu khawatir?" tanya Gitta.

"Masih ada yang janggal, akan penjelasan dari Joshua."

"Selesaikan berdua, aku harap kamu bijak dalam mengambil keputusan, Jiya ..." kini Seungcheol yang mengambil alih. "Joshua tidak mungkin selingkuh darimu, saling percaya, itu adalah kunci dari segalanya."

"Dari awal, aku tidak menginginkan menikah dengan seorang idol. Itu sangat sakit," cicit Jiya.

"Jadi kamu menyesalinya?" tanya Gitta.

"Ya, ada sedikit penyesalan tentunya."

Gitta dan Seungcheol hanya geleng-geleng kepala.

"Kalian sudah sama-sama dewasa, seharusnya sudah bisa mengambil keputusan yang benar. Dan jika kamu menyesal karena menikah dengan seorang idol, itu artinya ... pernikahan kalian diambang kehancuran, kamu sudah tidak bisa mempercayai suamimu sendiri." Seungcheol menghela nafas lelah.

"Aku minta maaf, aku harus meminta maaf dengan cara seperti apa? Aku hanya ingin kamu tetap di sisiku, selamanya." Joshua berlutut.

"Emosimu tidak stabil, apa kau sedang mengandung?" tanya Gitta, dengan spontan.

Pertanyaan Gitta, sukses membuat mereka bertiga melongo tak percaya. Bagaimana bisa, ia berpikir seperti itu.

"Hey, jaga ucapanmu!" sentak Jiya.

"Habis--"

"Sudahlah, ini masalahnya sudah beres bukan? Sana pergi ke rumah kalian, mengganggu waktu berduaanku saja!" omel Seungcheol.

Joshua dan Jiya, mendelik sebal.

"Apa kau memaafkanku?" tanya Joshua.

Jiya acuh, ia tak sedikitpun menoleh.

"Ayolah ..." rengek Joshua.

Gitta hanya menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa seorang Joshua menjadi manja?

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang