24

65 11 0
                                    

Let's play Seventeen - Yawn.

Biar galaunya makin brutal, wkwk. Salam galau, dari author Cherry!❤️

🌼🌼🌼

Hujan deras itu mengguyur kota Seoul. Membuat beberapa orang yang sedang berkeliaran di bawah sana, tampak seperti semut yang sedang mencari perlindungan dari bahaya besar. Berlarian kesana-kemari, dengan kedua tangan yang sibuk melindungi kepala mereka dari air yang jatuh dari langit dan membasahi tubuh mereka.

Detik semakin bertambah, dan seiring dengan bertambahnya waktu, hujan itu menjadi semakin deras.

Ia membenci hujan, tapi untuk pertama kalinya, wanita itu menjadi sangat menyukainya. Dirinya bisa menangis di tengah hujan, tanpa harus menyembunyikan cairan bening itu.

Mengapa hidupnya seperti ini?

Apakah tidak ada kebahagiaan yang menghampirinya?

Udara dingin yang menusuk permukaan kulitnya, tidak membuat wanita itu berlari atau menghindar dari tempatnya.

Ia menangis dalam diam.

Ternyata, ia tak sekuat itu. Tak sekuat, apa yang sudah ia lontarkan beberapa kalimat untuk Joshua.

Ia rapuh.

Penopangnya pergi dari hidupnya.

Lalu, untuk apa ia hidup?

Just smile, Jiya-ya! Although it's hard. -Author.

Manusia mana yang tidak lelah, jika dihadapkan dengan suatu masalah yang tak kunjung usai?

Ia meringis. Bukan hanya tubuhnya yang lelah, tapi seluruh pikirannya juga.

Ini benar-benar tidak mudah untuknya. Meskipun ia tau, jika Tuhan tidak akan memberikan suatu permasalahan begitu saja.

Hari berganti begitu cepat. Dari pagi ke siang, dari siang ke sore. Dan kini tibalah malam hari. Jiya masih bersikukuh diam di tempatnya, tanpa pergerakan sedikitpun. Bajunya yang semula basah, kini menjadi kering. Tatapan matanya kosong, tidak ada kehidupan di sana.

Hatcim!

Sampai bertemu dititik penyesalan tertinggimu, Joshua. batin Jiya.

Joshua yang dulu selalu ada untuknya.

Joshua yang dulu sangat peduli, kini telah pergi.

Lelaki yang dulu sangat mencintainya, ternyata dia yang kini menyakiti hatinya.

Ia benci.

Ia benci jika harus mengalah demi kebahagiaan orang lain.

Ia benci, menunjukkan sisi buruknya.

Sudah cukup lama, dirinya menahan semua itu. Kini sudah saatnya ia melepaskan apa yang sudah selama ini membebani pundak serta pikirannya.

Inilah akhir dari hidupnya.

Tangis Jiya semakin keras, setiap rintih juga pekik gadis itu bahkan berhasil membuat siapa saja yang tak sengaja mendengarnya ikut teriris. Seakan luka yang ia rasa, sampai ke hati mereka dan ikut merobek hati mereka masing-masing.

Hari ini, Jiya hancur. Dan mungkin, selamanya akan hancur.

Ia mencoba menabrakkan diri pada sebuah mobil, belum juga merasakan apapun, tubuhnya dengan segera ditarik seseorang.

"APA KAU SUDAH GILA?!"

Suara itu. Suara yang sangat ia kenal, dan tentunya sangat ia rindukan. Suara berat, dengan nafas tertahan. Aromanya yang langsung menyeruak ke dalam indera penciumannya, mampu membuat ia tersadar untuk beberapa saat.

Ia membuka matanya, dan menemukan seseorang dengan raut wajah yang sangat khawatir.

"Aku mencarimu."

Itu suara terakhir, sebelum pandangannya mengabur dan kedua matanya menutup dengan sempurna. Satu tetes cairan bening, lolos begitu saja.

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang