Di dunia ini, semua manusia memiliki cerita mereka masing-masing. Entah perihal tawa, duka, suka, luka, atau apapun yang tak jarang abu, biru, ungu, dan kelabu. Semuanya berbeda. Maka dari itu, Jiya menyadari bahwa hidupnya bukanlah yang terburuk ketika sedang pilu, bukan juga yang terbaik ketika sedang seru. Mungkin, dulu ia sempat berpikir bahwa Tuhan tidak menyayanginya. Tapi semakin ia berpikir kembali, tentu dengan wawasan yang lebih luas, kini ia mengerti akan maksud dari semua ini.
Pernahkah kamu mendengar tentang semakin malam, maka seseorang akan semakin jujur? Maka mungkin inilah yang terjadi pada wanita itu saat ini.
Air matanya kembali mengalir. Jujur, ia juga manusia yang sudah cukup lelah, untuk menunggu waktu itu datang. Waktu dimana dunianya terlihat baik-baik saja.
Ia pernah mencari jawaban atas pertanyaan seperti, apakah ia bisa bahagia dalam hari-harinya yang muram? Apakah ia bisa bahagia dalam harinya yang mengecewakan? Apakah ia bisa bahagia, ketika dunianya hancur? Dan apakah ia bisa bahagia dalam kondisi dirinya yang masih belum bisa melupakan masa lalunya, serta masih terpaku terhadap orang yang sama?
Hidupnya bahkan berjalan seperti mayat yang dipaksa hidup. Karena tak pernah sekalipun Jiya merasa hidupnya bahagia. Ia bahagia ketika dulu, hidup bersama mantan suaminya, yakni Joshua Hong. Tapi, setelah perceraian mereka. Hidupnya menjadi datar, tak ada kebahagiaan yang terpancar dari raut wajahnya.
Kerja semesta itu nyatanya penuh rahasia yang tak terduga. Satu waktu, kamu mungkin dibuat menderita hingga tak sanggup membuka mata, namun satu waktu setelahnya, bisa jadi kamu sedang dipenuhi bahagia hingga tak ingin menutup mata barang sekejap saja.
Sangat ironis, bukan?
Itulah yang dinamakan kehidupan.
Bahagia itu, bukan sekedar tentang seseorang yang memiliki segalanya. Bukan pula, yang memiliki keluarga harmonis. Bahagia itu cukup sederhana. Dengan cara kita melihat air hujan yang menetes membasahi bumi pun, itu adalah suatu contoh kebahagiaan yang sangat simple.
Kedua matanya terpaku akan seseorang yang sudah sejak tadi, mengganggu pikirannya.
"Siapa kau?"
Pertanyaan kedua, yang masih saja mampu membuat hati Jiya menjadi sesak.
"Apa kau salah satu kekasih dari memberku?" tanyanya.
Jiya hanya bisa tersenyum getir.
Aku mantan istrimu, Joshua! pekiknya dalam hati.
"Maaf, Nona. Apa kau tidak mengerti bahasaku? Mengapa kau tidak menjawabnya?" tanya Joshua, lagi.
Jiya menghela nafas lelah. "Aku hanya orang lewat, yang kebetulan sekali, tertarik akan aktivitas di ruangan ini."
"Aktivitas? Oh, apa kau seorang reporter?" tanyanya.
Namun Jiya tak menjawab, ia lebih memilih diam.
"Jika benar, bisakah kau membuatkanku berita untuk besok pagi?" tanyanya.
"B-berita?" beo Jiya.
"Ya, berita mengenai ..."
🌼🌼🌼
Oh, seneng banget!! Seventeen ke Jakarta, untuk acara awards yang emang diselenggarakan di Indonesia. Tentunya bukan hanya mereka, ada juga beberapa girl group/boy group yang akan turut memeriahkan acara tersebut.
Safe flight, ayang-ayangku!! Semoga kalian tetep sehat, ketika kena angin Jakarta. Jangan lupa siapin jas hujan/mantel hujan, karna lagi musim ujan. Jangan sampe pas balik ke Korea, kalian masuk angin. Kan nggak lucu. 😭😭
Btw, apakah readers-ku ada yang nonton GDA juga? Kalian cat berapa, nih?
(Update revisi.)
Bandung, 04 Januari, 2024Mrs.Choi.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Minus 1 [END]
FanfictionSeorang gadis yang tidak menyangka akan bersanding dengan salah satu Idol ternama. pertemuan mereka yang tidak sengaja, membuat keduanya menjadi dekat dan akhirnya saling mengikat janji dalam sebuah pernikahan. meskipun mereka terhalang oleh tembok...