36

57 11 0
                                    

"Hanya satu yang aku minta, jangan pernah pergi dari sisiku bagaimanapun keadaannya."

Pernyataan yang sangat egois.

Jiya duduk termenung, mendengar penuturan dari Joshua. Bagaimanapun keadaannya?

Apa maksud dari kalimat itu?

Apa Joshua akan memenjarakan Jiya dalam kesedihan?

Jika suatu saat Jisoo kembali, apakah Jiya akan kembali dicampakkan? Sangat egois.

Joshua mendekat ke arah wanita itu. Ia meraih lengan wanitanya dan mengusapnya dengan pelan. "Ada banyak hal yang ingin aku katakan, dan aku tidak ingin membuatmu salah paham. Jisoo sama seka--"

"Tidak usah bertele-tele!" sentak Jiya. "Perasaanmu pada Jisoo hanya sebatas rasa penasaranmu terhadap masa lalu, dan itu sudah hilang. Dan ketika rasa penasaranmu sudah terbayar, kamu memintaku untuk kembali padamu?"

Joshua menatap kedua mata Jiya dengan tatapan serius, menyelami banyak hal yang tidak terungkap.

"Aku malas berurusan dengan seseorang yang masih belum selesai tentang masa lalunya," ungkap Jiya bersungguh-sungguh.

Joshua menatapnya dengan raut wajah terluka, sungguh ini sangat menyakitkan. Seberapa keras dirinya menjelaskan, wanita itu terus-menerus membantah. Ia lelah dengan ini semua.

Mungkinkah ini semua adalah takdirnya?

Ia tidak ditakdirkan kembali bersama dengan wanita yang sangat ia cintai?

Lalu, haruskah ia menyerah?

Joshua duduk di atas kursi panjang yang terbuat dari kayu. Suasana sekitar nampak sepi. Mengingat malam sudah semakin dalam.

Menit-menit berlalu, hanya mereka habiskan dalam diam. Duduk berdampingan dengan raut yang tidak bisa terbaca. Memikirkan beberapa kemungkinan yang mungkin saja terjadi untuk ke depannya.

"Malam semakin dingin, sebaiknya kau masuk." Joshua mulai bersuara.

Jiya menoleh sekilas. Menghela nafasnya, lalu membuangnya dengan kasar. "Bolehkah aku egois, untuk kali ini saja?"

Joshua menatap Jiya, ia tak mengerti dengan ucapan wanita di sebelahnya.

"Jika kita kembali bersama, apakah keadaan akan menjadi membaik? Atau malah sebaliknya?" tanya Jiya.

Joshua tercekat dengan pertanyaan yang sudah dilontarkan oleh mantan istrinya. Ia menahan nafas, untuk mendengar kembali apa yang akan diucapkan oleh wanita itu.

"Aku sedih, mendengar bahwa kau ternyata tidak memiliki hubungan apapun dengan anak yang sudah dilahirkan oleh Jisoo. Tapi, nyatanya hati kecilku, malah sebaliknya. Aku sempat berpikir--" Jiya menghela nafasnya. "--Ah, jadi begini rasanya, ketika mendengar bahwa laki-laki yang aku sayang, ternyata tidak memiliki hubungan apapun dengan anak kecil itu. Lalu, penyesalan mulai datang padaku."

Joshua yang mendengar itu, sontak hanya bisa terkejut dalam diam.

"Tu-tunggu, j-jadi maksudmu?" beo Joshua.

Jiya mendelik tajam. "Aku takut, terlalu berharap lebih."

"Mari kita luruskan semua kesalahpahaman ini. Apa kamu mau?"

Jiya termenung.

"Aku masuk dulu," lalu berjalan memasuki ruangan, mencoba untuk menghindari percakapan dengan Joshua.

Tunggu! Apa yang sedang kau bicarakan, Jiya?! Argh! Aku pasti sudah gila! batinnya.

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang