40

66 11 0
                                    

⚠️Ini khusus area Flashback. Jangan keliru dengan alurnya.⚠️

"Jiya-ssi! Kemarilah, dan lihat apa yang sedang kutonton."

Seruan itu, membuat Jiya mengerutkan keningnya bingung. Karena tiba-tiba saja, laki-laki itu memanggilnya dari ruang tengah, ia lalu menutup lemari pakaiannya.

"Apa? Apa yang kau tonton?" tanya Jiya, lalu duduk di samping Joshua. "Ah, aku paham. Kau sedang menonton film dewasa?!"

Joshua melirik aneh. (Sumpah, kalo kalian carat, pasti tau dong, lirikan Shua kaya apa?)

"Apa yang kau pikirkan? Aku tidak seceroboh itu, untuk menonton film dewasa. Meski umurku terbilang, sudah cukup umur untuk menontonnya." Joshua lalu menyodorkan ponsel yang sedaritadi ia genggam, memperlihatkan sebuah video singkat. "Lihatlah."

Jiya menyipitkan kedua matanya dan berusaha meyakinkan dirinya, bahwa apa yang ia lihat, sepertinya ia sangat kenal.

"I-itu aku? Kau dapat video ini darimana?"

"Tentu dari konten seventeen, apakah kau lupa, bagaimana pertemuan kita?" Joshua menarik gadisnya, untuk menuju ke pelukannya. Ya, Jiya ingat betul, bagaimana mereka akhirnya bisa menjalin kasih. Pertemuan yang sangat tidak terduga. "Lihatlah, kau tidak bisa diam seperti anak kecil saja." Joshua terkekeh geli dan kembali melihat video gadisnya, menurutnya ini sangat lucu.

"Tapi mengapa wajahku tidak disensor?" tanya Jiya, dengan wajah polos.

"Tentu saja disensor, sayang. Itu tugas dari staff agensiku. Jika mereka tidak men-sensornya, maka akan fatal. Kecuali, pihak kami ada kordinasi dengan para penggemar atau para pelancong yang memang sengaja kami perlihatkan."

Jiya mengangguk paham. "Lalu? Video ini?"

Joshua tersenyum manis, kekasihnya sangat menggemaskan menurutnya. "Aku meminta video mentahnya."

"Matikan, aku tidak ingin melihatnya. Sungguh, ini membuatku muak, Joshua."

"Hey, mengapa kau berbicara seperti itu? Lihat, kau sangat menggemaskan."

"Menggemaskan darimana?" tanya Jiya.

Joshua tersenyum miring, senyuman yang membuat siapa saja bergidik ngeri. "Kau sangat menggemaskan, seperti anak autis yang baru saja bertemu dengan anak autis lainnya."

"Kau juga sama!" seru Jiya.

"Tidak, aku benar-benar pria normal yang mencintai wanita autis," ejek Joshua.

"Kau!" Jiya mengambil bantal di belakangnya, dan langsung menghujani Joshua dengan pukulan bertubi-tubi.

"JOSHUA HONG! KAU SANGAT MENYEBALKAN!"

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang