20

73 16 0
                                    

"Hyung ..." Wonwoo mengetuk pintu kamar Joshua, seraya memanggilnya.

Hening.

Itulah yang dirasakan oleh Wonwoo.

"Shua! Ada titipan untukmu, dari Jiya!!"

Hening.

"Jangan memaksaku untuk mendobrak pintu ini!" teriak Wonwoo, mulai kesal.

Sepi.

Itulah yang bisa menggambarkan kondisi kamarnya saat ini.

Wonwoo tanpa tendeng alih-alih, dengan segera mendobrak pintu tersebut. Percobaan pertama gagal, dan percobaan kedua ...

Nampaklah Joshua tengah terkapar, dengan salah satu tangannya yang menggenggam botol obat. Cairan berwarna putih, keluar dari mulutnya.

"Tidak!!" teriaknya. Lalu dengan segera membawa Joshua menuju mobilnya. Tubuhnya bahkan sangat ringan, ia menangis sepanjang perjalanan.

"Dokter! Suster! Tolong!!"

Wonwoo berteriak, bahkan dirinya tak memakai masker. Ia tak peduli, setelah ini, mungkin akan ada berita besar mengenainya dan Joshua.

Beberapa perawat serta dokter, segera menghampiri dengan membawa brankar.

Joshua ditangani dengan segera, setelah memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Barulah Wonwoo mengabari yang lain, serta Jiya. Biar bagaimanapun, Jiya harus tau, bukan?

Jiya yang mendapat pesan seperti itu, dengan segera bergegas menuju rumah sakit. Tanpa menghiraukan panggilan Nura. Gia sedang menginap di rumah Cheol dan Gitta, mungkin mereka akan lebih dulu berada di rumah sakit.

"B-bagaimana bisa?" tanya Jiya. Kedua lututnya lemas, ia tidak bisa menopang tubuhnya sendiri.

"Aku menemukannya dalam kondisi mulutnya yang mengeluarkan cairan putih, mungkin itu racun?" jelas Wonwoo.

"Aku berhutang sekali padamu, Wonwoo. Jika bukan karenamu, mungkin Joshua sudah tidak ada," cicit Jiya.

"Joshua masih kritis, aku belum bisa sepenuhnya menyelamatkan dia. Jangan berterima kasih padaku," ucap Wonwoo.

"Biar bagaimanapun, kamu sudah membawa dia ke rumah sakit, itu sudah benar. Sekali lagi, terima kasih, Wonwoo."

Cheol dan Gitta datang terlambat. Karena mereka harus menjemput, anak-anak terlebih dahulu.

"Kenapa bisa?!" teriak Cheol.

"Pelankan suaramu, kita sedang di rumah sakit!" desis Gitta.

"Mommy ..." Gia mulai menangis, memeluk tubuh Jiya.

"Kita berdoa yang terbaik ya, sayang. Gia minta pada Tuhan, agar Daddy tidak meninggalkan kamu. Mengerti, sayang?" tanya Jiya dengan lembut.

"Ya Tuhan ... Gia minta agar Daddy jangan pernah tinggalkan Gia dan Mommy. Aku tidak masalah jika mereka berdua bertengkar lalu berpisah, tapi aku mohon ... Gia tidak ingin Daddy pergi, lagi."

Mendengar doa dari sang anak, membuat Jiya menoleh pada Gitta, meminta penjelasan. Gitta hanya menggeleng, bahwa ia tidak tau apa-apa.

"Mengapa kau berbicara seperti itu, sayang?" tanya Jiya dengan lembut.

"Aku selalu berpikir, mengapa hanya aku yang tinggal tanpa ayah. Sedangkan Gicheol, dia bisa tinggal bersama kedua orang tuanya. Lalu, Paman Jeonghan menjelaskan, bahwa hubungan Mommy dan Daddy, sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Dan aku diminta untuk tetap mendukung, setiap keputusan yang Mommy buat. Bukankah aku anak yang pintar?"

Kalimat panjang yang dijelaskan oleh Gia, membuat hati Jiya terenyuh. Ia menghapus air matanya. Untuk anak seusianya, ini adalah langkah dewasa yang tidak seharusnya anak lima tahun ambil. Anaknya terlalu pintar, gen Joshua sangat mendominasi segalanya.

"Jeonghan!" geram Cheol.

"Apa? Kenapa? Bukankah apa yang kukatakan itu benar?" tanya Jeonghan.

"Itu benar, tapi tidak seharusnya kau berbicara seperti itu dihadapan anak kecil!" desis Cheol.

"Aku tidak tega, Cheol." Jeonghan lalu duduk bersimpuh dihadapan Gia. "Gia-ya! Kamu anak yang pintar, sayang. Persis seperti Ayahmu. Tolong jaga Mommy dengan baik, ya?" pintanya. "Bisakah kamu mengabulkan permohonan dari Paman?"

Gia dengan segera mengangguk, senyuman manis tak pernah luntur dari wajahnya. Sangat cantik.

Jiya kehabisan kata, sungguh dirinya sangat bersyukur, karena dikelilingi oleh orang-orang baik. Dan rela melindunginya dari apapun. Ia beruntung.

🌼🌼🌼

Happy Birthday for Joshua Hong!! Selamat bertambah umur, dan sehat selalu my Gentle sexy!!

Bandung, 30 Desember, 2023

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang