02. Keluarga El-Zein

4.4K 160 3
                                    

"Hai cantik" sapa Fathar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai cantik" sapa Fathar

Gadis dengan wajah terkejut dan terharu itu pun mulai mendekati Gus Fathar.

"Jangan lupa bukunya, itu ilmu" tegur Fathar.

Gadis itu menurut membuat Fathar terkekeh gemas dengan gadis ini.

Setelah selesai, gadis itu meletakkan bukunya di meja Ndalem dan berdiri di hadapan Fathar, menatap lekat wajah tersebut .

" ini beneran kak Athar?" Tanya gadis itu memastikan sambil mencoel-coel pipi milik Fathar.

Fathar mendengus kesal, bukannya mendapat pelukan, ia malah mendapat pertanyaan, tangannya sudah pegal mengambang dari tadi.

" Menurut kamu?" tanya Fathar dengan wajah datar, lalu menurunkan tangannya.

" Coba cubit" minta gadis itu, ia takut sedang bermimpi.

Gus Fathar pun dengan ide jahilnya mencubit pipi gadis itu dengan kuat.

"Awshh, sakit!!" Ucap gadis itu sambil mengelus pipinya yang terasa kesakitan.

" Udah percayakan kalo ini asli?" Tanya Fathar sambil berkacak pinggang.

Gadis itu tak mampu berkata-kata, ia pun menghamburkan dirinya ke pelukan lelaki yang ia panggil kakak, mendapat pelukan tiba-tiba, Fathar sempat terkejut dan hampir terjungkal ke belakang, tapi dengan sigap Fathar langsung menyeimbangkan tubuhnya

" Huaaa, Aira kangen banget sama kakak" ucap gadis itu, Fathar pun membalas pelukan gadis itu.

Maira Keitha El-Zein, dari akhir namanya sudah di pastikan bahwa gadis itu adalah saudari Fathar, lebih tepatnya adik Fathar, Maira saat ini duduk di kelas 3 Aliyah, atau setara kelas 12 SMA.

" Masa sih?" Ucap Fathar sambil mencolek hidung mancung adiknya.

"Empat tahun gak pulang-pulang, sekali pulang gak ngabarin" omel Maira

"Kan biar surprise" jawab Fathar.

" Udah ah. Ayo masuk, ngapain di luar kayak patung" ajak Maira sambil tangan kirinya menarik tangan Fathar sedang tangan kirinya menenteng buku-bukunya kemudian masuk ke dalam rumah.

" gimana gak kayak patung, Orang dari tadi ngucap salam gak ada yang jawab" ucap Fathar.

" Wa'alaikumsalam" ucap Maira cekikikan.

" UMMI!! ABI!! ADA TAMU PENTING!!" Teriak Maira saat sudah berada di ruang tamu, ia meletakkan buku-bukunya di atas meja.

kemudian mengajak kakaknya duduk di sofa ruang tamu. Padahal tak perlu di ajak pun Fathar tau ingin dan akan duduk dimana.

" Biasa aja Ai, telinga kakak sakit denger kamu teriak-teriak" Tegur Fathar sambil mengelus kupingnya.

"Hehe.. maklum.. refleks tadi, soalnya aku seneng banget" ucap Maira cengengesan.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki datang dari dapur, tampillah seorang wanita berkepala 4 yang paling Fathar rindukan, orang yang sudah mengandung, melahirkan membesarkan dan menjadi madrasah pertamanya, yaitu Umminya—umi Fatimah.

"Apasih Ai teriak-teria--- Athar?" Ummi Fatimah membekap mulutnya tak percaya dengan apa yang ia lihat.

" ABI!! ABI!!" kini giliran ummi Fatimah yang berteriak memanggil suaminya.

Fathar pun terkekeh melihat sikap keluarga nya yang sangat heboh dan terkejut dengan kedatangan nya, ia pun berdiri dari duduknya dan menghampiri ummi Fatimah, Fathar mencium punggung tangan sang ummi dengan lembut.

" Kaifa haluk ya Ummy" sapa Fathar, tidak mendapat jawaban Fathar pun terkekeh.

" Ini beneran Athar kok ummi, gk udah speechless gitu" ucap Fathar yang mengerti akan sikap ummi nya

Setelah sadar ummi Fatimah pun memeluk anak laki-laki nya itu dengan erat, seakan anaknya akan pergi jauh lagi darinya.

" Ini bener Athar anak ummi kan? Ummi rindu banget sama kamu" ucap ummi Fatimah lalu merenggangkan pelukannya dan membelai lembut wajah anaknya itu.

"Iya ummi" jawab Fathar

Kemudian sebuah suara mengalahkan asistensi mereka.

"Ada apa ummi teriak-teriak?" Tanya seorang lelaki yang baru saja datang dengan pakaian sholat lengkap, seperti nya baru selesai menunaikan sholat Dzuhur beberapa waktu lalu, mengingat ini sudah pukul dua.

" Athar? masyaAllah" tidak seperti Maira dan ummi Fatimah yang speechless dan heboh dengan kedatangan Fathar, sang Abi atau biasa di panggil kyai Hasan itu justru malah langsung memeluk putranya itu.

" Kirain artis yang datang ke rumah sampai ummi dan Aira teriak-teriak, ternyata cuma anak perantauan yang baru pulang ke rumah setelah 4 tahun" ucap kyai Hasan lalu terkekeh.

Fathar pun ikut terkekeh, kemudian menyalam punggung tangan kyai Hasan lengan lembut dan sopan.

" Assalamualaikum Abi, kaifa haluk" sapa Fathar

" Wa'alaikumsalam, bi khoir walhamdulillah" jawab kyai Hasan mantap.

" Gak nanya balik gitu kabar Athar gimana?" Tanya Fathar dengan wajah begitu polosnya.

" Buat apa di tanya, kan kamu sehat, kalo kamu sakit mana mungkin bisa sampai kesini" ucap kyai Hasan merangkul anak lelakinya itu untuk duduk di sofa.

hah, sudah seperti anak muda saja kyai Hasan, padahal umurnya sudah memasuki kepala lima.

Kyai Hasan bilek: umur boleh tua, tapi tidak dengan jiwa 🤣🤣

" Gimana perjalanan mu? Baik?" Tanya kyai Hasan.

" Kalau tidak baik, tidak mungkin Athar bisa sampai sini dengan sehat wal afiat Abi" kini Fathar membalikkan kata-kata itu pada kyai Hasan.

" Mana tau bukan sakit fisik, tapi Hati" ucap kyai Hasan bercanda kemudian terkekeh melihat wajah anaknya yang berubah menjadi datar, di ikuti oleh suara tawa Maira dan ummi Fatimah.

" Mana mungkin Abi" jawab Fathar dengan wajah memelas saat mengerti arah pembicaraan sang Abi.

°°°°°

-Publish, 22 November 2023
-Revisi, 20 Maret 2024

Gus AlfatharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang