02

384 57 194
                                    

"Sayang!"

Joshua memanggil sang istri dengan lembut.

"Sayang! Kamu dimana?"

Karena kesal, sang istri tak kunjung menampakan dirinya.

"Sayang! Jangan bercanda padaku!"

Teriaknya lagi, namun masih tetap tak ada jawaban.

Joshua dengan segera mengecek seluruh ruangan yang ada di rumahnya.

Sial! batinnya. Kenapa ada banyak sekali ruangan di rumahnya? Padahal, ini hanya ditempati oleh keluarga kecilnya saja.

"Ada apa?! Mengapa kau berteriak? Ini rumah, bukan kebun binatang!"

Nampaklah sesosok perempuan cantik, dengan rambut panjang. Wajahnya khas orang Indonesia-Korea. Tengah menatap, dengan tatapan tajam.

Joshua dengan perlahan mendekat, ia lalu memeluk Jiya dengan erat. Mengecup puncak kepalanya berkali-kali, lalu pindah menuju pipi.

"Ada apa?!" ketus Jiya.

Joshua tersenyum sangat manis, "Masih marah?"

Jiya mendelik sebal, "Pertanyaan bodoh macam apa itu?!"

"Sudahlah ... aku minta maaf, hm?" Joshua lalu kembali memeluk tubuh sang istri. Namun yang dipeluk, hanya diam saja. Sama sekali tak merespon.

"Sayang?" panggilnya dengan suara lembut.

"Sayang, aku men--"

Belum sempat Joshua berbicara, ponselnya berdering.

Seungcheol is calling ...

Sial! umpatnya.

Jiya hanya menaikan satu alisnya, sembari tangan yang dilipat di depan dada.

"Ada apa?"

"Kapan kau akan datang untuk latihan?!"

Joshua menghela nafas, "Sebentar lagi."

"Kapan? Anak-anak sudah menunggu, dan hanya kau yang belum tiba."

"Tolong bersabarlah, aku sedang membujuk istriku."

"Hahahahahaha! Rupanya kau sedang mengalami perang dunia."

"Ya! Aku tutup!"

Tut!

Joshua mematikan sambungan ponselnya, ia lalu kembali memeluk Jiya dengan erat.

"Pergilah," ucap Jiya dengan suara purau.

"Tidak, sebelum kau memaafkanku."

"Pergilah," ucapnya lagi.

"Tidak, sayang. Aku tidak ingin membuat latihan ini menjadi kacau, hanya karena kau yang sedang merajuk."

"Aku memaafkanmu ..." ucap Jiya dengan suara lembut.

Joshua memeluk tubuh sang istri, ia lalu mengecup bibirnya dengan lembut.

"I love you ..." bisiknya.

"Hm," jawab Jiya dengan ogah-ogahan.

"Apa kau tidak mencintaiku?" tanyanya dengan wajah mengerjap polos.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Jiya.

"Itu, ta--"

Seungcheol lagi dan lagi mengganggunya.

Seungcheol is calling ...

Dengan sekali tarikan nafas, "YA! BERHENTI MENGGANGGUKU! URUS SAJA RUMAH TANGGAMU SENDIRI!"

Seungcheol yang mendengar teriakan itu, hanya bisa menghela nafas pelan.

"Apa yang kau maksud?! Aku tidak mengganggu rumah tanggamu! Tolong bekerjalah secara profesional!"

Joshua menghela nafas, "Baiklah, aku minta maaf."

"Produser-Nim sedang marah, apa kau tidak akan datang juga?"

"Aku akan datang, tunggulah."

Tut!

Sambungan diputus oleh Joshua, begitu saja. Ia menatap sang istri dengan lekat, lalu mengecupnya berkali-kali.

"Aku mencintaimu ..."

Ya, aku juga mencintaimu ... batin Jiya, perempuan itu hanya gengsi. Tidak ingin mengucapkannya secara langsung.

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang