37

52 10 0
                                    

⚠️Ini khusus area Flashback. Jangan keliru dengan alurnya.⚠️

"Tahan sebentar posisimu sekarang."

Instruksi itu, membuat Jiya mengernyit. Namun tak ayal, ia mengikuti perintah dari Joshua.

"Tolong pegang kakiku dengan kuat, ya?" Joshua berbaring, lalu mulai memposisikan untuk sit up. Uniknya, setiap kali dirinya bangun, Joshua mengecup bibir tipis Jiya.

"Apa kau sedang dalam program membentuk otot perut?" Jiya memejamkan kedua matanya, ketika lelaki itu mulai mengecupnya.

"Sepertinya begitu, aku tergiur akan otot salah satu aktor, ketika aku sedang menonton film."

"Jadilah dirimu sendiri, jangan meniru orang lain." Jiya lalu duduk, begitu melihat Joshua yang sedang berbaring.

"Biar aku bawakan air minum untukmu."

Joshua tersenyum, masih dengan posisi berbaring di lantai. "Kau memang calon istri yang baik."

Langkah Jiya terhenti, lalu menoleh dan memasang ekspresi bingung. "Calon istri siapa?"

"Tentu saja, calon istriku!"

"Masih lama, Joshua Hong."

"Iya, aku tau." Joshua lalu duduk. "Apa aku tidak boleh bermimpi suatu hari nanti, kau akan menjadi istriku? Menjadi Nyonya Hong Jiya?"

Anehnya, Jiya hanya tertawa seraya merentangkan kedua tangannya. Memeluk Joshua, dengan erat. "Iya. Iya. Aku menurut saja. Kita berdoa, semoga itu segera terjadi, oke?"

Joshua membalas pelukan tersebut. "Ah, aku ingin kue buatanmu."

"Tiba-tiba?" tanya Jiya.

Joshua hanya mengangguk.

"Baiklah, aku akan membuatkannya. Kau tunggulah di sini," Jiya lalu berjalan menuju dapur. Dan segera membuat kue yang diinginkan oleh kekasihnya.

Setelah cukup lama berkutat di dapur, Jiya akhirnya menyelesaikan step terakhir.

"Aku tidak tau, kau menginginkan kue apa. Aku hanya membuatkanmu cup cake, apakah itu baik-baik saja?" tanya Jiya.

Joshua lalu berjalan menghampiri Jiya, ide jahilnya muncul begitu saja. Dengan segera mencolek pipi gadisnya menggunakan krim yang tergeletak begitu saja di meja pantry.

Joshua hanya terkekeh geli, melihat Jiya yang mengomel tidak jelas seraya membasuh wajahnya yang terkena cipratan krim.

"Hey." Joshua lalu memeluk tubih mungil Jiya, dari belakang. Sementara sang gadis masih sibuk membasuh wajahnya. "Membayangkan pernikahan, aku menjadi semakin ingin menikahimu dan membangun rumah tangga bersamamu."

Tubuh gadisnya sedikit bergetar karena tawa, Jiya segera menegakkan tubuhnya kemudian berbalik menghadap Joshua. "Sepertinya akal sehatmu harus mulai dipertanyakan, Joshua Hong."

"Dan yang membuatku begini itu, kau, Nyonya Hong." Joshua semakin menarik pinggang ramping Jiya , agar semakin dekat padanya.

"Kau memanggilku apa?" tanya Jiya.

"Apakah tidak boleh?"

Jiya tersenyum. "Boleh, tentu saja boleh."

Joshua membalas senyuman itu, lalu mendekatkan wajahnya. "Aku mencintaimu."

"Aku juga."

⚠️Flashback off⚠️

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang