Vara berjalan menghampiri Varen, ia heran mengapa kakaknya itu sangat membosankan akhir-akhir ini. Laki-laki itu terus saja berkutat dengan ponselnya.
"Bang! Jangan diem bae, kayak kanebokering." Ejek Vara sengaja memancing Varen agar emosi dan mau beradu bacot dengannya.
"Jangan berisik."
What?? Respon Varen belum membuat Vara puas untuk mengganggunya.
"Alah, lo kangen'kan sama suara gue? Ngaku aja!!" Godanya lagi, bahkan Vara sengaja duduk di paha Varen yang sedang bermain game di sofa kamarnya.
Perbuatan Vara mampu mengganggu Varen, "Gila, ngapain lo duduk di paha gue?." Tanya Varen ketus sekaligus heran dengan tingkah adiknya. "Lo mau ngejalang?"
Pertanyaan Varen yang satu itu mampu membuat Vara geram, bahkan gadis itu berdecak sangat keras namun ia tak beranjak dari posisinya yang duduk di paha Varen.
Tangan Vara malah merangkul leher kakaknya, gadis itu tersenyum sinis "Mulut lo di jaga, gue cuman gak mau lo diem di sini terus. Kayak gak punya kerjaan aja."
Varen memutar bola matanya malas, ia meletakkan handphonenya di sebuah nakas yang ada di sebelah sofa.
"To the point aja, sebenarnya lo mau apa?"
Vara tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, "Oke--oke, gue mau ngajak lo ke suatu tempat."
Varen menggeleng malas "Gak ada permintaan yang lain? Gue males."
"Ayolah!" Vara bangun lalu berdiri di hadapan Varen sebari bersilang dada.
"Ayo anter gue ketemu mama Bella, gue kangen banget sama mama." Ajak Vara, bahkan ia memelas di hadapan Varen.
"Iya, gue bakal anter lo. Tapi nanti di waktu yang tepat."
"Maksud lo apa? Waktu yang tepat?"
"Kita harus singkirin Cllara dulu. Atau kita suruh papa pergi dari rumah ini, gue gak mau papa jadi korban dari perempuan gila itu."
Vara menyeringitkan dahinya bingung, ia tak mengerti apa yang di katakan oleh Varen. Ini begitu rumit baginya. "Kata-kata lo terlalu rumit, otak gue kapasitasnya kecil."
Varen menghelan nafas kasar "kita udah tau Cllara gila, Cllara tau kalau kita itu tau. Faham?" Vara hanya menganggukkan kepalanya ia faham sedikit hanya 7,5%
"Cllara bakal terus ngancem kita pake nama papa kayak lo di ancem sama dia, lo pasti inget hal itu. Jadi kalau kita bertindak sedikit aja ngerusak rencana dia, dia bisa ngebahayain nyawa papa."
"Apalagi kita tinggal satu rumah, itu sulit. Belum lagi si Zelina." Ujar Varen mengusap wajahnya gusar, entah apalagi yang akan terjadi di esok hari.
"Syukur kalo gitu mama gak tinggal sama kita. Jadi kita harus fokus buat jauhin papa dari si Cllara." Sahut Vara yang mulai mengerti dengan sedikit keseriusan yang terlihat di ekspressi wajahnya.
"Lo tenang aja, kalo gue sama Zelina kerja sama Cllara gak bakalan bisa berkutik lagi." Ucap Vara dengan segenap keyakinannya.
***
Zergan tengah bersiap-siap untuk pergi ke kantor, ia sedang memakai jas berwarna biru tua di depan cermin.
"Sayang, apa kamu membutuhkan bantuan?" Tanya Cllara yang baru saja memasuki kamar, bahkan ia langsung memeluk Zergan dari belakang.
Cllara mengeratkan pelukannya ia mencium punggung Zergan "Wangi banget, apa kamu sedang ada meeting hari ini??"
"Iya, saya sangat sibuk hari ini." Sahut Zergan sebari mengenakan dasi berwarna hitam di lehernya.
![](https://img.wattpad.com/cover/345865040-288-k484779.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Bella [END]
Genç Kurgu⚠️cerita ini hanya di publish di lapak @Rhea_margareth, jika kalian menemukan cerita dengan alur seperti ini di lapak orang lain berarti itu plagiat‼️ "Weh!! njenggg!! mati guee.. " Seorang gadis berusia 20 tahun yang bernama Bella, yang menaglami k...