Seperti yang mereka bicarakan dan sepakati tadi di angkringan Genta dan Dikta kini ikut bersama Vara ke rumahnya.
"Mana nih yang lo bilang paket komplit??" Tanya Dikta, sepertinya laki-laki itu nampak tidak sabaran untuk menemui paket komplit yang di maksud Vara tdi.
"Namanya Zelina." Tekan Vara takut sang pemilik nama mendengar percakapan mereka dari lantai atas.
"Sabar, palingan bentar lagi turun." Ucap Vara.
Genta dan Dikta pun memilih duduk di sofa sebari menonton tv, Vara enggan duduk di sofa bersama kedua laki-laki itu. Namun, ia juga ingin melihat apa yang akan di lakukan Dikta dan Genta jika melihat kedatangan Zelina.
Tap.
Tap.
Tap.
Tap.
Derap langkah terdengar menuruni anak tangga yang mampu mengalihkan fokus ketiga remaja itu.
Di tangga terdapat Zelina dengan dres ketatnya, jangan lupakan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya. Sepertinya, kaca mata itu wajib ia bawa kemana-mana.
Padahal Vara yakin aslinya mata Zelina tidak minus. Emang ada orang yang punya mata minus menggunakan kaca mata hitam?
Mungkin ada, tapi sejauh ini saya belum pernah melihatnya.
"Vara! Gue gak salah lihat'kan?" Ujar Dikta dengan mata yang masih terfokus menatap Zelina.
"Iya bener itu, intinya gue pengen lo berdua bantu gue titik." Pinta Vara tidak menerima penolakan sesingkat apapun.
"Bantu apa?"
"Buat Zelina gak betah tinggal di sini, liat aja penampilannya udah kayak jalang" bisik Vara di telinga Genta dan Dikta bergantian.
"Ada upah ga?"
"Lo mau apain dia terserah deh, intinya buat dia gak betah di sini."
Kemudian kedua laki-laki itu mengangguk, mereka akan melakukan apa yang di minta oleh Vara.
Zelina berjalan mendekat ke arah mereka bertiga lalu tersenyum sebari melorotkan sedikit kaca matanya agar bisa melihat dengan jelas siapa laki-laki itu.
"Apa mereka berdua pacarmu? Wah, ternyata seleramu bagus juga." Puji Zelina duduk di sofa kosong yang ada di sana.
"Enak aja, mana mau gue pacaran sama mereka."
"Mereka ini temennya bang Varen." Jelas Vara.
"Ouh, apa kalian ingin mengenalku? Melihat tatapan kalian sepertinya, kalian sangat ingin mengenalku?!" Kekeh Zelina, ia tau parasnya sangat cantik, badannya juga sangat indah bak gitar sepanyol kedua payudaranya juga tak kalah besar dari pantatnya.
"Jangan tegang seperti itu."
Ejek Zelina yang membuat Genta dan Dikta saling tatap, ouhh godaan di hadapan mereka sangat meruntuhkan iman.
"Kenalin, Zelina. Panggil aku Zelina, umurku memang lebih tua dari kalian. Tapi aku lebih nyaman di panggil Zelina dari pada harus di panggil tante."
"Aku bukan sugar mommy kalian jadi panggil aku Zelina saja."
Genta dan Dikta mengangguk, kemudian memperkenalkan diri mereka masing-masing.
"Kalian bilang aja mau nginep di sini beberapa hari, biar rencana kita lancar." Bisik Vara sangat pelan dan hanya di dengar oleh Genta dan Dikta yang berada di sebelahnya.
"Kami ingin menginap untuk beberapa hari, Z-Zelina? Ah, gue belum terbiasa panggil yang lebih tua dengan namanya" keluh Genta, ini sulit.
"Haha, tidak apa-apa kalau begitu panggil aku Tante saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Bella [END]
Novela Juvenil⚠️cerita ini hanya di publish di lapak @Rhea_margareth, jika kalian menemukan cerita dengan alur seperti ini di lapak orang lain berarti itu plagiat‼️ "Weh!! njenggg!! mati guee.. " Seorang gadis berusia 20 tahun yang bernama Bella, yang menaglami k...