"YA NA JAEMIN!"
Jaemin hanya bisa meringis saat mendengar teriakan Renjun, ia spontan mundur mendekati Jeno kala Renjun mendekat.
"Hey dengar kan aku dulu, ku mohon dengar dulu," Jaemin bersuara panik, Renjun susah di tenangkan jika mengamuk, dan dia dengan bodohnya lupa menghubungi sahabatnya hampir 2 hari karena handphone nya mati, tak tau jika Renjun kepalang panik kala melihat rumah Jaemin kosong dan tak ada kabar apa apa, nyaris gila saat tetangganya bilang bahwa Jaemin di bawa orang orang berbaju hitam.
"Kau--jika kau tak bisa memberi penjelasan, aku akan memenggal kepalamu karena membuatku kesal."
Jeno tersenyum miring, sahabat Jaemin boleh juga.
"Duduk dulu, kau mau minum sesuatu?"
Renjun mendudukkan dirinya di sofa, menatap sekeliling apartemen luas tersebut, hmm ini apartemen elit, apa yang terjadi??
"Hey Huang Renjun, kau mau minum sesuatu?"
Renjun mendengus, "Tidak, jelaskan saja apa yang terjadi."
Jaemin ikut mendudukkan diri di depan Renjun, tepat di samping Jeno.
"Dia kembaranku," Ucap Jaemin seraya menunjuk Jeno.
Renjun mengerjap, "Apa?"
"Dia kembaran ku, kenapa kau mendadak tuli?"
"Hey bodoh, kau mengatai ku? kenapa tidak menjelaskan agar aku paham?bukannya kau anak tunggal? sendirian?ayahmu sudah meninggal bukan?" Sambung Renjun beruntun.
Jaemin menghela nafas lelah, "Sebenarnya ayah ku belum meninggal, ceritanya agak rumit. Intinya mereka bercerai, lalu aku di bawa oleh mama, dan Jeno di bawa papa, lalu mereka hilang kontak dan papa baru datang ke rumahku kemarin."
Renjun masih bingung namun memilih mengangguk, "Jadi kau tinggal disini?"
"Iya, lagipula sewa rumah ku akan habis."
Renjun bersedekap dada, menatap Jeno dari atas hingga bawah, hmm seperti kriminal, "Berikan bukti DNA nya padaku, bisa saja kau di tipu."
Jaemin hanya mengangguk pasrah, Renjun memang begitu dari dulu, "Baiklah baiklah, kalian tak mau berkenalan dulu?"
"Huang Renjun."
"Jung Jeno."
Jaemin menatap keduanya datar, lantas menghembuskan nafas kesal. Mengapa semua orang sangat menyebalkan? manusia setengah malaikat sepertinya memang tak pantas bersama manusia setengah iblis seperti mereka, terlalu menyebalkan.
"Terserah sajalah, aku mau tidur. Renjun aku berangkat bersama mu besok ya?"
"Hm, jangan sampai telat."
Jaemin baru menyadari sesuatu, "Jen, kau sekolah dimana?"
Jeno yang sibuk dengan ponselnya menoleh, "Satu sekolah denganmu, baru saja di pindahkan papa."
Jaemin hanya mengangguk, semoga mereka tak satu kelas, Jeno kan menyebalkan.
Renjun melirik jam di pergelangan tangannya, "Aku harus pulang, ini sudah jam sebelas malam. Ingat, jangan telat besok."
"Iya iya, bawel sekali. Hati hati, jangan sampai aku mendengar kabar kau menabrak trotoar."
"Kau mendoakan ku yang buruk buruk ya Na Jaemin?"
Jaemin terkekeh, "Tidak tidak, aku hanya waspada. Mau ku cium sebelum pulang? sini sini~"
"Ah Jaemin gila, menyingkir sebelum ku tendang!" Kesal Renjun, mendorong Jaemin masuk ke dalam dan segera menarik pintu agar tertutup, skin ship Jaemin terlalu gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridin' : Jeno × Jaemin
Teen FictionNOT BXB⚠️ [beberapa chapter mungkin ke acak, jdi tolong liat nomor dan baca dngn berurutan] Jaemin tak tau harus bereaksi seperti apa kala seorang pria datang dan mengaku sebagai ayah kandungnya setelah 2 tahun kematian ibunya,dan..hey penampilannya...