Cklekk
"Jeno? Apa--Apa yang kau lakukan?!" Mark melotot, dengan cepat berlari mendekat pada Jaemin yang kini sudah terpejam dengan bahu berdarah.
"Apalagi? Tentu saja memasang pelacak."
Mark terdiam tak percaya, melihat luka di bahu Jaemin, "Kau--memasukkannya ke bahu Jaemin?!"
"Hm, supaya dia tak bisa melepasnya."
Mark kehabisan kata kata, "Kau gila Jeno, bagaimana kau bisa melakukan ini pada Jaemin?"
Ia dengan cepat melepas ikatan Jaemin, menghapus bekas air mata yang memenuhi wajah lelaki itu, bibir Jaemin bahkan berdarah, menyedihkan sekali..
"Jangan menemuinya untuk beberapa hari ini, kau membuatnya ketakutan."
Jeno memgernyit tak suka, "Apa hak mu? Dia kembaran ku."
"Kembaran? DI SAAT KAU BAHKAN MENANAMKAN PELACAK DI TUBUHNYA?!"
Netra Mark menatap peralatan pisau dan jarum suntik di meja, "Kau--bahkan tak memakai obat bius atau pereda nyeri bukan?"
"Demi Tuhan, kau benar benar gila Jung Jeno, seharusnya kau memiliki belas kasihan pada adikmu."
Jeno tersenyum sinis, "Itu belas kasihan ku, jika aku tak memiliki belas kasihan--aku pasti sudah mematahkan kedua kakinya."
Mark menghela nafas kasar, "Jangan menemuinya untuk beberapa hari."
"Kau tak punya hak untuk memerintahku."
"Baiklah, jangan--menyentuhnya sedikitpun, tak ada bantahan."
Jeno berdecak, memegang bahunya yang terasa perih dan ngilu, aahh sakitnya lumayan juga..
____________________________
"Kak Mark?" Jaemin membuka matanya perlahan kala samar samar mendengar suara Mark.
"Iya, ini aku," Mark tersenyum, menatap iba pada luka di bahu Jaemin.
Jaemin meremat tangan Mark kuat, "Kak Mark, bahu ku sakit.."
Mark mengusap surai Jaemin lembut, "Tak apa, sudah di beri pereda nyeri oleh dokter, nanti akan sembuh."
Mata Jaemin berkaca kaca, pelacak..
Di tubuhnya sekarang ada pelacak..
"Hey jangan menangis, mau ku panggilkan dokter lagi?" Tanya Mark khawatir melihat air mata Jaemin yang mengalir.
"Tidak, tak perlu."
"Sakitnya pasti sembuh, jangan menangis lagi," Bisik Mark lembut.
Jaemin mengangguk walau air matanya terus saja mengalir, sakit, sangat--sakit..
"Ini--"
"Di kamar ku," Jawab Mark.
Jaemin kembali terdiam, kembali teringat sakit saat Jeno menaruh pelacak ke bahunya, Jaemin--takut.
"Jaemin, aku tak bermaksud memarahi atau memerintah. Tapi untuk lain kali jangan lakukan hal nekat seperti itu ya?"
Jaemin mengangguk, "Maaf.."
"Tak apa, tapi lain kali jangan di ulangi, itu berbahaya, mengerti kan?"
Jaemin lagi lagi mengangguk.
"Yasudah tunggu sebentar, aku akan mengambil makan malam," Mark beranjak bangun setelah mendapat jawaban dari Jaemin, melangkah keluar tak lupa menutup pintu.
Meninggalkan Jaemin yang kini kembali menangis dengan isakan tertahan, melirik luka di bahunya dengan takutn
"Sakit..sakit.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridin' : Jeno × Jaemin
Teen FictionNOT BXB⚠️ [beberapa chapter mungkin ke acak, jdi tolong liat nomor dan baca dngn berurutan] Jaemin tak tau harus bereaksi seperti apa kala seorang pria datang dan mengaku sebagai ayah kandungnya setelah 2 tahun kematian ibunya,dan..hey penampilannya...