44

67 10 0
                                    

Jiya berlari di lorong rumah sakit, seperti orang yang kesetanan. Terlebih lagi, karena dia baru saja mendengar, bahwa Joshua tengah terlibat kecelakaan beruntun. Dan kemungkinan untuk pria itu hidup, sangatlah kecil.

"JEONGHAN!" teriak Jiya, ketika melihat siluet lelaki itu.

Jeonghan dengan segera berlari ke arahnya, dan memeluknya. Membiarkan wanita itu menangis sekencang-kencangnya.

"J-Joshua, d-dia k-kenapa bisa? Bagaimana dengan Dino?" tanya Jiya.

Jeonghan mengusap punggung Jiya, mengelusnya dengan pelan. "Dokter bilang, kondisi keduanya kemungkinan untuk hidup itu sangat kecil. Meskipun mereka selamat dari kecelakaan."

Jiya diam, mendengar penjelasan dari Jeonghan. Hatinya sakit begitu mengetahui faktanya, bahwa Joshua kemungkinan akan pergi meninggalkannya.

"Yang lain mana?" tanya Jiya.

"Mereka pulang, karena nanti malam, kita akan bergantian untuk menjaga mereka."

"Lalu, mengapa kau tidak ikut pulang, Jeonghan?"

"Jika aku pulang, siapa yang akan menjaga mereka, Jiya? Aku tidak ingin meninggalkan mereka sedikitpun," ucapnya dengan lirih.

Jeonghan berkata dengan tulus, kedua matanya menatap kamar rawat Joshua dan Dino.

Pada saat kejadian, Joshua dan Dino hendak membeli sesuatu untuk pasangannya masing-masing. Mereka akan memberikan hadiah kecil, atas kebahagiaan mereka.

Joshua sangat bahagia, ketika ia menceritakan kepada pada member, bahwa dirinya kini kembali menjalin hubungan bersama Jiya. Raut wajahnya, benar-benar bersinar. Setiap detik, ia tak lupa untuk tersenyum. Sedangkan, Dino? Ia hendak memberikan hadiah kecil, atas suksesnya solo album perdananya, pada Asti. Gadis sang pujaan hati. Tapi nahas, sebuah truk besar, tiba-tiba saja menghantam mobil yang dikendarai oleh Joshua. Hingga membuat mobilnya tertabrak, kedua tubuhnya terhimpit badan mobil.

"Jiya-ya ... sepertinya kau harus pulang, pers daritadi terus berdatangan. Jika kau masih di sini, aku yakin, berita tentangmu akan semakin banyak tersebar."

"Aku tidak apa-apa, Jeonghan. Jangan hiraukan keberadaanku, kau fokuslah menjaga mereka. Aku akan menjaganya dari jauh," ucap Jiya.

"Aku hanya tidak ingin melihatmu diserang berbagai komentar jahat," jelas Jeonghan.

Penjelasan Jeonghan, membuat Jiya terdiam.

"Apakah kau tidak keberatan, menjaga Joshua, untukku?" tanya Jiya.

Jeonghan tersenyum, sebelum menjawab permintaan dari wanita di hadapannya. "Hey, walaupun kau tidak memintaku untuk menjaga Joshua. Aku akan menjaganya agar tetap aman dan kesehatannya selalu terjaga. Begitupun dengan Dino, kita satu keluarga. Maka sudah sepatutnya, aku menjaga mereka."

Jiya bisa bernafas dengan lega, mendengar penjelasan dari Jeonghan.

"Tolong jangan membenciku, Jeonghan."

"Aku tidak membencimu, Jiya."

"Aku hanya takut, jika kalian menyalahkanku, karena telah menyebabkan member kalian berada di ujung jurang kematian," lirih Jiya.

"Jaga bicaramu, Hong Jiya. Aku yakin sekali, jika Joshua mendengar ucapanmu barusan, sudah dipastikan dia akan menceramahimu panjang lebar."

"Ya, kau benar." Jiya tersenyum, tapi tatapan matanya menyorot kepedihan.

"Maka, tunggu apalagi? Pulanglah!"

"Apa kau berani mengusirku?" tanya Jiya.

"Bukan seperti itu, ak--"

"Aah, aku paham. Baiklah, aku pamit. Terima kasih."

Jiya lalu berjalan menjauh dari hadapan Jeonghan. Ia menangis terisak, membayangkan jika Joshua benar-benar meninggalkannya.

Tolong kuat, aku mohon ... batin Jiya, ia lalu mengusap air matanya dengan kasar.

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang