42

63 13 0
                                    

Joshua sudah berada di dalam kamar milik Jiya, sejak beberapa menit lalu. Dia berdiri di tepi ranjang dan memperhatikan betapa damainya wajah wanita tersebut, ketika sedang tidur. Ah, ini sangat membuat dirinya semakin ingin kembali kepadanya.

Ya, setelah perdebatan mereka kemarin. Dengan sepakat, mereka mencoba untuk kembali menjalin hubungan.

Bukankah mencoba lebih baik, daripada rasa penasaran yang selalu menghantuinya?

Lalu, tidak lama setelahnya. Kedua mata cantik itu, terbuka dengan kerjapan kecil. Mungkin wanita itu merasa terganggu, akan kehadiran seseorang.

Jiya membuat peregangan pada tubuhnya dengan pelan, sebelum matanya menangkap sosok yang sedang berdiri di hadapannya. Matanya terbuka semakin lebar, ketika menyadari siapa yang mengamatinya.

"J-Joshua? Sedang apa?" tanyanya dengan suara pelan.

"Hm," Joshua mencoba mencari jawaban.

Lelaki itu nampak sedikit kacau, dengan rambutnya yang sangat berantakan. Bajunya yang terlihat sedikit kusut. Juga luka kecil di beberapa bagian wajahnya, tetapi anehnya, ia terlihat semakin menawan.

Jiya menggelengkan kepalanya. Sadarlah, Jiya! umpatnya dalam hati.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" Jiya lalu bangun dari posisinya, menatap penuh curiga.

"Apakah aku membuatmu tidak nyaman?" tanya Joshua.

Ah sungguh, wanita itu tidak kuat dengan suara lembut yang diberikan oleh Joshua.

"Mengapa kau diam? Jika itu membuatmu tidak nyaman, aku akan pergi."

Jiya mengerjap pelan. "B-bukan itu maksudku."

"Lalu?" tanya Joshua, dengan salah satu alis yang terangkat.

Jiya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "A-aku hanya belum terbiasa denganmu."

Pernyataan dari Jiya, membuat Joshua tertawa terbahak-bahak. Bagaimana bisa, ia bertingkah sangat menggemaskan seperti ini.

"Oh ayolah, kita bukan pasangan baru." Joshua lalu duduk di ranjang yang Jiya tempati.

Mendapati Joshua sedang duduk, membuat wanita itu menjadi was-was.

"J-jangan mendekat!" seru Jiya.

Seruan wanitanya, membuat Joshua sontak berdiri.

"H-hey! Aku hanya ingin memberikan, i-ini ..." lalu menyodorkan sebuah bingkisan kecil.

"Apa ini?" tanyanya dengan penasaran.

"Jika kau penasaran, bukalah. Tapi, setelah aku pergi dari hadapanmu."

Setelah memberikan itu, Joshua segera pergi dari hadapan Jiya, dengan berlari kecil.

Sungguh menggemaskan! pekik Jiya dalam hati.

Ia membuka bingkisan yang diberikan oleh Joshua. Kedua matanya berbinar, ketika melihat sebuah kotak kecil berwarna tosca. Jiya masih bergeming di tempatnya, melihat ke arah kotak yang ia genggam. Kotak mewah dengan merk perhiasan ternama. Dia bukannya tidak tau merk perhiasan itu, hanya saja, dirinya masih kebingungan dengan maksud dari Joshua.

Kira-kira, untuk apa Joshua memberikannya perhiasan itu?

Ia ragu untuk membuka kotak tersebut, tapi rasa penasaran mengalahkan keraguan itu. Kedua matanya melebar, ketika melihat isi dari kotak didalamnya. Sebuah cincin putih yang sangat cantik, dengan berlian yang indah sebagai hiasan. Jiya menunduk, melihat hadiah yang diberikan oleh Joshua. Menurutnya ini sangat berlebihan.

Haruskah ia menerima pemberian pria itu? Atau, haruskah ia menolaknya dan mengembalikannya?

Jangan-jangan ... sebentar, apakah dia bermaksud untuk melamarku? batin Jiya.

2 Minus 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang