48

83 11 0
                                    

"Cheol!! Pihak rumah sakit menghubungimu!" teriak Gitta, yang sedang berada di ruang tamu. Sedangkan Cheol, ia berada di kamar mandi.

"Angkatlah!" teriak Cheol.

Gitta dengan segera mengangkat panggilan tersebut, perasaannya campur aduk. Tangannya gemetar hebat. "H-halo ..."

Apakah benar, ini dengan ponsel milik Choi Seungcheol?

"Iya, betul."

Bisakah saya berbicara dengan wali dari Joshua Hong? Ini sangat mendesak.

"Tak apa, bicaralah. Saya istrinya."

Lalu suasa hening cukup lama, membuat Gitta salah tingkah dibuatnya.

"Permisi, apakah kau masih di sana, Dokter?"

Bukannya menjawab, di sana malah terdengar suara lalu lalang kesana-kemari.

"Dokter No! Tuan Hong mengalami kejang-kejang. Apa yang harus kami lakukan?" Terdengar suara teriakan yang tidak Gitta kenali.

Sebelum sambungan terputus secara sepihak, ia bisa menangkap dari dokter tersebut bahwa Joshua tengah dibawa menuju ruang ICU. Seketika tubuhnya ambuk begitu saja, air matanya mengalir tanpa bisa ia cegah.

"Hey! Gitta Choi, apa yang terjadi?!" teriak Cheol, begitu keluar dari kamar mandi.

"J-Joshua, Cheol ..."

"Ada apa dengan Joshua?" tanya Cheol tak mengerti.

"Dokter mengat-ah tidak. Dia tidak memberitahuku, tapi sepertinya seorang suster berteriak, jika Joshua mengalami kejang-kejang. Dan dia sedang dibawa menuju ruang ICU," jelas Gitta.

Brak!

Ponsel yang digenggam oleh Cheol, terjatuh begitu saja.

"Ayo, kita pergi ke rumah sakit sekarang!" ajak Gitta.

"Tidak, sayang. Biar aku yang pergi, kau di sini saja, jaga anak-anak kita, ya?" pintanya dengan suara lembut.

(Ah sumpah, author nulisnya sambil senyum-senyum. Bayangin kalo seorang Choi Seungcheol ngomong gitu, ke istri masa depannya kelak:( but, ini cerita hanya sekedar untuk mencurahkan rasa terima kasih aku untuk dia. Meskipun dia gak bakalan baca. Don't hate me! Aku yakin, kalian juga punya rasa terima kasihnya sendiri terhadap dunianya kalian. Jangan munafik, oke?)

Sepanjang perjalanan, Jiya terus saja memikirkan sosok mantan suaminya. Walaupun mereka sudah berstatus sebagai 'mantan', namun hatinya tidak bisa dibohongi. Mereka masih saling mencintai.

Dari awal, ini adalah kesalahannya. Ia terlalu egois. Hanya memikirkan balas dendam terhadap hatinya yang sudah disakiti oleh mantan suaminya itu. Hingga tak menyadari, jika balas dendam itu menyakiti hati keduanya.

"Bagaimana Joshua?" tanya Jiya, begitu baru tiba di ruangan mantan suaminya. Di sana, sudah ada para member, Rere dan Nura.

"Joshua sudah tenang d--"

"APA KAU BILANG? JOSHUA, MENINGGALKANKU?" tanya Jiya.

"Tenanglah, dengarkan ucapan Jeonghan," pinta Nura.

"Dia sudah tenang sejak setengah jam yang lalu, dan kejangnya sudah hilang. Kabar bai--"

"Apa kabar baiknya?!" tanya Jiya tak sabaran.

"Dia sudah sadar, dan berhasil melewati masa komanya," jelas Rere.

"Lalu, mengapa dia tidak bangun?" tanya Jiya. "Shua-ya! Bangunlah."

Joshua mendengar suara mantan istrinya itu. Kedua matanya terbuka dengan sempurna.

"Joshua?" sapa Jiya.

"S-siapa kau? Lalu, dimana Jisoo?"

Jedar!

Bagai tersambar petir siang bolong, wanita itu mundur beberapa langkah. Kedua lututnya lemas, pandangannya mengabur.

"Siapa dia?" pertanyaan itu, membuat semua member terdiam.

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang