kalau komennya ga sampe ratusan bener¹ bakal up bulan depan🙄
komen di tiap paragraf.
____________________________
"Selamat Jeff, putramu tampan sekali." Theo memeluk Jeff erat, mengusap punggung lelaki yang menangis terharu tersebut
"Haii Jeno, Jaemin, om datang!" Theo tersenyum gemas, meletakkan paper bag di tangannya dan memeluk kedua anak kecil tersebut.
"Bodoh, istirahatlah jika tak ingin mati," Theo menyentil kening Jeff keras lantas mengambil berkas di tangan pria itu
"Hey tenanglah, kau harus baik baik saja untuk putramu, kau harus menjaga Jeno," Theo menepuk bahu Jeff, menenangkan sahabatnya yang menangis terisak
"Tentu, kau ayah yang baik, kau bahkan belajar sepeda untuk mengajari Jeno, siapa yang mengataimu? Sini biar aku hancurkan kepalanya."
"Jeff, kau baik baik saja?!" Theo dengan panik menghampiri Jeff yang terluka
"Jeff, saat tua nanti bagaimana kalau kita pindah ke tempat yang tenang dan rumah bersebelahan? Pasti menyenangkan, kau mau?"
Jeff mengangguk, "Baiklah, pastikan kau tetap hidup sampai tua."
"Eyy tentu saja aku akan hidup, aku akan menemanimu nanti, kau kan duda."
"Sialan, kau juga ya!"
"Ahahahahahah"
Jeff terpaku, menatap tak percaya pada mayat Theo. Matanya berkaca kaca, namun rahangnya mengeras menahan amarah
"Siapa--yang berani membunuh mu?" Desisnya dengan air mata yang mulai mengalir.
"Siapa? Siapa? Siapa? SIAPA?!"
Johnny segera menahan Jeff yang kini meraung, "Jeff tenanglah!"
"Bagaimana aku bisa tenang? Lihat? LIHAT BAGAIMANA THEO DIBUNUH!" Jeff berteriak murka, menatap bagaimana mengenaskannya keadaan mayat Theo.
Theo memang sedang sakit, karena itu keadaannya bisa di bilang sangat lemah
Harusnya--harusnya Jeff menemani pria itu
Harusnya Jeff tak membiarkan Theo pergi sendiri di saat pria itu sedang sangat lemah
"ARGHHH AKU AKAN MEMBUNUH BAJINGAN ITU! AKU AKAN MEMBUNUHNYA DENGAN KEJAM, AKU AKAN MEMBUNUHNYA DENGAN TANGAN KU SENDIRI!"
Air mata Jeff mengalir deras, "Kenapa? Apa dia merindukan istrinya? John apa karena itu Theo pergi? Theo merindukan istrinya?"
Johnny menarik nafas dalam, menarik Jeff pergi dari ruang jenazah, "Tenangkan dirimu, kita harus mengantarkan Theo ke tempat peristirahatan terakhirnya nanti."
Peristirahatan terakhir?
Dan Jeff--rasanya benar benar ingin membunuh seseorang sekarang, emosinya benar benar memuncak
____________________________
"Kita mau kemana sih?" Tanya Jaemin, melirik Jeno yang menyetir mobil. Tau tau saat dia pulang pagi ini, Jeno menyodorkannya pakaian serba hitam layaknya akan ke pemakaman
"Pemakaman, teman papa meninggal."
Jaemin mengerjap, mengabaikan sakit di tubuhnya, "Teman papa meninggal?"
"Sahabat, nyaris seperti saudara. Om Theo, kau tak ingat?"
"Huh? Aku tak ingat," Tapi rasanya nama itu tak asing, dimana ya Jaemin melihatnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridin' : Jeno × Jaemin
Teen FictionNOT BXB⚠️ [beberapa chapter mungkin ke acak, jdi tolong liat nomor dan baca dngn berurutan] Jaemin tak tau harus bereaksi seperti apa kala seorang pria datang dan mengaku sebagai ayah kandungnya setelah 2 tahun kematian ibunya,dan..hey penampilannya...