"Kalau begitu sampai Jumpa, na," Renjun melambai sebelum berlalu.
Jaemin tersenyum, menatap mobil Renjun--sahabatnya--yang kian menjauh hingga hilang di persimpangan.
"Huftt, melelahkan sekali," Gumam Jaemin seraya memasuki rumah sederhana tersebut.
Sepi, semenjak kematian Mina--ibunya--rumah tersebut terasa sangat sepi, padahal 2 tahun sudah berlalu namun Jaemin tak kunjung terbiasa. Biasa saat pulang Mina akan menyambutnya dengan senyum hangat, lalu memasakkan makanan kesukaannya, kemudian bersantai di ruang keluarga sambil menceritakan banyak hal pada sang ibu, menyenangkan, Jaemin jadi merindukannya.
"Mama, bagaimana di sana? aku lelah sekali, andai saja mama bisa memelukku," Gumam Jaemin pelan,mengusap foto sang ibu yang terpajang di ruang keluarga.
Setelah ini ia harus bekerja di salah satu minimarket, lalu mengajar sebagai guru les privat, dan malamnya bekerja di salah satu cafe, sangat melelahkan.
Tok tok tok
Jaemin menoleh kala mendengar ketukan pintu, "Eh, apa itu Renjun?kenapa dia kembali?"
Jaemin memilih segera melangkah ke pintu dan membukanya, ia mengerjap kala melihat seorang pria dengan jas hitam berdiri seraya tersenyum, memperlihatkan lesung di pipinya.
"Maaf? apa paman salah rumah?" Tanya Jaemin setelah hening sejenak.
Pria tersebut menggeleng, "Tidak, nama saya jeffrey. Benar ini rumah Na Jaemin?"
"Putra dari nyonya Na?" Lanjutnya.
Jaemin terdiam sebelum mengangguk, apa ini teman ibunya? apa ia tak tau ibunya sudah meninggal?
"Ah maaf, silahkan masuk," Jaemin membuka lebar pintunya, Jeffrey melangkah masuk, mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah yang terkesan hangat tersebut.
"Apa paman mencari ibu?" Jeffrey mengikuti langkah Jaemin menuju sofa.
"Tidak, ibu mu sudah meninggal bukan?"
Jaemin tersenyum tipis pada Jeffrey yang kini duduk di sofa, "Lalu? apa paman ada keperluan lain?"
Jeffrey mengangguk, "Untuk menemui putraku"
Jaemin mengernyit, apa salah rumah?tapi tadi Jeffrey mencari nyonya Na? itu ibunya
"Jaemin, putraku.."
Deg
Jaemin mengerjap tak percaya, menatap Jeffrey yang tersenyum dengan mata berkaca kaca kearahnya.
"M-maaf, sepertinya paman salah rumah atau mungkin salah orang."
Tidak, ibunya tak pernah mengatakan apapun soal ayah, ibunya hanya mengatakan ia tak akan pernah bertemu lagi dengan sang ayah, itu artinya ayahnya meninggal bukan?
Jeffrey menggeleng, "Tidak, aku tidak salah. Lihatlah ini, nak."
Jeffrey mengeluarkan selembar foto pernikahan, foto pernikahannya dan Mina. Lantas menyerahkannya pada Jaemin yang masih mematung tak percaya.
"Jaemin maaf--"
"Tidak, paman pasti membohongiku. Ini pasti hanya editan kan?" Sela Jaemin memotong.
Jeffrey dengan cepat menggenggam tangan putranya, "Jaemin, dengar dulu. Papa akan menjelaskan semuanya."
Jaemin tersenyum getir, Papa?
"Jaemin, tolong..tolong dengar dulu ya?"P inta Jeffrey memohon, menarik dengan lembut agar Jaemin duduk di sampingnya.
"Dengar, jangan memotong penjelasan papa ya?" Ucap Jeffrey halus, Jaemin tak menjawab, hanya diam seraya menatap Jeffrey.
"Saat awal pernikahan papa dan mama, semuanya baik baik saja. Hingga mama mengandung kalian--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridin' : Jeno × Jaemin
Teen FictionNOT BXB⚠️ [beberapa chapter mungkin ke acak, jdi tolong liat nomor dan baca dngn berurutan] Jaemin tak tau harus bereaksi seperti apa kala seorang pria datang dan mengaku sebagai ayah kandungnya setelah 2 tahun kematian ibunya,dan..hey penampilannya...