Jaemin dan Jeno akhirnya sampai di apartemen pada malam hari setelah Jeffrey membawa mereka berkeliling cukup lama, dengan embel embel pendekatan dan saling mengenal, juga membeli berbagai perlengkapan Jaemin.
"Huftt, ini terasa seperti mimpi," Gumam Jaemin seraya merebahkan tubuhnya di kasur empuk tersebut, ia berada di kamar barunya, tepat di sebelah kamar Jeno. Yap, ia memilih tinggal di apartemen, lebih tepatnya Jeno memaksa dan Jeffrey yang mengalah, Jaemin menurut saja. Ia juga harus mengenal kembarannya itu kan?
Kembaran? seumur hidup Jaemin tak menyangka bahwa ia memiliki kembaran, perasaannya berdesir aneh.
Cklekk
"Kau sudah makan?"
Jaemin menoleh, menemukan Jeno di ambang pintu kamarnya, "Hey, ketuk dulu pintunya jika ingin masuk, bagaimana kalau aku sedang ganti baju atau--"
"Berisik, ayo makan. Lagian salahmu, kenapa tidak mengunci pintu?"
Jaemin menganga tak percaya, wah Jung Jeno ini ternyata menyebalkan juga ya.
"Cepatlah, kau ingin makan apa?"
Jaemin terpaksa bangkit dan melangkah keluar kamar, mengikuti langkah Jeno ke dapur. Omong omong apartemen Jeno sangat luas, terlalu luas untuk di tinggali sendiri atau bahkan berdua. Satu lantai ini hanya khusus untuk kamarnya, gila bukan?Jaemin jadi mempertanyakan apa pekerjaan ayahnya.
"Jen, apa pekerjaan papa?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja.
Jeno tersenyum miring, "Kau terlambat menanyakan hal paling penting ya?"
"Ya aku lupa menanyakan itu pada papa, apa papa bekerja di salah satu perusahaan? atau apa?"
Jeno menoleh hanya untuk menatap Jaemin yang duduk di kursi pantry, "Papa pemilik perusahaan."
Jaemin menganga tak percaya, pemilik perusahaan? oh wow, itu kah alasan ada banyak bodyguard yang menjaga?wahh, Jaemin benar benar jadi tuan muda kaya raya.
"Siapa yang lebih tua antara kau dan aku?" Jaemin kembali bertanya, menatap Jeno yang sedang memotong sayuran.
"Aku."
Jaemin memicing curiga, "Eyy, kau tak berbohong bukan?"
"Sadarlah, kau lebih pendek dariku."
"Ya Jung Jeno!" Jaemin mendelik kesal.
Jeno berbalik menatap Jaemin, kedua tangannya bertumpu pada meja pantry. Menatap lekat Jaemin dengan tatapan tajamnya, melihat bagaimana netra adik kembarnya yang begitu cantik, persis seperti ibu yang hanya dapat ia lihat di foto.
"Dengar Jaemin, kau tinggal di apartemenku, maka kau harus menuruti perintahku."
"Pertama, jangan keluar malam--"
"Hey kau pikir aku gadis yang tak boleh keluar malam?" Sela Jaemin cepat, apa apaan peraturan tak masuk akal itu ??
"Jangan menyela," Ucap Jeno dingin, membuat Jaemin sedikit kikuk.
"Kedua, jangan terluka."
Jaemin mengernyit, memang kenapa kalau ia terluka? kan tak ada hubungannya dengan Jeno.
"Memangnya kenapa? aku tak akan merepotkan mu walau aku terluka, aku juga--"
"Menurutlah, jangan terluka Jung Jaemin."
Mungkin Jaemin tak tau, Jeno selalu bertanya mengapa terkadang tubuhnya merasa sakit tanpa alasan walau hanya sekejap, seolah di pukuli habis habisan. Namun setelah tau mengenai saudara kembarnya, Jeno paham sekarang. Tidak, ini bukan karena sakit, tapi Jaemin adalah adiknya, dan orang yang berada dalam lingkup kehidupannya, tak akan Jeno biarkan terluka. Jaemin miliknya, dia adiknya, saudara kembar dari Jung Jeno, jangan harap ada yang bisa menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridin' : Jeno × Jaemin
Teen FictionNOT BXB⚠️ [beberapa chapter mungkin ke acak, jdi tolong liat nomor dan baca dngn berurutan] Jaemin tak tau harus bereaksi seperti apa kala seorang pria datang dan mengaku sebagai ayah kandungnya setelah 2 tahun kematian ibunya,dan..hey penampilannya...