"Arghh siapapun, kenapa tak ada yang menyelamatkan ku?"
BRUKK
"Oh hai cantik?"
Renjun mengerjap, menatap tak percaya pada orang yang baru saja melompat masuk lewat jendela tinggi itu, "Haechan?"
"Hm, aku seperti pahlawan kan sekarang?"
Renjun berdecih, sama sekali tak berniat bangun, "Pahlawan kesiangan maksudmu?"
"Astaga, cantik cantik mulutnya pedas sekali," Haechan berjalan mendekat, menatap keadaan Renjun yang yaahhh sedikit mengenaskan.
"Bangun, kau tak sanggup bangun ya?"
"Tidak, putuskan saja rantainya baru aku bangun," Jawab Renjun pelan.
Haechan menurut, berusaha memutuskan rantai dengan kapak di tangannya.
"Kau di suruh Jaemin ya?"
Haechan berdehem, "Dia mengamuk, untung saja keadaannya begitu jadi tak bisa bertindak sembarangan."
Renjun tertawa pelan, "Haah dia memang gila."
"Bagaimana keadaannya?"
Haechan terdiam sesaat, "Entahlah, datang saja dan lihat sendiri."
"Waah kau memang minta di umpati ya?"
____________________________
Renjun bersedekap dada, menatap Jaemin tajam dari sofa, "Kau minta ku penggal ya? Bagaimana bisa kau berniat melompat dari lantai 4?"
Jaemin meringis, "Itu hanya khilaf, tak sengaja hehe.."
"Cih, dasar gila," Decih Renjun sinis. Ia melirik Jeno yang duduk tenang di kursi samping ranjang rumah sakit Jaemin, sibuk dengan laptop.
"Oh ya, bagaimana kau bisa mengirimiku pesan?" Tanya Jaemin.
Yaaa dari dulu kata 'China' dari Renjun memang berarti pengurungan dari ayahnya.
"Oh, aku mencium kakinya," Jawab Renjun enteng, namun ternyata respon yang di dapat tak sesantai jawabannya.
Raut wajah Jaemin berubah dalam sekejap, aura gelapnya menguar membuat aura mencekam.
"Apa?" Tanya Jaemin ulang.
Renjun mengangguk, "Hm, aku mencium kakinya, kau tuli ya?"
Jeno beralih menatap Jaemin saat sadar ada yang tak beres, mendapati wajah penuh amarah milik kembarannya itu.
"Jaem--"
"Mau membantu ku membunuh seseorang?" Tanya Jaemin seraya menoleh pada Jeno.
"..tentu, siapa?"
Jaemin menyeringai lebar, waah semua jadi mudah jika begini, Jaemin tak perlu mengotori tangan langsung tampaknya.
Renjun tampak berpikir, "Hmm sebentar lagi aku akan kaya dengan harta warisan, aku harus liburan kemana ya?"
_________________________
Jeff terdiam di hadapan makam Mina, menatap bunga bunga yang terletak di depan nisan, ia tersenyum, pasti itu dari Jaemin.
"Maaf, maaf sudah membuat mu menangis dan membiarkan mu pergi dulu," Bisiknya pelan.
"Maaf sudah mendidik Jeno dengan salah, maaf aku tak bisa merawat mereka sebaik kamu merawatnya."
Jeff mengelus nisan tersebut dengan lembut, mengusap nama yang terukir di sana, "Seharusnya dulu aku mendengar perkataan mami, aku tak boleh mendekati malaikat seperti mu saat tangan ku berlumur darah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridin' : Jeno × Jaemin
Teen FictionNOT BXB⚠️ [beberapa chapter mungkin ke acak, jdi tolong liat nomor dan baca dngn berurutan] Jaemin tak tau harus bereaksi seperti apa kala seorang pria datang dan mengaku sebagai ayah kandungnya setelah 2 tahun kematian ibunya,dan..hey penampilannya...