Transmigrasi Bella| 49.

14.8K 587 11
                                    

Hallo, ada yang kangen gak sama cerita ini??
Maaf ya aku lama banget updatenya, beberapa hari yang lalu aku udah ada kepikiran buat update tapi moodku lagi gak baik waktu itu.

Sampai-sampai aku sempet mikir gini :

"Lanjutin gak ya?"

Tapi setelah aku pikir-pikir, aku bakalan terusin cerita ini sampai end. Nanggung banget!

Ayo suport terus, biar aku jadi makin termotifasi buat terus berkarya dan gak jadiin apapun sebagai alasan aku buat berhenti, karena hidup itu terus berjalan.

Okeyy, Selamat Membaca!!

***

Jam kosong membuat Vara bosan duduk di dalam kelas, ia memutuskan untuk pergi ke rooftop. Siapa tahu di rooftop ada Varen dan juga dua sahabatnya itu.

Ia berjalan sebari menatap beberapa kelas yang ia lewati, di beberapa kelas juga tidak ada guru yang mengajar. Entah mereka sedang mengadakan rapat atau kunjungan ke sesuatu tempat.

"Dor!"

Suara khas laki-laki itu mengagetkan Vara kala sedang berbelok menuju lorong kecil menuju rooftop, belokan itu sangat rawan banyak siswa yang buru-buru dan berakhir jatuh karena bertubrukan.

"Sial, lo ngagetin tau gak?!" Sentak Vara pada laki-laki bertubuh tinggi dengan dada bidang di hadapannya itu. Menurut Vara laki-laki itu cukup tampan, namun lebih tampan Genta.

Entah sejak kapan ia jadi tergila-gila pada Genta.

"Sorry, kamu kaget ya?" Ujar laki-laki itu "kenapa di luar? Jamkos?" Lanjut laki-laki itu bertanya kepada Vara yang berdiri di hadapannya, gadis itu terlihat sangat pendek di matanya.

"Iya, sana minggir! Gue mau lewat." Ketusnya, Vara tak mau berlama-lama berinteraksi dengan laki-laki yang baru saja ia temui.

"Santai dong, mau ke rooftop? Mau aku temenin?" Tawar laki-laki itu mengangkat salah satu alisnya, lalu menarik tangan Vara tanpa izin menganjaknya ke rooftop.

Mata Vara mendelik kesal, namun apa boleh buat ia malas berdebat. Vara merasa genggaman tangan laki-laki itu sangat erat menggenggam tangannya.

***

Di rooftop Vara menatap aneh laki-laki di hadapannya. Laki-laki yang berdiri memunggunginya itu sedang menatap lapangan sekolah yang sepi.

"Anginnya dingin ya? Kayak kamu ke aku." Gumam laki-laki itu tiba-tiba, membuat Vara menautkan kedua alisnya "Raja gombal, inget ya! Kita itu gak kenal." Ketus Vara.

Laki-laki itu terkekeh lalu berbalik menghadap Vara yang bersilang dada. "Yaudah kenalan. Kenalin aku Reyhan, kamu.. Vara'kan?"

Vara mengangguk "Reyhan, gue belum pernah ketemu sama lo sebelumnya." Ujar gadis itu terheran-heran sebari mengingat-ingat kapan dan di mana ia pernah melihat laki-laki ini, namun ia tak dapat mengingat kapan itu.

"Karena aku masadepan kamu, bukan masalalu kamu." Sahut Reyhan terkekeh pelan.

Vara memutar bola matanya ke atas "Masadepan, masadepan. kayak serius aja lo, aneh!"

"Nanti istirahat bareng aku aja gimana? Nanti aku kenalin ke temen-temen yang lain." Tawar Reyhan, "Tenang aja, mereka asik kok orangnya."

Vara berdehem lalu mengangguk "Iya."

***

Dikta berlari terburu-buru ke kantin menghampiri Varen dan juga Genta yang sedang menikmati makanan mereka masing-masing.

"Woy!! Oy!" Seru Dikta dengan nafas memburu duduk di kursi kosong di sebelah Genta.

"Minum dulu, habis di kejar anjing lo?" Ketus Varen menyodorkan segelas jus jeruk ke arah Dikta.

Laki-laki itu meminum jus itu sampai tandas tak tersisa lalu menatap Varen dan Genta bergiliran. "Vara cuy!" Ujarnya sebari menyentakkan kedua telapak tangannya ke meja.

"Ngomong aja langsung." Ujar Genta menatap datar kelakuan sahabatnya yang bertele-tele.

"Si Vara berduaan sama cowok, bjir.
Di rooftop, apa lo gak merasa tersaingi??" Ucapnya menatap Varen lalu menatap Genta dengan tatapan bertanya-tanya.

Varen terkekeh pelan lalu berdecih, sebari menepuk pelan pundak Genta "Tenang, ta. Lo dapet restu gue."

Genta melirik Varen mengangguk-nganggukkan kepala "Lo kok gak overthingking??" Tanya Dikta kepada Genta yang terlihat biasa saja.

"Udah dapet restu abangnya, ngapain di bawa ribet." Sahut Genta datar percaya diri.

***

Ketika bel istirahat berdering, Reyhan segera mengajak Vara untuk ke kantin bersama. Reyhan akan memperkenalkan teman-temannya pada Vara.

"Nah, itu dia temen-teman aku!" Tunjuk Reyhan pada sebuah meja yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Vara dan Reyhan berjalan menuju ke arah orang-orang itu lalu mereka ikut duduk di kursi kosong.

"Lo ngajak siapa nih, tumben." Celetuk Adam, teman Reyhan yang duduk tepat di depan Vara.

"Ini Vara." Sahut Reyhan.

"Wah kenalin gue Adam."

"Vara." Sahut gadis itu menjabat tangan Adam.

"Aku Xerral, salam kenal ya." Ujar laki-laki yang tadinya asik memainkan handphonenya.

"Tenang aja, mereka baik. Gak usah canggung." Bisik Reyhan pada Vara yang hanya menaikkan satu alisnya.

"Kalian baru kenal atau gimana nih?" Celetuk Adam bertanya. "Baru aja, tadi kenalan di rooftop." Sahut Vara.

"Emang gak takut apa berduaan di rooftop?" Tanya Adam heran pasalnya beberapa minggu yang lalu kepala sekolah sempat mengumumkan akan memasang cctv di rooftop.

"Ngapain takut, mereka kan gak ngapa-ngapain." Sahut Xerral menanggapi.

Tanpa Vara sadari ternyata dari tadi Genta, Dikta, dan juga Varen terus mengamati gerak-geriknya.

"Noh'kan si Vara, lo beneran suka'kan sama Vara?" Gumam Dikta geleng-geleng menatap punggung Vara.

"Menurut lo?" Ketus Genta kesal dengan pertanyaan-pertanyaan Dikta.

"Kalau lo suka, harusnya lo cemburu. Gue curiga lo suka sama janda kampung sebelah." Sahut Dikta menelisik wajah Genta yang mendengus kesal.

"Janda bolong, apa janda longgar yang lo maksud?" Geram Varen, ia muak mendengar ocehan Dikta dari tadi.

"Janda pirang kata gue teh."

Up segini duluu!!
Babaiii sampai jumpa di chapter berikutnya!!

Transmigrasi Bella  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang