Jaemin terpaku, mengerjap pelan dengan netra hazel yang mulai menatap sekeliling. Riuh dari dokter dan suster tak bisa sedikitpun menarik atensinya.
Dia masih hidup?
Tidak, ini saja sudah sangat menyakitkan, Jaemin tak mau di siksa Jeno dan Jeff lagi.
Atau--dia harus pura pura lupa ingatan?
Atau langsung menjelaskan?
Mana yang lebih baik?
Jika Jeff juga mafia, pria itu pasti tak akan bersimpati walaupun Jaemin amnesia.
"Bagaimana keadaannya?"
Suara Mark terdengar, namun Jaemin sama sekali tak berniat menoleh, masih sibuk dengan pikirannya sendiri dan juga sakit di seluruh tubuhnya.
"Jaemin, bisa mendengar ku?" Mark dengan pelan menepuk tangan Jaemin, tarsenyum tipis kala anak itu meliriknya.
"Bisa mendengar ku kan? Ada yang sakit?"
"..tidak," Lirih Jaemin serak, terkekeh getir dalam hati kala hanya mendapati Mark disini.
Lagipula siapa lagi? Jeno dan Jeff pasti marah besar kan?
"Butuh sesuatu?"
"Istirahat, tolong--tinggalkan aku sendiri."
Mark mengangguk, "Baiklah, jika butuh sesuatu--jatuhkan saja gelas di nakas, aku di luar."
Jaemin berdehem, membiarkan Mark keluar setelah mengusap tangannya singkat. Jaemin menarik nafas dalam, apa yang akan terjadi padanya? Apa yang akan Jeff lakukan padanya?
Dia--tak akan di bunuh kan?
Ah tidak, di bunuh lebih baik daripada di siksa.
"Dia sudah sadar?"
Jaemin menegang kala samar samar mendengar suara Jeff lalu tak lama kemudian di susul pintu yang terbuka.
"Jaemin maaf, aku harus pergi sebentar, hanya sebentar."
Mark menunduk dan berbisik pada Jaemin, "Aku berjanji om Jeff tak akan menyakiti mu, percaya pada ku."
Jaemin menatap Mark ragu.
"Aku tak pernah bohong, jadi percaya pada ku ya? Aku pergi dulu, jangan takut."
Dan tepat setelah Mark pergi, keheningan melanda ruang rawat Jaemin yang baru sadar pagi ini. Jaemin sama sekali tak berani melirik Jeff yang masih diam di samping ranjang rumah sakitnya, suasana terasa suram dan mencekam, seolah mencekik Jaemin yang masih di balut rasa sakit.
"Maaf."
Satu kata Jaemin memecahkan keheningan yang nyaris sepuluh menit tersebut.
"Papa, aku minta maaf," Lirih Jaemin seraya memberanikan diri menatap Jeff.
"Aku--aku tak tau kalau om Theo teman papa. Aku hanya mengikuti perintah, aku benar benar tak tahu."
Jaemin menggigit bibir bawahnya kalut saat Jeff hanya diam.
"Kenapa bekerja dengannya?" Tanya Jeff dingin, menatap putranya datar.
Kenapa?
Jaemin mendadak ragu, "Waktu itu--mama harus di operasi karena penyakitnya tapi tak ada uang, lalu--dia datang dan bilang kalau dia akan membayar semua biaya rumah sakit jika aku membantunya selama setahun."
Mata Jaemin berkaca kaca, "Tapi mama tak selamat, jadi--aku terus bekerja dengannya karena harus membayar hutang mama dan juga aku membutuhkan uang."
Jaemin bersumpah saat itu dia hanya ketakutan saat memikirkan akan kehilangan Mina, jadi dia melakukan hal kotor itu sekalipun itu berdosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridin' : Jeno × Jaemin
Teen FictionNOT BXB⚠️ [beberapa chapter mungkin ke acak, jdi tolong liat nomor dan baca dngn berurutan] Jaemin tak tau harus bereaksi seperti apa kala seorang pria datang dan mengaku sebagai ayah kandungnya setelah 2 tahun kematian ibunya,dan..hey penampilannya...