32

61 10 0
                                    

"Bagaimana jika kita melakukan perjalanan wisata, bersama?" tanya Hoshi.

"Itu ide bagus!" pekik Jun.

"Menurutku, itu ide gila!" timpal Jeonghan. "Tapi, sepertinya akan seru."

"Bagaimana yang lain?" tanya Cheol.

"Apakah kita akan mengajak pasangan?" tanya Dino dengan raut wajah polos.

Hoshi tertawa terbahak-bahak. "Tidak!"

"Tentu!"

Ucap Hoshi dan Cheol dengan bersamaan, membuat Dino kebingungan.

"Jadi?" tanya Dino.

"Aku akan mengajak Gitta," jawab Cheol.

"Hyung ... bisakah kita melakukannya seorang diri?" tanya Hoshi. "Maksudku, kita lakukan ini hanya untuk kita saja. Biarkan para wanita, melakukan pekerjaannya sendiri."

Cheol menatap Hoshi dengan tajam. "Maka ... kau jelaskan sendiri pada Gitta. Aku tidak ingin ikut campur."

"Y-ya! Maksudku, aku ya-ng menjelaskan? Oh, t-tidak!" cetusnya.

"Jika kau tidak mengizinkan para wanita untuk ikut, aku tetap akan membawa Nura." Jeonghan berkata, seraya menempelkan benda pipih pada telinganya.

"Aku juga akan membawa Rere," timpal Jun.

"Rere?" tanya Woozi. "Bukankah kalian sedang break?"

"Jun Hyung, benarkah itu?" tanya Seungkwan.

Jun tidak menjawab, ia terdiam cukup lama. Lalu, Seungcheol merangkulnya. "Maka, lamarlah dia."

"Aku sudah, Hyung. Saat Woozi ulang tahun, aku melamarnya," ucap Jun.

"Lalu? Apa yang membuat kalian seperti ini?" tanya Vernon.

Jun menunduk, "Dia menganggap semua ucapanku itu, hanya candaan semata."

"Maka dari itu, jangan terlalu random jadi orang!" Jeonghan tertawa dengan sangat kencang. "Bayangkan saja, kalian sudah menjalin hubungan cukup lama. Tapi kau belum juga mengajak Rere untuk menikah? Kau kalah telak oleh Joshua, dia saja sudah mempunyai dua istri."

Joshua yang mendengar itu, hanya bisa diam. Ia tidak membantah ucapan Jeonghan.

"Istriku pasti akan mengajak Rere, tenanglah." Cheol menutup perbincangannya bersama Jun.

"Tentu aku akan membawa istriku, Pia." Wonwoo mulai berjalan ke arah Hoshi. "Meskipun kau lebih tua dariku, tapi ... aku tidak setuju dengan keputusanmu. Maaf!"

"Tak apa, masih ada Joshua yang bisa menemanimu ..." bujuk Jeonghan.

Joshua yang sedang dibicarakan, hanya bisa menatap mereka. "A-apa? Aku diajak?"

"Tentu! Kau bagian dari kami," jawab Woozi.

"Dan pastinya istriku akan mengajak mantan istrimu, apakah itu tidak masalah?" tanya Wonwoo, pada Joshua.

Joshua nampak diam, ia bingung harus menjawab apa. "Terserahmu saja."

"Kapan kita akan melakukan perjalanan itu?" tanya Dk.

"Malam ini?" tanya Hoshi dengan hati-hati.

"Kita mau kemana?" tanya Joshua.

"Indonesia?" tanya Hoshi.

Mendengar kata 'Indonesia' membuat Joshua tersenyum sekilas. Ia masih mengingat dengan jelas, bagaimana sang anak meminta untuk liburan ke negara tersebut. Tapi bahkan, hingga sekarang, ia belum bisa mewujudkan keinginannya itu.

Hatinya lagi-lagi sakit, ketika mengingat bagaimana harmonisnya keluarganya dulu. Sebelum diterjang orang ketiga.

Memang benar, orang ketiga itu penghancur segalanya.

Ternyata, Jiya juga bukan rumah untuknya. Bukan tempat ternyaman untuknya pulang. Dulu ... itu dulu. Sebelum dirinya menghancurkan rumah ternyaman tersebut.

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang