"Kalungnya jangan pernah di lepas ya?"
Jaemin mengangguk, membiarkan Jeff memakaikannya sebuah kalung sederhana dengan liontin persegi panjang kecil. Ia melirik Jeno yang juga menggunakan kalung yang sama.
"Papa kita dalam bahaya ya?" Tanya Jaemin.
Jeff tersenyum, "Tidak, kalian akan baik baik saja, asal Jaemin menuruti perkataan papa dan tidak nakal."
"Heum, Jaemin tak nakal!" Jaemin menggeleng tak setuju, menggerakkan pelan kakinya.
"Kakinya masih sakit?"
"Sedikit, sudah boleh pulang kan, pa?"
"Papa tanya dokter--"
"Tak boleh, besok saja sesuai kata dokter," Seperti biasa, Jeno yang menyela dengan enteng.
"Aku tak bertanya pada mu, aku bertanya pada papa."
"Jawaban ku juga jawaban papa, kenapa?"
Jaemin berdecak kesal, "Papa sudah boleh pulang kan?"
Jeff tersenyum, "Besok saja--"
"Mau hari ini, disini tak seru, apalagi--"Jaemin melirik sinis tangannya yang di infus.
"Pokoknya aku mau pulang hari ini, kalau tidak aku tak akan berbicara pada papa sampai--eummm sampai besok," Jaemin bersedekap dada seraya memalingkan wajahnya.
Jeff menghela nafas pelan, "Yasudah biar papa tanya ke dokternya dulu ya."
Jeno melirik keduanya malas, anak itu kenapa banyak sekali permintaan sih? Tak sadar keadaannya ya? Itu kan berbahaya.
"Papa--"
"Jeno, tak boleh melawan orang yang lebih tua, mending kau diam saja," Sela Jaemin melotot kesal pada kembarannya itu.
"Aku yang akan bertanya pada dokter," Jeno segera berlalu keluar. Mudah, dia tinggal mengancam dokter itu agar Jaemin tak boleh pulang kan?
"Aahh aku hanya bawa pisau lipat ya? Berikan pistolmu," Jeno menerima pistol yang di sodorkan bodyguardnya.
Naah begini kan mudah.
__________________________
"Waah, bajingan gila itu--" Haechan berdecak tak percaya, menatap foto yang baru saja ia terima dari mata matanya.
"Dia kembali, pasti dia mendengar soal kematian om Theo dan Jaemin," Ucap Mark.
"Sepertinya kali ini sulit, jika pria ini--Jeno tak akan bisa turun langsung kan?"
Mark menghela nafas kasar, "Bukan kah kita harus mengkhawatirkan yang lain?"
"Apa?" Haechan mengernyit bingung.
"Jaemin, kau tau seberapa gila Jeno jika sudah begini?"
"Aahh benar, kau harus memberi tahu Jaemin agar tak melawan, arghh aku tak mau melawan Jeno yang sedang lepas kendali," Haechan mengerang frustasi.
"Benar, Jaemin lebih baik menurut untuk sementara waktu," Ucap Mark seraya mengangguk.
"Kita ke markas di perbatasan?"
"Tentu, ayo segera ke sana."
"Kau yakin Jaemin akan baik baik saja?"
"Yakin asal dia menurut, lagipula keadaannya begitu, dia tak mungkin melakukan hal hal gila yang membuat Jeno marah."
Haechan mendengus, siapa yang tau kelakuan gila Jaemin kan?
___________________________
Jeff duduk di sofa, menatap Jaemin yang berjalan di bantu Jeno. Semudah itu? Tidak, mereka sudah mendengar rengekan Jaemin sejak 2 jam lalu hanya untuk membantunya berjalan jalan di ruangan dengan kaki yang belum sembuh total.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridin' : Jeno × Jaemin
Teen FictionNOT BXB⚠️ [beberapa chapter mungkin ke acak, jdi tolong liat nomor dan baca dngn berurutan] Jaemin tak tau harus bereaksi seperti apa kala seorang pria datang dan mengaku sebagai ayah kandungnya setelah 2 tahun kematian ibunya,dan..hey penampilannya...